KOMPAS.com - Ada banyak catatan sejarah di Indonesia. Terlebih di Aceh juga ada catatan sejarahnya. Salah satunya menjadi lokasi berdirinya kerajaan Islam di Indonesia, yakni Kerajaan Samudera Pasai.
Tak hanya itu saja, pada masa perjuangan melawan penjajah baik Belanda maupun Jepang, ada pejuang dari Aceh yang namanya cukup dikenal hingga dijadikan pahlawan nasional.
Begitu banyak pertempuran yang pecah di tanah rencong. Hal ini dikarenakan rakyat Aceh menolak menyerah dan tunduk pada kolonialisme yang merajalela.
Bagi siswa sekolah, berikut ini tiga sosok pahlawan nasional dari Aceh. Informasi dilansir dari laman Direktorat SMP Kemendikbud Ristek, Selasa (15/2/2022).
Pahlawan nasional dari Aceh
1. Cut Nyak Dhien
Siapa yang tak kenal nama pahlawan nasional ini. Cut Nyak Dhien, salah satu srikandi Aceh ini lahir pada tahun 1848 di kampung Lampadang.
Sebagai seorang keturunan bangsawan, Cut Nyak Dhien memiliki sifat kepahlawanan yang diturunkan dari sang ayah yang juga berjuang dalam perang Aceh melawan kolonial Belanda.
Ia dikenal sebagai pejuang tangguh dan mampu menghidupkan semangat teman seperjuangan dan pengikutnya. Hingga menginjak usia senja, Cut Nyak Dhien dan pengikutnya terus bergerilya dan menolak untuk menyerah.
Pada 7 November 1905, Cut Nyak Dhien ditangkap oleh Pang Laot yang sudah bersekutu dengan Belanda. Setelah ditangkap ia kemudian diasingkan ke Sumedang. Ia akhirnya meninggal pada 6 November 1908 di tempat pengasingannya.
Cut Nyak Dhien secara resmi dinobatkan sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 1964.
2. Cut Nyak Meutia
Pahlawan nasional asal Aceh selanjutnya ialah Cut Meutia. Ia dilahirkan pada tahun 1870. Sang ayah bernama Teuku Ben Daud Pirak dan ibunya bernama Cut Jah.
Cut Meutia merupakan anak perempuan satu-satunya dari lima bersaudara. Saat memasuki usia dewasa Cut Meutia dinikahkan dengan Teuku Syamsarif. Namun sayangnya pernikahan tersebut tidak bertahan lama.
Cut Meutia akhirnya membangun rumah tangga bersama Teuku Chik Tunong. Keduanya berjuang bersama menjalankan siasat perang gerilya dan spionase yang diawali pada 1901.
Setelah Cik Tunong dijatuhkan hukuman tembak mati oleh Belanda, Cut Meutia tetap melanjutkan perjuangan bersama Pang Nanggroe hingga 25 September 1910.
Pasca wafatnya Pang Nanggroe pun, Cut Meutia tetap melakukan perlawanan bersenjata. Cut Meutia akhirnya meninggal di medan perang pada 25 Oktober 1910.
Cut Meutia kemudian ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964.
3. Teuku Nyak Arif
Sosok pahlawan dari Aceh lainnya ialah Teuku Nyak Arif. Teuku Nyak Arif merupakan anak seorang Ulee Balang Panglima Sagi XXVI mukim, yang lahir pada 17 Juli 1899 di Ulee Lheue 5 km dari Banda Aceh.
Sejak kecil, Teuku Nyak Arif telah dikenal sebagai sosok yang pandai. Menginjak masa remaja rasa nasionalisme kian meninggi. Pada 16 Mei 1927 Teuku Nyak Arif diangkat menjadi anggota Dewan Rakyat (Volksraad), di samping tetap sebagai Panglima Sagi XXVI mukim.
Hal ini lantas digunakan oleh Teuku Nyak Arif untuk mengkritik pemerintah Belanda. Begitupun ketika Jepang mulai memasuki Indonesia. Sikap berani yang ditunjukkan Teuku Nyak Arif membuat sosoknya menjadi tokoh yang diperhatikan oleh Jepang.
Pada Oktober 1945 Teuku Nyak Arif membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). Aktivitas yang padat kemudian membuatnya jatuh sakit. Pada 4 Mei 1946 ia pun meninggal dunia dan dimakamkan di Desa Lam Reung, Aceh Besar.
Teuku Nyak Arif kemudian ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden pada 9 November 1974.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/02/16/133038971/siswa-ini-3-pahlawan-nasional-dari-aceh