KOMPAS.com - Untuk menjaga kesehatan tubuh, gaya hidup harus diatur. Selain olahraga rutin, menjaga pola makan juga sangat berpengaruh pada kesehatan seseorang.
Terlebih saat ini banyak sekali jenis makanan yang tersedia. Sehingga orang harus bijaksana memilih makanan yang dikonsumsi.
Namun pada jenis makanan tertentu, apabila dikonsumsi terlalu banyak dan dalam jangka waktu lama akan berdampak pada kesehatan.
Terutama makanan junk food atau makanan cepat saji yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh.
Bahaya yang ditimbulkan oleh gangguan makan
dr. Tanjung Ayu Sumekar menjelaskan, bahaya yang ditimbulkan oleh gangguan makan antara lain gangguan kardiovaskular seperti penurunan massa otot, denyut jantung melemah, tekanan darah tinggi, masalah pencernaan.
"Gangguan kardiovaskular juga bisa berupa gangguan tidur, gangguan sistem rangka atau tulang, perubahan hormon, dan lain sebagainya," papar dr. Tanjung Ayu Sumekar seperti dikutip dari laman Undip, Sabtu (26/3/2022).
Penjelasan ini disampaikan dalam edukasi online dengan mengangkat topik "Gangguan Makan: Berbahayakah?" yang diadakan oleh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Psikiatri Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip).
Seminar ini bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Cabang Semarang menggandeng dua narasumber kompeten di bidangnya, yaitu dr. Hang Gunawan Asikin dan dr. Tanjung Ayu Sumekar.
"Dalam mendiagnosis kondisi gangguan makan, kita harus melihat apakah itu termasuk gangguan psikis, gangguan pencernaan, kondisi komorbiditas, atau gejala ini merupakan kumpulan dari penyakit-penyakit," tutur dr. Hang Gunawan Asikin.
Anorexia nervosa lebih berisiko dari depresi
Menurut Tanjung Ayu Sumekar, bahwa gejala gangguan makan seperti anorexia nervosa lebih berisiko dari depresi. Anorexia nervosa juga memiliki angka kematian lebih tinggi dari gejala gangguan makan lainnya.
Merangkum dari berbagai sumber, anoreksia nervosa (AN) adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut berlebihan terhadap peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang.
Pencitraan diri pada penderita AN dipengaruhi oleh bias kognitif (pola penyimpangan dalam menilai suatu situasi) dan memengaruhi cara seseorang dalam berpikir serta mengevaluasi tubuh dan makanannya.
AN merupakan sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal, pada penderitanya ditemukan peningkatan rasio enzim hati ALT dan GGT, hingga disfungsi hati akut pada tingkat lanjut.
"Anorexia nervosa berisiko lebih tinggi daripada depresi. Angka kematian dari gejala ini juga lebih tinggi dari gejala gangguan makan yang lain," imbuh dia.
Sayangnya, sebagian besar penderita gangguan makan tidak menyadari bahkan menolak bahwa mereka tengah menderita gangguan makan.
Maka dari itu, dengan adanya forum edukasi ini, Tanjung Ayu Sumekar berharap peserta dapat terbantu dalam mendeteksi gejala gangguan makan pada diri sendiri dan orang sekitar.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/03/26/183509171/webinar-undip-masyarakat-perlu-sadari-bahaya-gangguan-makan