KOMPAS.com - Dunia pendidikan mengalami perubahan signifikan setelah ada pandemi Covid-19.
Kegiatan belajar mengajar yang biasa dilakukan di kelas, sejak ada pandemi Covid-19 berubah menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar daring.
Tentu hal ini bukan hal mudah dan perlu adaptasi baik siswa maupun guru. Berbagai kendala pun muncul saat melaksanakan belajar daring.
Mulai dari gangguan sinyal hingga kecemasan di lingkungan keluarga menjadi beberapa masalah selama belajar dari rumah.
Perlu kerja sama seluruh pihak
Salah satu guru di SMAN 77 Jakarta Fajar Selawati berbagi pengalamannya dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
Dia mengatakan, pembentukan dan peran tim satuan tugas (satgas) Covid-19 mulai dari sekolah, murid, komite orangtua, RT dan RW hingga Puskesmas setempat, menghasilkan gagasan pembagian murid yang efektif dalam masa PTM Terbatas.
Menurut guru yang akrab dipanggil Bu Sela, blended learning merupakan pembelajaran campuran antara daring dan luring.
"Pelaksanaan blended learning di SMAN 77 Jakarta sudah dilaksanakan sejak Juni. Secara sederhana, kami gabungkan suasana belajar siswa yang belajar di rumah dengan suasana belajar yang dirasakan guru dan siswa yang di sekolah," terang Sela seperti dikutip dari laman Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Ristek, Senin (17/1/2022).
Sistem blended learning memanfaatkan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Selain itu juga dengan memanfaatkan aplikasi Google Meet dan juga Zoom.
"Berbagai sarana digunakan untuk bagaimana bisa menggabungkan suasana belajar tadi," jelas Sela.
Tips adakan blended learning
Sela menyadari bahwa hampir semua sekolah memiliki karakteristik dan kebijakannya masing-masing untuk melakukan blended learning. Dia merangkumkan sejumlah tips melaksanakan blended learning sebagai berikut:
1. Pastikan dalam proses blended learning ini guru melibatkan seluruh warga sekolah
2. Pastikan ada monitoring dan evaluasi yang berkala dan rutin
"Karena ternyata dangan melibatkan seluruh warga sekolah, pembelajarannya jadi lebih maksimal," kata Sela.
Dia menambahkan, kontribusi seluruh warga sekolah menjadi kekuatan bagi setiap sekolah untuk bisa mengembangkan pembelajaran yang berkualitas.
Selain itu monitoring dan evaluasi yang berkala dan rutin juga memberikan gambaran, langkah-langkah yang bisa dilakukan selanjutnya.
"Sehingga kalau ada temuan, masalah, solusinya bisa segera diatasi," imbuh guru mata pelajaran PPKN ini.
Sela juga menyarankan agar monitoring dan evaluasi (monev) terdokumentasi dengan baik.
Di SMAN 77 Jakarta, monev dilakukan lewat Google Forms, ditempel di mading, dijilid dan diserahkan kepada sekolah.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/01/17/133200371/guru-sman-77-jakarta-bagikan-tips-adakan-blended-learning