Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenali "Mom Shaming", Psikolog UM Surabaya Beberkan Cirinya

KOMPAS.com - Menjadi ibu memang tidak mudah. Setelah melahirkan, tubuh yang lelah dan masih terasa nyeri harus beradaptasi dengan lingkungan dan kehadiran anggota keluarga baru.

Belum juga masalah hormonal ibu melahirkan dan psikis yang mudah terkena sindrom baby blues.

Kondisi para ibu yang seperti ini, kadang pula masih harus menerima kritikan dari orang sekitar dengan cara melihat ibu mengasuh anak. Kritikan ini, sering pula disebut "mom shaming".

Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Dewi Ilma Antawati menjelaskan, mom shaming merupakan istilah popular yang mengacu pada perilaku menghakimi, mengkritik, mempermalukan seorang yang berstatus sebagai ibu.

Biasanya, kritikan muncul atas pilihan ibu saat mengambil keputusan, kemampuan, maupun hal-hal yang dilakukan dalam pengasuhan.

"Mengkritik pilihan ibu menjadi ibu rumah tangga atau wanita karir, bentuk tubuh ibu, pilihan metode persalinan, pemilihan pemberian ASI atau susu formula, bentuk tubuh anak hingga metode pengasuhan anak adalah bentuk mom shaming," urai Ilma dilansir dari laman UM Surabaya.

Ilma menambahkan, mom shaming dapat dilakukan secara sadar maupun tidak sadar, secara langsung maupun lewat media sosial.

Beberapa survei menunjukkan pelaku mom shaming adalah orang terdekat ibu, mulai dari orangtua, mertua, dan kerabat dekat.

“Jika perilaku ini dibiarkan terus menerus akan berdampak negatif pada korban, seperti hilangnya rasa percaya diri, kecemasan dan stres tentang pengasuhan, menurunnya kesehatan fisik, hingga memicu post partum depression. Parahnya lagi juga bisa berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak melalui perilaku ibu," kata dia.

Lanjut Ilma menambahkan, pelaku mom shaming adalah mereka yang memiliki rasa empati yang rendah.

Dalam konteks mom shaming, pelaku melakukan pembenaran terhadap standard nilai-nilai maupun perilakunya sendiri.

Khususnya dalam hal pengasuhan, dengan tujuan mendapatkan rasa keberhargaan diri yang tidak dimilikinya dan menurunkan inferioritasnya.

Sementara untuk mengatasi dampak negatif mom shaming seorang ibu dapat menata pikirannya agar tetap positif.

Yakni, dengan fokus pada hal-hal positif yang sudah dilakukan, menerima tidak ada orang yang sempurna, dan bersedia untuk terus belajar mengembangkan diri sebagai ibu.

Lalu tidak membiarkan komentar negatif dari orang lain terkait bagaimana ibu mengatur, mengambil keputusan atau pilihan dalam mengasuh anak.

“Terakhir keluarga penting untuk memiliki kesadaran, bahwa keluarga adalah support system terbaik, mulai dari suami, keluarga, teman dekat, hingga komunitas ibu. Jika itu terjadi seseorang juga bisa mendapatkan bantuan professional seperti konselor, psikolog, dan dokter,”tutupnya.

https://edukasi.kompas.com/read/2022/03/12/113441371/kenali-mom-shaming-psikolog-um-surabaya-beberkan-cirinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke