Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perjuangan Guru Abdul Kunjungi Rumah Siswa yang Sulit Belajar Online

KOMPAS.com - Pendemi Covid-19 yang telah berlangsung selama dua tahun lebih, berdampak besar pada berbagai bidang.

Dalam bidang pendidikan, pandemi membuat pembelajaran dilakukan secara jarak jauh guna memutus penyebaran virus corona di satuan pendidikan. Belajar dari rumah pun menjadi upaya bersama untuk memutus penyebaran Covid-19.

Meski terjadi kendala dalam jaringan internet maupun penggunaan teknologi di sejumlah wilayah, ternyata ada banyak guru-guru merdeka belajar yang tetap berkomitmen memberikan pembelajaran yang berkualitas dan bermakna bagi pelajar Indonesia.

Salah satu cerita datang dari Guru Abdul Malik yang tetap memberikan hak bagi siswanya untuk mendapatkan pembelajaran meski terkendala jaringan internet.

"Seperti yang terjadi di sekolah tempat saya bertugas. Jaringan internet hanya ada di Sekolah berupa WiFi bantuan dari Bakti Kominfo. Kondisi ini memaksa kami untuk melaksanakan pembelajaran secara luring," tuturnya dalam laman Ayo Guru Berbagi Kemendikbud Ristek.

Tugas guru menuntun tumbuh kembang siswa

Tak menyerah dengan kondisi, selama pandemi, Guru Abdul Malik menggunakan metode belajar "Guru Kunjung (Rukun)" dan mendatangi rumah siswanya.

Guru Abdul Malik mengatakan, semangat itu didapatnya dari Ki Hadjar Dewantara, bahwa pendidikan harus mampu menyesuaikan dengan kodrat alam anak dan tuntutan perkembangan zaman.

"Seorang guru harus ‘menghamba kepada anak” yang berarti memberikan pelayanan yang optimal bagi tumbuh kembang anak, dengan mempertimbangkan segala hal yang mendukung dalam memfasilitasi dan memotivasi proses anak membangun pengetahuan, keterampilan dan sikapnya," terangnya.

Pendidik, lanjut dia, harus memandang seorang peserta didik sebagai manusia yang mempunyai bakat, minat dan potensi masing-masing. Sehingga, tugas guru adalah memfasilitasi, menuntun tumbuh kembangnya potensi tersebut.

"Peserta didik seharusnya dijadikan subjek pendidikan, bukanlah objek pendidikan yang dapat diperlakukan seenaknya dan diperintah-perintah semaunya. Memaknai hal ini, seorang guru harus merancang pembelajaran sedemikian rupa agar peserta didik menggali informasi, mengamati, mempraktikkan, dan mengomunikasikannya sendiri," imbuh dia.

Guru Abdul Malik mengatakan, sebagai salah satu upaya yang telah dilakukan sekolah untuk meningkatkan partisipasi peserta didik adalah guru mengambil langsung jawaban ke rumah peserta didik. Namun, menurutnya hasilnya belum maksimal karena beberapa siswa tidak ada di rumah dengan alasan membantu orang tua di sawah.

Selain itu, kata dia, saat siswa sendiri berhadapan langsung dengan gurunya, siswa merasa malu menyampaikan kendala yang dihadapi dalam memahami materi.

Di samping itu, selama BDR penanaman karakter baik atau penumbuhan budi pekerti bagi peserta didik seolah terabaikan.

"Memperhatikan kondisi tersebut kita perlu melakukan suatu tindakan. Langkah seperti apa yang bisa dilakukan supaya anak didik tetap memperoleh haknya dalam belajar dan guru bisa melaksanakan perannya sebagai penuntun dengan baik. Dengan harapan anak didik dapat tumbuh dan berkembang dengan motivasi yang kuat untuk belajar selama masa pandemi dan bisa memperoleh kemerdekaannya dalam belajar," papar Guru Abdul Malik.

Guru datangi rumah siswa langsung

Dengan melihat kondisi di lapangan saat ini mendorong Guru Abdul Malik melakukan sebuah aksi nyata untuk melakukan perubahan dimulai dari sekolah tempatnya bertugas.

"Adapun aksi nyata yang saya lakukan adalah melaksanakan pembelajaran melalui kunjungan rumah yang disebut dengan Guru Kunjung (Rukun). Rukun ini sebagai salah satu upaya memberikan layanan pendidikan pada anak didik selama masa pandemi agar anak memperoleh haknya untuk belajar," cerita Guru Abdul Malik.

Pembelajaran melalui rukun, terang dia, bukan untuk ketuntasan kurikulum semata melainkan sebagai sarana untuk menanamkan karakter/budi pekerti baik bagi anak seperti pembiasaan penggunaan bahasa, sikap dan etika sopan santun.

Ia mengatakan, penguatan karakter yang baik ini sesuai dengan falsafah hidup “Tau Samawa” (orang Sumbawa) yang kental dengan nilai-nilai keagamaan yaitu “adat barenti ko syara, syaya barenti ko kitabullah”. Selain itu, memiliki adab yang mengatur etika masyarakat.

Langkah pertama yang ia lakukan adalah berkonsultasi dengan kepala sekolah selaku pimpinan untuk menyampaikan rencana aksi nyata.

"Setelah mendapat respon positif dan persetujuan dari pimpinan, langkah selanjutnya yang saya lakukan adalah melakukan tes diagnostik nonkognitif. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan siswa dalam belajar, termasuk gaya belajar atau model pembelajaran yang mereka inginkan," ujarnya.

Dari hasil tes tersebut, Guru Abdul Malik mendapati sebagian besar siswa merasa bahwa pembelajaran selama BDR membosankan, siswa jenuh dengan banyaknya tugas yang mereka kerjakan sendiri.

Ketika ada materi yang tidak dipahami siswa bingung karena tidak ada tempat untuk bertanya. Orangtua pun tidak paham dengan materi pelajaran. Sementara dengan guru mereka malu jika sendiri. Siswa juga berharap diberikan tugas secara kelompok.

Setelah mempelajari hasil tes diagnostic tersebut, Guru Abdul Malik berupaya untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan anak didik.

"Untuk memenuhi harapan siswa tersebut, saya membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 3-4 orang. Saya mendatangi setiap kelompok di rumah yang telah disepakati. Pada pertemuan ini, saya membuat kesepakatan dengan kelompok. Kesepakatan mengenai tugas yang akan mereka kerjakan, waktu untuk penyelesaian tugas, pembagian peran dalam kelompok, dan waktu untuk pertemuan selanjutnya," jelas dia.

Tidak lupa, Guru Abdul Malik juga membiasakan mereka untuk senyum, sapa, salam, sopan dan santun.

"Saya selalu menekankan bahwa setiap siswa harus memiliki etika atau sopan santun baik dalam bersikap, berbicara maupun bertindak," imbuhnya.

Guru Abdul Malik memberikan ruang untuk belajar mandiri bagi siswa tentang materi pelajaran, di mana siswa diberi kesempatan untuk menuangkannya pada selembar kertas manila. Pertemuan berikutnya mereka mempresentasikannya dalam kelompok.

"Setelah siswa presentasi, saya memberikan penghargaan terhadap hasil presentasi dan kerja kelompok. pertemuan berikutnya saya memberikan penguatan dan menyamakan persepsi siswa tentang materi yang telah mereka pelajari," tuturnya.

Dari hasil aksi nyata, tampak bahwa siswa melakukan kemandirian dalam melaksanakan tanggung jawab sesuai peran yang disepakati. Mereka mampu bekerja sama dalam berkarya.

"Di samping itu, mereka menampilkan sikap yang baik dalam berdiskusi juga berinteraksi dengan sesama siswa dan guru. Ini menunjukkan bahwa mereka telah melaksanakan beberapa profil pelajar Pancasila. Semoga sikap ini tidak hanya sampai di sini tetapi mereka tetap mengamalkannya setiap saat," paparnya.

Guru Abdul Malik mengatakan, siswa merasa senang dengan pengalaman belajar yang telah dilalui. Mereka antusias untuk bekerja secara kelompok. Motivasi belajar pun semakin meningkat.

Sebagai upaya perbaikan untuk selanjutnya, Guru Abdul Malik mengatakan yang perlu dilakukan adalah guru akan membuat video pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar.

Kolaborasi dengan orang tua peserta didik menurutnya juga harus lebih diintensifkan.

"Selain kunjungan ke rumah siswa, guru harus lebih aktif berkomunikasi dengan siswa via SMS atau telepon supaya semangat belajar yang sudah mulai meningkat tidak berkurang bahkan bisa lebih meningkat lagi. Hal terpenting dalam menuntun dan penanaman karakter yang baik adalah guru harus secara maksimal menjadi teladan bagi anak didik, mampu memberikan semangat serta selalu mendorong anak didik untuk berkarya dan berprestasi," pungkasnya.

https://edukasi.kompas.com/read/2022/03/02/102002871/perjuangan-guru-abdul-kunjungi-rumah-siswa-yang-sulit-belajar-online

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke