Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pertarungan Sengit Sura dan Baya, Fabel Cikal Bakal Nama Kota Surabaya

KOMPAS.com - Ketika mendengar Surabaya, kita pasti teringat berbagai hal ikonik kota tersebut, seperti kuliner manis pedas rujak cingur, Ibu Risma Tri Maharani—Menteri Sosial era Jokowi yang pernah menjabat sebagai walikota Surabaya, atau lambang ibu kota provinsi Jawa Timur tersebut, yaitu Patung Sura dan Baya.

Penamaan kota Surabaya bukanlah tanpa makna. Dikutip dari situs Pemerintah Kota Surabaya, kata sura dan baya dalam Surabaya berarti berani dan bahaya. Secara harfiah, penamaan ini melambangkan semangat keberanian menghadapi mara bahaya yang akan datang.

Uniknya, konon penamaan sura dan baya ini juga erat kaitannya dengan cerita dongeng fabel asal Surabaya. Dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua bertajuk “Dongeng Asal Usul Kota Surabaya”, diceritakan Sura, ikan hiu penguasa lautan, dan Baya, seekor buaya penguasa sungai, bertarung memperebutkan wilayah ketika mencari makan.

Semua bermula dengan kebosanan Sura memakan ikan di laut setiap hari. Tak tinggal diam, ia berusaha mencari alternatif makanan lain di penjuru lautan. Sura kemudian berenang kesana kemari hingga menemukan sungai yang bermuara di laut.

Lantas, ia jadi berangan-angan bahwa di sungai terdapat banyak santapan lezat yang bisa disantap. Sura lalu memutuskan untuk pergi ke sungai esok hari.

Keesokannya, seperti yang sudah diputuskan, Sura pergi berenang menuju sungai. Ketika sudah berada di sungai, ia melihat seekor anak kijang sedang meminum air sungai dengan tenang.

Rasa lapar tak terbendung ketika Sura melihat anak kijang tersebut. Tidak perlu waktu lama, dilahaplah anak kijang tersebut oleh Sura.

Sura sangat senang melahap anak kijang tersebut. Rasa nikmat dan lezat menari-nari di lidahnya sehingga membuatnya ketagihan. Ia lalu memutuskan untuk kembali lagi ke sungai keesokan hari, lusa, dan seterusnya.

Suatu ketika, Baya merasa ada yang tidak beres di sungainya karena semakin hari semakin sulit untuk mencari makanan. Ia lantas menyelidiki penyebab keanehan ini. Ternyata, ia menemukan Sura sedang lahap menyantap seekor anak monyet.

Baya lantas menjadi sangat marah ketika melihat pemandangan tersebut. Ia merasa bahwa Sura telah memasuki daerah kekuasaannya, bahkan menghabiskan makanan yang seharusnya menjadi milik Baya. Baya kemudian menegur Sura.

Akan tetapi, jawaban Sura membuat Baya sangat marah. Sura merasa bahwa sungai bukanlah daerah kekuasaan Baya sehingga ia merasa bebas untuk mencari makan di sungai. Baya yang naik pitam karena omongan Sura kemudian bertarung melawan hiu penguasa lautan tersebut.

Pertarungan tersebut terjadi sangat lama bahkan berhari-hari karena kekuatan dari keduanya yang sepadan. Hingga akhirnya, Sura dan Baya merasa kelelahan lalu menyudahi pertarungannya dan memilih untuk melakukan perjanjian tentang daerah kekuasan.

Sura berkuasa di lautan dan Baya berkuasa di sungai. Muara adalah batas kekuasaan keduanya.

Waktu demi waktu berlalu, Sura yang serakah kemudian melanggar perjanjian dan berburu makanan di sungai. Baya yang melihat keserakahan Sura lantas merasa sangat marah. Lagi-lagi, pertarungan sengit terjadi antara keduanya.

Namun, pertarungan kali ini lebih mempertaruhkan nyawa dibanding sebelumnya. Bagaimana nasib keduanya dalam pertarungan sengit hidup dan mati ini?

Dengarkan episode “Dongeng Asal Usul Kota Surabaya” siniar Dongeng Pilihan Orangtua.

Tak hanya dongeng asal-usul kota Surabaya, dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua yang tayang setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat di Spotify, juga terdapat dongeng anak lainnya dari segala penjuru dunia.

Dengarkan “Dongeng Asal Usul Kota Surabaya” melalui tautan berikut https://spoti.fi/3IkD9JG

https://edukasi.kompas.com/read/2022/03/04/130000871/pertarungan-sengit-sura-dan-baya-fabel-cikal-bakal-nama-kota-surabaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke