KOMPAS.com - Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) telah meluluskan banyak alumni.
Menariknya, sejumlah alumni FISIP UB memilih untuk kembali dan mengabdi ke desa di mana mereka berasal, seperti Ainul Yaqin yang merupakan alumni jurusan Pemerintahan UB angkatan 2013 dan Ida Nurhayati, alumni Pemerintahan angkatan 2012.
Keduanya menceritakan alasan kembali ke desa lewat kuliah tamu UB bertema Problem Kepemimpinan dan hingga Penyusunan Kebijakan Desa, Senin (7/3/2022).
Memilih jadi Kepala Desa
Beberapa cerita menarik pun terungkap. Ainul Yaqin misalnya, saat ini ia telah terpilih sebagai Kepala Desa Susuk Tengah Kecamatan Sandaran Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur.
Ainul sendiri awalnya belum pernah terpikir bisa menjadi kepala desa. Bahkan, sebelumnya dia lebih memilih jalur politik, mencalonkan diri sebagai anggota DPRD setempat.
“Saya awalnya calon legislatif di Kutai Timur tapi gagal. 2021 ada tawaran untuk maju di pemilihan Kepala Desa Susuk Tengah,” ucapnya seperti dilansir dari laman UB.
Ainul mengaku tidak langsung menerima tawaran itu. Dia memilih berdiskusi dengan guru semasa SMA.
“Beliau menyarankan untuk membina dulu di desa. Akhirnya saya yakin maju dan terpilih,” ungkapnya.
Tanpa pengalaman di pemerintahan sebelumnya, tak membuat Ainul patah arang. Apalagi tantangan bertambah karena Desa Susuk Tengah termasuk desa baru di Kabupaten Kutai Timur.
“Ini desa baru. Sekitar empat tahun dipimpin pelaksana jabatan, baru sekarang saya yang baru 4 bulan ini memimpin. Tugasnya tak mudah salah satunya menyusun RPJMDes. Meski saya baru tapi yang penting kerjasama dengan perangkat desa yang lain,” tuturnya.
Gagal CPNS dan jadi Sekretaris Desa
Lain pula cerita Ida Nurhayati. Sekarang ia dipercaya sebagai Sekretaris Desa Kendalkemlagi Kecamatan Karaggeneng Lamongan.
Dia mengaku menjadi Sekretaris Desa lewat proses berliku, salah satunya ketidakterbukaan informasi pada proses seleksi.
“Saya lulus 2017 kemudian ikut CPNS tapi gagal. Akhir 2017 kami mendengar ada seleksi sekretaris desa. Tapi saat keluarga saya tanya ke kepala desa bilangnya tidak ada,” ucapnya.
Tidak patah semangat, Ida pun memberanikan diri bertemu langsung kepala desa untuk menanyakan informasi penerimaan tersebut. Usahanya pun membuahkan hasil.
“Akhirnya kepala desa ini meminta maaf dan kemudian seleksi ini dibuka untuk umum. Saya ikut tes Februari 2018 dan Maret sudah jadi sekretaris desa,” sambungnya.
Sudah empat tahun menjadi Sekretaris Desa cukup membuat Ida belajar bagaimana mengelola pemerintahan desa.
“Kalau khusus untuk sekdes tugasnya soal verifikator saja. Seluruh administrasi di desa yang memverifikasi adalah sekdes mulai peraturan hingga data yang lain,” tuturnya.
Jujur menjadi modal utama
Kepada mahasiswa Pemerintahan UB, kedua berpesan agar saat masuk ke pemerintahan, modal pertama yang harus selalu dijaga adalah kejujuran.
“Modal utama adalah jujur. Seperti minum jamu pertama biasanya pahit tapi setelahnya akan biasa,” ucap Ida.
“Ikuti juga kegiatan organisasi saat di kampus sebab ini akan mengasah soft skill salah satunya lobi. Sebab lobi ini ketika sudah terjun langsung di lingkungan pemerintahan akan sangat berpengaruh,” pungkas Ida menambahkan.
Kegiatan kuliah tamu oleh Pemerintahan UB ini sendiri diikuti oleh sekitar 150 peserta yang dilakukan secara online.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/03/10/165003371/cerita-dua-lulusan-universitas-brawijaya-kembali-dan-mengabdi-di-desa