KOMPAS.com - Sebanyak 2.500 satuan pendidikan yang tergabung dalam program Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan telah menerapkan Kurikulum Prototipe pada tahun 2021.
Hadirnya Kurikulum Prototipe sebagai salah satu opsi kurikulum yang bisa dipilih oleh sekolah bertujuan untuk memulihkan pembelajaran pasca pandemi Covid-19. Kurikulum ini merupakan lanjutan dari Kurikulum Darurat.
Hasil evaluasi yang dilakukan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat lebih maju empat sampai lima bulan belajar daripada yang menggunakan Kurikulum 2013 secara penuh.
Berdasarkan hasil tersebut, Kemendikbud Ristek terus menyusun strategi untuk mengatasi kehilangan pembelajaran (learning loss) yang dialami siswa selama pembelajaran jarak jauh di masa pandemi, salah satunya melalui Kurikulum Prototipe yang merupakan lanjutan dari Kurikulum Masa Khusus Pandemi Covid-19 atau Kurikulum Darurat.
Menekankan Pembelajaran Berbasis Proyek
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Perbukuan Kemendikbud Ristek, Supriyatno, mengatakan salah satu karakteristik Kurikulum Prototipe adalah menerapkan pembelajaran berbasis proyek (project based learning) untuk mendukung pengembangan karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
Dalam implementasi Kurikulum Prototipe, sekolah diberikan keleluasaan dan kemerdekaan untuk memberikan proyek-proyek pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan sekolah.
Supriyatno menuturkan, pembelajaran berbasis proyek dianggap penting untuk pengembangan karakter siswa karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman (experiental learning).
“Mereka mengalami sendiri bagaimana bertoleransi, bekerja sama, saling menjaga, dan lain-lain, juga mengintegrasikan kompetensi esensial dari berbagai disiplin ilmu,” kata Supriyatno seperti dirilis dari laman Kemendikbud Ristek.
Penerapan Kurikulum Prototipe
Salah satu Sekolah Penggerak yang sudah menerapkan pembelajaran berbasis proyek yaitu SMP Negeri 30 Bengkulu Selatan.
Pada semester satu di tahun pelajaran 2021/2022 lalu, SMPN 30 Bengkulu Selatan telah melaksanakan dua proyek terkait pembentukan karakter dalam Profil Pelajar Pancasila.
Kepala SMPN 30 Bengkulu Selatan, Erma, mengatakan salah satu perbedaan yang nyata antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Prototipe adalah pada durasi jam pembelajaran.
“Jadi berapa persen dari beban mengajar satu mata pelajaran harus dilaksanakan proyek Profil Pelajar Pancasila. Dalam satu semester di dalam program kami, proyek Profil Pelajar Pancasila ini sudah kami laksanakan dua kali, yaitu Suara Demokrasi dan Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Erma.
Suara Demokrasi merupakan pembelajaran berbasis proyek berupa pemilihan dan pembentukan pengurus OSIS baru di SMPN 30 Bengkulu Selatan.
Tujuan proyek ini adalah terbentuknya susunan OSIS yang baru dengan berdasarkan pada proses demokrasi yang berlangsung di sekolah sebagai bagian dari Profil Pelajar Pancasila.
Sebagai proyek pertama dari pembelajaran berbasis proyek di SMPN 30 Bengkulu Selatan, Suara Demokrasi diselenggarakan secara meriah dengan dukungan penuh dari guru dan siswa.
“Jadi memang kami laksanakan dengan meriah supaya terlihat ada sesuatu yang baru dari kurikulum Sekolah Penggerak. Kami juga buat tenda. Jadi anak-anak antusias untuk proyek,” kata Erma.
Ia menuturkan, hal yang paling berkesan bagi siswa dalam mengikuti Kurikulum Prototipe adalah pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek.
“Jadi untuk sistem pembelajaran atau metode kurikulum yang diterapkan pada Sekolah Penggerak, memang anak-anak belum paham. Tapi yang nampak dan bikin anak-anak antusias adalah hal-hal baik dalam pembelajaran berbasis proyek,” tutur Erma.
Proyek kedua yang sudah dilaksanakan SMPN 30 Bengkulu Selatan adalah Bhinneka Tunggal Ika. Proyek ini berupa pembelajaran di luar ruang kelas dengan melibatkan siswa dalam permainan-permainan.
Erma mengatakan, permainan tersebut bertujuan untuk menyatukan ide para siswa sehingga tercapai tujuan bersama yang diinginkan.
“Jadi guru-guru yang tergabung dalam kolaborasi proyek membuat suatu permainan yang membangkitkan rasa kebersamaan, bahwa kita berbeda tapi kita bersama-sama. Saya perhatikan dengan permainan tali temali, atau membuat menara, anak-anak sangat antusias,” katanya.
Nilai-nilai yang ditekankan dalam proyek Bhinneka Tunggal Ika tersebut antara lain menghargai perbedaan, kerja sama, dan kemampuan berkolaborasi untuk mencapai tujuan.
Erma mengakui adanya keleluasaan yang diberikan oleh tim kurikulum dari pusat agar ia dan guru-guru bisa merancang proyek hingga bisa dilaksanakan.
Melalui rapat dewan guru, SMPN 30 Bengkulu Selatan menyepakati bahwa dalam kurikulum operasional satuan pendidikan, pembelajaran berbasis proyek diberikan waktu khusus.
“Kami ambil dalam satu tahun ini ada tiga proyek. Di semester 1 ada dua proyek. Kami beri waktu 10 hari untuk proyek Suara Demokrasi dan 10 hari untuk proyek Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Erma.
Ia juga mengapresiasi pemerintah pusat yang telah memberikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Kinerja sehingga bisa mendanai penguatan kompetensi para guru, baik pada saat verifikasi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) maupun pembuatan modul.
Dana BOS Kinerja digunakan untuk mengadakan pelatihan bagi guru, termasuk pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek.
Guru jadi inovator pembelajaran
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bengkulu, Sehmi, menyambut baik Kurikulum Prototipe yang memberikan keleluasaan pada guru untuk melakukan inovasi pembelajaran.
Menurutnya, dengan situasi dan kondisi pandemi seperti saat ini, banyak aspek dalam kehidupan yang telah berubah, seperti SDM, sarana dan prasarana, serta aspek sosial lainnya, termasuk pendidikan.
“Salah satu strategi yang paling jitu dalam pembelajaran adalah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Situasi dan kondisi itu ada di kurikulum tingkat satuan pendidikan masing-masing. Artinya yang memainkan peran dengan situasi itu adalah manajemen sekolah,” ujar Sehmi.
Ia menjelaskan, selain kepala sekolah, pelaksana manajemen sekolah adalah guru, sehingga guru harus pandai melakukan inovasi untuk mencapai target-target pembelajaran.
“Saya melihat dalam Kurikulum Prototipe itu ada ruang yang diberikan dari pemikir-pemikir kurikulum untuk memberikan keleluasaan inovasi bagi guru. Artinya peluang ini harus dimanfaatkan. Undang-undang pendidikan kita kan tetap, lalu dasar pendidikannya juga tetap, dan hasil yang hendak dicapai tetap. Tapi yang berubah kan strategi. Maka dari itu strateginya tergantung behind the gun, yaitu tergantung gurunya,” katanya.
Dinas Pendidikan Kota Bengkulu, lanjutnya, sering melakukan refleksi dan aksi dengan para pemangku kepentingan di bidang pendidikan.
Untuk guru SD, ia menekankan agar melakukan analisis pembelajaran setiap tematik, sedangkan untuk guru SMP harus melakukan analisis setiap kompetensi dasar.
“Saya tidak mau melihat ada hasil yang tidak dilakukan dengan analisis. Kalau guru belum sampai kompetensi, maka harus melakukan perbaikan. Kalau sudah memenuhi kompetensi, maka harus dilakukan pengayaan. Dan itu harus dilakukan dengan aksi-refleksi, aksi-refleksi sampai target maksimal kita tercapai,” tegasnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/01/20/172325771/seperti-ini-penerapan-kurikulum-prototipe-di-sekolah-penggerak