KOMPAS.com - Memasuki usia remaja, anak mulai mencari jati dirinya. Anak usia remaja juga baru suka-sukanya bermain dengan teman sebaya mereka.
Keadaan ini merupakan hal lumrah. Namun orangtua tetap harus memantau dengan siapa saja anak-anaknya bergaul.
Hal ini penting dilakukan agar anak tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang sangat merugikan untuk masa depan mereka.
Melansir dari laman Direktorat SMP Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Rabu (16/3/2022), pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang.
Istilah "bebas" yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering muncul baik di lingkungan maupun di media massa. Bahkan pada saat ini kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Beberapa contoh dari pergaulan bebas adalah seperti merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, tawuran, mengonsumsi obat-obatan terlarang, hingga melakukan seks bebas.
Perlu diketahui bahwa anak usia remaja melakukan hal-hal tersebut karena ada faktor pemicunya. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab pergaulan bebas di kalangan remaja. Berikut penjelasan dari penyebab pergaulan bebas:
1. Tingkat pendidikan keluarga yang minim
Lingkungan keluarga adalah salah satu faktor kunci yang sangat memengaruhi tindakan dan perilaku remaja di masyarakat. Minimnya tingkat pendidikan di keluarga membuat remaja mudah terpengaruh pergaulan bebas.
Orangtua yang tidak melakukan pengawasan secara intens mengakibatkan remaja terjerumus tanpa tahu itu benar atau tidaknya. Contohnya adalah orangtua memberi izin anaknya untuk berpacaran, tapi orangtua tidak melakukan pengawasan.
2. Broken home
Selain tingkat pendidikan dalam keluarga yang minim, broken home juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan remaja terkontaminasi pergaulan bebas. Broken home tidak selalu dikaitkan dengan perceraian orangtua. Tetapi keadaan rumah yang tidak nyaman juga bisa dikategorikan sebagai broken home.
Umumnya keadaan broken home membuat anak usia remaja kurang mendapatkan perhatian dari kedua orangtua. Kondisi ini tentu bermuara pada kurangnya pengawasan orangtua. Hal tersebut menyebabkan korban broken home mencoba mencari pelarian, salah satunya yakni ke pergaulan bebas.
3. Ekonomi keluarga
Faktor ekonomi keluarga yang kurang mampu juga berisiko membuat remaja putus sekolah. Apalagi ditambah jika keluarga tidak mendukung dan tidak berusaha. Akibatnya, kurang ilmu dan pendidikan membuat remaja tanpa sadar terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
4. Kondisi lingkungan
Ada pepatah yang mengibaratkan bergaul dengan tukang minyak wangi membuat kamu menjadi wangi. Namun bergaul dengan tukang minyak tanah membuat kamu menjadi bau minyak tanah.
Intinya adalah kondisi lingkungan akan memengaruhi karakter dan perilaku seseorang. Anak usia remaja perlu menghindari dan tidak meniru kelakuan buruk di lingkungan. Perlu kesadaran pada diri anak bahwa perilaku buruk itu berpotensi akan menjerumuskan ke hal negatif. Maka dari itu penting untuk menyaring pertemanan agar tidak terjerumus ke pergaulan bebas.
5. Penyalahgunaan internet
Peredaran arus informasi di internet sangatlah masif dan tidak bisa dihindari. Remaja bisa mengakses apa pun yang ada di internet.
Hal yang membuatnya berbahaya adalah risiko remaja meniru konten yang tidak pantas dari internet. Sehingga pengawasan dari orangtua ketika remaja sedang mengakses internet sangat penting dilakukan.
Demikian 5 penyebab pergaulan bebas di kalangan remaja. Orangtua wajib tahu informasi ini untuk melindungi anak agar tidak terjerumus ke pergaulan bebas.
Tidak hanya orangtua, masyarakat juga punya peran penting untuk mengawasi dan mengingatkan jika ada remaja melakukan hal negatif saat berada di lingkungan mereka.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/03/16/120010571/orangtua-ketahui-5-penyebab-anak-remaja-terjerumus-pergaulan-bebas