KOMPAS.com - Melakukan "riset" sebelum memilih jurusan kuliah atau program studi di seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) 2022 menjadi hal yang ditekankan oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) maupun Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) bagi calon mahasiswa.
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Plt. Dirjen Diktiristek), Nizam mengatakan bahwa tak sedikit mahasiswa yang merasa salah memilih prodi karena memilih yang tidak sesuai dengan passion dan harapan.
"Salah satu yang kita lihat dari pengalaman, banyak mahasiswa salah pilih prodi. Dia memilih prodi yang tidak sesuai dengan passion dan harapan," paparnya dalam Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) bertajuk “Sukses Masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) bersama LTMPT, seperti dirangkum dari laman Kemendikbud Ristek.
Meski begitu, Nizam mengatakan bahwa kesuksesan di masa depan tidak bergantung pada pilihan prodi tertentu saja, melainkan lebih kepada bagaimana mahasiswa mengembangkan dan terus menggali potensi diri.
Salah satu program yang telah disediakan Kemendikbud Ristek ialah program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di perguruan tinggi. Ini bisa menjadi solusi saat mahasiswa "terlanjur" merasa salah memilih jurusan kuliah.
"Anak-anak yang tadinya salah pilih jurusan atau prodi, bisa ambil mata kuliah dari prodi lain sehingga memperkaya dan melengkapi passion-nya melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di perguruan tinggi,” terang Nizam.
Melalui MBKM, mahasiswa pada jenjang semester lima ke atas bisa mengambil kesempatan belajar dari "kampus kehidupan".
Mahasiswa, kata Nizam, terjun langsung ke dunia profesi. Menurutnya, semester lima ke atas adalah saat yang tepat bagi mahasiswa untuk menimba pengalaman di dunia profesi yang akan dimasuki nanti.
“Mahasiswa dapat menentukan mau jadi asisten peneliti atau wirausaha, atau magang di perusahaan-perusahaan start up, misalnya. Lalu yang ingin kerja di BUMN, bisa magang secara penuh satu semester di BUMN. Banyak sekali peluang bagi mahasiswa memilih masa depan dan mencoba berbagai hal,” urainya.
Nizam menyebut, perguruan tinggi yang sudah menerapkan MBKM jumlahnya di atas dua ribu dari total tiga ribu perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Kemendikbudristek.
Merujuk Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti), sudah lebih dari satu juta mahasiswa mengikuti program MBKM di tahun 2021 lalu.
Menanggapi kekhawatiran calon mahasiswa yang masih bingung memilih prodi yang tepat, Nizam menyarankan calon mahasiswa untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang prodi yang akan dipilih.
“Yang paling penting, anak-anak sekalian harus membuka mata dan pengetahuan secara luas atas apa yang kalian cita-citakan. Tanya kakak-kakak dan orang-orang di sekitar yang sudah berhasil sudah lulus dari perguruan tinggi, latar belakangnya seperti apa. Jangan bertanya kepada yang sama-sama baru mau mendaftar,” pesan Nizam.
Hal serupa dikatakan Direktur Eksekutif Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), Budi P. Widyobroto. Budi menyarankan calon mahasiswa untuk berhati-hati dalam memilih program studi.
“Jadi makanya hati-hati bagi adik-adik yang pemilihan program studi dan sebagainya, itu betul-betul yang disenangi sesuai minat (passion) sehingga jangan sampai sudah diterima di jalur SNMPTN kemudian nanti tidak didaftar ulang atau tidak mendaftar ke perguruan tinggi maupun program studi yang tujuan yang sudah diterima,” tekannya.
Penentu kelulusan siswa di SNMPTN tak hanya nilai rapor
Ketua LTPMT, Mochamad Ashari menyampaikan LTMPT saat ini membantu proses seleksi untuk 74 PTN, 39 politeknik negeri, 11 perguruan tinggi keagamaan.
Ashari mengatakan bahwa kriteria untuk menentukan kelulusan bisa berbeda di setiap PTN. Ia menambahkan, LTMPT di sini berperan membantu PTN dalam pelaksanaan seleksi mahasiswa baru.
“Kita menerima data, mengolah data, kemudian mungkin ada kriteria tambahan dari PTN,” paparnya.
Lebih lanjut, Ketua LTMPT menerangkan, setidaknya ada dua hal yang menentukan kelulusan yaitu indeks pribadi dan indeks sekolah.
“Indeks pribadi yaitu termasuk rapor, prestasi yang diterima, ini akan di-scoring. Indeks sekolah adalah pemetaan sekolah, ada data (mapping) sekolah. Jadi dari nilai UTBK dirata-rata dari satu sekolah dalam tiga tahun terakhir, kemudian di-ranking setiap tahunnya dan kita ambil nilai tertinggi dari sekolah mana dan seterusnya,” tutur Ashari.
Adapun pertimbangan lain adalah jenjang sertifikat prestasi yang memiliki siswa.
“Ini cukup adil (fair) untuk menyamakan nilai rapor. Belum tentu jika salah satu anak dalam peringkat rapor di sekolah adalah peringkat atas namun kita bisa lihat dari prestasi yang dimiliki sebagai nilai tambahannya. Misalnya ada yang sama-sama mendapat nilai Matematika 9, di SMA yang peringkatnya paling tinggi tadi kita scoring 100 persen dan yang di bawahnya betul-betul 90 persen. Jadi ada indeks sekolah yang digunakan, dan ada beberapa kriteria lainnya. Misalnya untuk sertifikat internasional juara 1, 2, ada scoring-nya,” imbuh Ashari.
Kelulusan siswa dalam seleksi juga ditentukan oleh prodi yang dipilihnya. Jika pilihan prodinya di kampus yang tingkat kompetisinya tinggi maka siswa dengan nilai yang lebih rendah akan mudah tergeser dengan nilai siswa lain yang lebih bagus.
Jadi, lanjut dia, memang ada beberapa parameter yang menyebabkan keberhasilan.
“Mohon untuk dipelajari oleh adik-adik. Khusus untuk memilih prodi saat SNMPTN harus diteliti dan dipelajari dulu betul-betul pilihan yang benar-benar disukai. Jika minat adik-adik tidak besar, jangan dipilih karena akan mengurangi peluang (kuota) bagi orang lain yang betul-betul berminat pada prodi itu. Ukur diri sebaik mungkin,” pesan Ashari.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/02/05/153452771/banyak-mahasiswa-salah-pilih-jurusan-prof-nizam-kini-bisa-belajar-di-luar