KOMPAS.com - Jeruk merupakan salah satu buah yang mengandung banyak vitamin C.
Selain itu jeruk juga mengandung antioksidan, yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu melawan infeksi dan flu. Jeruk juga memiliki kandungan phytochemicals dapat mencegah beberapa penyakit kanker.
Namun saat membeli jeruk, orang awam kadang sulit memilih jeruk yang manis atau tidak. Biasanya orang menggunakan cara dengan melihat bentuk, warna dan kekerasan buah jeruk.
Namun cara itu sebenarnya belum bisa memastikan tingkat kemanisan buah jeruk. Untuk memastikan kemanisan buah jeruk, ada cara lain namun bersifat destruktif atau merusak fisik buah.
Ukur kemanisan jeruk berbasis spektroskopi fluoresensi
Misalnya pengujian dengan alat refraktometer yang memerlukan cairan dari daging buah sebagai sampel pengukuran. Metode ini tentu harus mengupas buah jeruk dan mendapatkan cairannya.
Cara tersebut tentu tidak bisa diterapkan bagi penjual buah jeruk. Melihat permasalahan ini tim dari Institut Pertanian Bogor (IPB) membuat inovasi metode pengukuran kemanisan buah jeruk yang bersifat non-destruktif.
Penelitian ini bertujuan mengembangkan alat portabel untuk evaluasi mutu buah jeruk secara non-destruktif berbasis metode spektroskopi fluoresensi.
Alat portabel pendeteksi mutu buah jeruk berbasis spektroskopi fluoresensi ini diberi nama smurf 2.0.
Manfaatkan sinar UV dan fluoresensi pada jeruk
Mengutip dari kanal YouTube resmi IPB TV, Selasa (8/2/2022), buah jeruk mengandung flavon polimetoksilasi yaitu salah satu zat fluoresensi yang bersinar di bawah sinar UV. Fluoresensi adalah fenomena luminesensi yaitu fenomena terpancarnya sinar oleh suatu zat yang telah menyerap berkas cahaya atau radiasi elektromagnetik lain.
Sedangkan alat inovasi dari tim IPB ini bekerja dengan mengeluarkan sinar UV yang akan diserap oleh zat fluoresensi yang ada dalam buah jeruk.
Kemudian sensor dalam alat akan membaca spektrum fluoresensi dari jeruk atau terjadi proses scanning.
Hasil pengukuran level kemanisan akan muncul pada layar dalam satuan brix. Brix merupakan derajat satuan untuk menggambarkan jumlah atau kadar kandungan gula (zat padat) yang terlarut dalam larutan air.
Termasuk inovasi baru di Indonesia
Ketua tim inovasi Smurf 2.0 Slamet Widodo mengatakan, pengukuran senyawa fluoresensi pada kulit buah jeruk dapat mengetahui tingkat kematangan dan kemanisan buah jeruk. Semakin besar nilai brix yang terlihat di alat Smurf 2.0, tingkat kemanisannya semakin tinggi.
Menurutnya, selama ini cara mengetahui tingkat kemanisan buah jeruk dengan cara destruktif, salah satunya dengan cara refraktometer. Yakni dengan ambil sampel buah dan peras kandungan airnya dan dilihat hasilnya.
"Cara yang non-destruktif saya kira di luar negeri sudah cukup banyak, beberapa menggunakan seperti infra red atau yang lain. Namun di Indonesia masih relatif yang baru. Inovasi menggunakan fluoresensi ini masih cukup baru," ungkap Slamet Widodo.
Slamet Widodo dan tim masih mengembangkan inovasi Smurf 2.0 agar semakin akurat dan efisien dalam penggunaannya. Dengan alat ini bisa mempermudah menentukan kualitas mutu buah jeruk secara non-destruktif.
Dengan alat ini tim IPB berharap bisa membantu petani dan pedagang jeruk atau masyarakat dalam memilih kualitas buah jeruk yang baik.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/02/08/110535871/ukur-tingkat-kemanisan-buah-jeruk-dengan-alat-inovasi-tim-ipb