KOMPAS.com - Mahasiswa lulusan Pendidikan Vokasi didorong memiliki keterampilan yang dibutuhkan dunia kerja.
Keterampilan ini bisa diperoleh saat program magang di industri kerja langsung. Selain itu keterampilan mahasiswa juga diperoleh dari para dosen yang berkompeten.
Sekolah Vokasi Undip menargetkan semua dosennya harus tersertifikasi kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi (BNSP) atau lembaga asesmen lainnya tahun ini.
Dekan Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro (Undip), Prof. Ir. Budiyono mengatakan, hal tersebut juga diharapkan bagi semua Sekolah Vokasi di Indonesia.
Tingkatkan daya saing sekolah vokasi
Hal ini disampaikan Prof. Budiyono saat menerima kunjungan antar-institusi perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi yakni Universitas Brawijaya (UB), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Institut Pertanian Bogor (IPB).
"Kunjungan ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi. Namun juga sarana untuk membahas isu-isu strategis tentang penyelenggaraan pendidikan vokasi di perguruan tinggi," papar Prof. Budi seperti dikutip dari laman Undip, Sabtu (12/3/2022).
Budi mengungkapkan, meski institusi yang dipimpinnya terbilang "muda" jika dibandingkan fakultas lainnya di lingkungan Universitas Diponegoro. Pihaknya fokus untuk meningkatkan daya saing Sekolah Vokasi Undip.
"Hal ini dibuktikan dari capaian Sekolah Vokasi yang kini paling tidak pada urutan keempat sebagai fakultas terbaik di Undip," imbuh Prof. Budi.
Terapkan project based learning di pendidikan vokasi
Hal ini tercermin dari kinerja tahunan dan alokasi dana yang dikelolanya. Guru Besar Bidang Teknik Kimia ini menambahkan, sebagai penyelenggara pendidikan vokasi di tingkat perguruan tinggi, Sekolah Vokasi Undip menerapkan Project Based Learning (PBL) sebagai metode pembelajaran utama untuk mengasah keterampilan mahasiswa.
"Guna mendukung keberhasilan misi pendidikan vokasi. Setiap dosen sebagai pengajar profesional pun wajib mengantongi sertifikat kompetensi dan profesi," urai Prof. Budi.
Sehingga benar-benar mampu membimbing dan mendampingi proses belajar mahasiswa secara kompeten.
Prof. Budi menggarisbawahi bahwa kebijakan ini berlaku pula bagi mahasiswa. Sebelum lulus, mahasiswa harus mengikuti uji kompetensi sesuai bidang keilmuan agar dapat dinilai layak untuk memperoleh sertifikat kompetensi profesi.
"Kebijakan ini bertujuan agar mahasiswa dapat menjadi lulusan terampil yang kompetitif. Sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri," jelasnya.
Menurutnya, strategi lain untuk mendukung kompetensi lulusan adalah penyempurnaan Fasilitas E-Learning Studio dan Vocational Tax Corner untuk mendukung pelaksanaan metode pembelajaran Project Based Learning (PBL).
"PBL menjadi kekuatan untuk bidang pendidikan vokasi sehingga lulusan siap dipekerjakan dengan soft skills memadai," imbuh Prof. Unti Ludigdo, Direktur Sekolah Vokasi Universitas Brawijaya.
Prof. Unti Ludigdo menegaskan, upaya penguatan penyelenggaraan pendidikan vokasi juga dapat dilakukan melalui kolaborasi antar universitas dengan adanya Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia (FPTVI).
Perkuat sistem pendidikan di Sekolah Vokasi
Dekan Fakultas Vokasi ITS Prof. Muhammad Sigit Darmawan sekaligus Ketua FPTVI menegaskan, pihaknya terus mendorong agar sekolah atau fakultas vokasi di Indonesia memperkuat sistem pendidikannya. Termasuk penguatan PBL dengan didukung dosen-dosen yang tersertifikasi.
Dekan Sekolah Vokasi IPB Arief Darjanto menegaskan, teaching factory yang menjadi ciri khas pendidikan vokasi juga harus dioptimalkan melalui penyelenggaraan PBL. Teaching factory juga terjadi di banyak negara maju.
Keempat pimpinan sekolah atau fakultas vokasi dari universitas berbeda ini siap memperkuat sinergi untuk mengembangkan PBL sebagai upaya memajukan pendidikan terapan di perguruan tinggi.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/03/12/204427371/penerapan-project-based-learning-jadi-kekuatan-pendidikan-vokasi