KOMPAS.com - Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbud Ristek, Zulfikri Anas mengatakan, kurikulum darurat efektif memitigasi learning loss karena membantu guru untuk fokus pada materi esensial.
Kurikulum darurat ini, terang dia, juga memberi fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level).
“Ini yang menjadi latar belakang pengembangan kurikulum prototipe,” ujar Zulfikri saat sosialisasi kurikulum dalam rangka perbaikan pembelajaran, di Lebak, Banten, Jumat (14/1/2022), seperti dilansir dari laman GTK Kemendikbud.
Zulfikri menyampaikan, kurikulum prototipe telah diterapkan di sekolah penggerak pada tahun 2021.
Pada tahun ini, lanjutnya, kurikulum prototipe menjadi salah satu kurikulum yang dapat dipilih oleh sekolah yang berminat, di samping kurikulum 2013 dan kurikulum darurat.
“Keputusan terpenting ada di bapak ibu semua, jadi saat ini tidak ada perintah wajib, tapi pilihan. Ada empat yang kurikulum yang bisa dipilih, salah satunya adalah kurikulum prototipe,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten, Tabrani mengatakan bahwa sosialisasi kurikulum prototipe yang dilakukan Kemendikbud Ristek mampu menjawab kegundahan pemerintah daerah maupun pemangku kepentingan di Provinsi Banten.
Meskipun di Banten baru dua kabupaten/kota yang memiliki sekolah penggerak, yaitu Kota Tangerang dan Kabupaten Pandeglang, Tabrani meyakini kurikulum prototipe dapat diterima di Banten.
“Hari ini sekurang-kurangnya kita memahami bahwa kurikulum ini dirancang untuk menyederhanakan pembelajaran, yang harapannya dapat meringankan beban guru sekaligus mengembangkan potensi anak,” ujarnya.
Pada tahun 2022, lanjut Tabtani, setelah Kota Tangerang dan Kabupaten Pandeglang, ada dua daerah lagi yang akan menjadi target sekolah penggerak di Banten, yaitu Cilegon dan Lebak.
Tabrani menjelaskan, kurikulum prototipe memang dimulai dari sekolah-sekolah penggerak. Dan bagi sekolah yang belum menjadi sekolah penggerak, kata dia, itu menjadi opsi, artinya sekolah boleh melaksanakan atau tidak.
Tabrani juga menyebut, dalam berbagai kesempatan dirinya terus mengajak kepada sekolah-sekolah penggerak di Banten untuk mengimbaskan kurikulum prototipe kepada sekolah-sekolah lain di sekitarnya.
Namun demikian, Tabrani mengatakan, yang namanya pengimbasan sifatnya hanya mengajak kepada sekolah-sekolah yang akan diimbas, tidak bisa dipaksakan karena menyangkut soal kesiapan.
Menjawab sulitnya menerapkan Kurikulum 2013 selama pandemi
Kepala Sekolah SD Negeri 2 Bintang Resmi, Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten, Nurbeti mengatakan, sekolah yang dipimpinnya menyambut baik hadirnya kurikulum prototipe.
Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh tantangan yang besar untuk menjalankan kurikulum 2013 secara utuh di masa pandemi.
“Di daerah kami tidak semua anak memiliki fasilitas teknologi yang memadai, jaringan juga susah. Jadi memang sangat kesulitan,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan Kepala Sekolah SD Negeri 1 Luhur Jaya, Cipanas, Lebak, Banten, Luna Starlinsky, yang menyebut hadirnya kurikulum prototipe ini memberi harapan baru agar anak-anak didiknya bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Ia mengaku, selama pandemi, selain PTM terbatas, guru-guru di sekolah harus menyambangi murid ke rumah-rumah untuk menyampaikan materi pelajaran. Akibatnya, sulit bagi para guru untuk menuntaskan kewajiban kurikulum.
“Anak-anak yang rumahnya berdekatan berkumpul di satu rumah, nanti gurunya ke sana. Itu hampir setiap hari,” ujarnya.
Kesulitan yang sama tidak hanya dirasakan oleh para guru dan kepala sekolah tapi juga pengawas. Ketua kelompok kerja pengawas sekolah di kelurahan Cipanas, Kabupaten Lebak, Yulyadi mengamini perihal yang diungkapkan oleh para kepala sekolah.
Ia mengaku, dengan kurangnya tenaga pengawas, sulit baginya untuk memastikan setiap guru menuntaskan kurikulum.
“Sekolah di Lebak ini ada 700-an, sementara pengawas hanya ada 35 orang. Saya sendiri harus mengawasi 27 sekolah, itu tantangan yang luar biasa,” ujarnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/01/17/185000871/banten-siap-implementasikan-kurikulum-prototipe