KOMPAS.com - Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) menjadi salah satu tahapan yang wajib dilalui mahasiswa sebelum lulus.
Saat melaksanakan kegiatan KKN, mahasiswa akan terjun langsung di tengah masyarakat dan memberi solusi permasalahan yang terjadi.
Sehingga perlu perencanaan matang dan program yang tepat bagi mahasiswa yang mengikuti program KKN.
Namun Direktur Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Masyarakat (UGM), Prof. Irfan Dwidya Prijambada menyayangkan stereotipe yang melekat kepada program KKN kontemporer ini.
Stereotipe KKN kontemporer
Bahwa KKN kontemporer ini lekat dengan stereotipe program pengecatan fasilitas publik di lokasi tujuan KKN, pembuatan plang untuk menunjukkan rumah kepala desa. Hingga program atau kegiatan lainnya yang sebetulnya bukan menjadi harapan masyarakat.
"Sayangnya akhir-akhir ini, KKN itu selalu di stereotipe-kan seperti mengecat pagar, mengecat pos ronda, buat plang yang menunjukkan lokasi rumah kepala desa, makam, dan lain sebagainya," ungkap Prof. Irfan seperti dikutip dari laman UGM, Senin (28/3/2022).
Menurut dia, padahal bukan itu yang diharapkan masyarakat dengan adanya kegiatan KKN di wilayahnya.
Prof. Irfan mengatakan, kegiatan seperti mengecat pagar, mengecat pos ronda, atau membuat dan mewarnai tong sampah bisa dilakukan sendiri masyarakat tanpa harus ada keterlibatan mahasiswa.
"Saya (yang juga) tinggal di (kawasan) desa paling sebal kalau ada mahasiswa KKN datang kemudian mengajak kerja bakti buat tong sampah," beber Prof. Irfan.
Masyarakat butuh ilmu sebagai solusi permasalahan
Prof. Irfan menuturkan, masyarakat sebetulnya memerlukan penerapan ilmu pengetahuan yang tidak dimiliki masyarakat.
Masyarakat membutuhkan kegiatan yang dapat memecahkan permasalahan mereka. Sehingga, masyarakat berharap mahasiswa yang melakukan program KKN dapat datang melakukan penelitian dan lalu menerapkan hasil penelitian itu.
"Jadi, berikanlah hal yang khas produk perguruan tinggi. Bisa berupa riset, survei, penelitian. Nah ini lah yang diperlukan oleh masyarakat," tegas Prof. Irfan.
Prof. Irfan memahami bahwa penyelesaian masalah yang ada di masyarakat itu tentu tidak bisa dilakukan dalam satu kali periode KKN yang hanya berlangsung selama dua bulan.
Program KKN dibuat secara bertahap
Oleh karena itu, KKN kemudian dibuat secara bertahap untuk satu lokasi tujuan KKN. Pada tahun pertama, mahasiswa yang diberangkatkanmemiliki tugas utama melakukan pemetaan.
Pemetaan kepada permasalahan yang ada di masyarakat, potensinya, cara paling efektif untuk berkomunikasi dengan masyarakat, dan lain sebagainya. Setelah pemetaan dilakukan, hasilnya dibawa pulang ke kampus dan dibahas atau diteliti bersama-sama.
Pada tahun kedua, mahasiswa yang dikirimkan mempunyai tugas utama mengomunikasikan hasil pembahasan atau penelitian dan telah dilakukan kepada masyarakat.
Pada titik ini, masyarakat dibawa untuk membahas hasil penelitian guna mendapatkan persetujuan mereka. Jika masyarakat setuju, program berhasil ditetapkan, program berhasil masuk kedalam rencana pembangunan pemerintah setempat.
"Maka eksekusi program dapat dilakukan pada KKN tahun ketiga, keempat, dan seterusnya," imbuhnya.
KKN UGM mempunyai sejarah panjang dalam pembangunan masyarakat Indonesia. Dimulai dari tahun 1951 atau dua tahun setelah UGM dirikan, UGM telah merintis berbagai program pemberdayaan seperti membangun sekolah-sekolah.
Mengentaskan masalah kekeringan, menghijaukan lahan tandus, membasmi hama, dan lain sebagainya, di seluruh Indonesia.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/03/28/173018371/akademisi-ugm-program-kkn-bukan-hanya-sekadar-mengecat-pagar