KOMPAS.com - Selain memiliki potensi ekonomis yang menggiurkan, minyak atsiri juga memiliki potensi aromaterapi untuk penanggulangan Covid-19.
Hal ini disampaikan oleh Zulhamsyah Imran selaku Direktur SEAMEO BIOTROP dan Supriyanto yang merupakan Saintis Senior SEAMEO BIOTROP dalam paparan hasil penelitian “Tropical Diversity for Prevention Against Covid-19: Potential Use of Essential Oils Therapy Using Indigenous Knowledge” atau Keragaman Hayati Tropis untuk Pencegahan Covid-19: Potensi Penggunaan Aroma Terapi melalui Kearifan Lokal.
Penelitian tersebut merupakan hasil dari kolaborasi tiga SEAMEO Center, yaitu SEAMEO BIOTROP, TROPMED Malaysia, dan SEARCA Philipina.
Fungsi minyak atsiri dalam kesehatan
Minyak atsiri atau essential oil sendiri telah digunakan sejak jaman Cleopatra, Ayuverda, Mesopotamia, Babylonia dan China untuk parfum, kecantikan, keagamaan dan aromaterapi dengan harga yang mahal.
Supriyanto menyampaikan berbagai fungsi minyak atsiri dalam kesehatan yang telah diketahui, seperti mengurangi stress, sakit kepala, migrain, susah tidur, pembengkakan, dan banyak lainnya.
Salah satu produk turunan minyak atsiri, aromaterapi juga dipercaya dapat meningkatkan sistem limbik, yang memiliki peran penting dalam sistem pernafasan, detak jantung, dan peredaran darah.
“Minyak atsiri memiliki aktifitas biologis seperti antimutagenik, antikanker, antioksidan, antimikrobial, dan kemampuan antiviral yang dapat membantu untuk terapi Covid-19," ujarnya di Forum SEAMEO Centres Policy Research Network (CPRN, seperti dilansir dari laman Kemendikbud Ristek.
Minyak atsiri yang sering disebut sebagai minyak esensial (essential oils), kata Supriyanto merupakan hasil ekstraksi minyak dari tanaman yang umumnya dilakukan melalui proses distilasi.
Pemanfaatan minyak atsiri dan produk turunannya digunakan sebagai bahan obat herbal, aromaterapi, industri kesehatan, kosmetik, pangan, kuliner, hingga pertanian sebagai pestisida alami.
Namun demikian menurutnya masih diperlukan penelitian lanjutan yang lebih terfokus mengenai minyak atsiri yang terdapat di Asia Tenggara melalui analisis fitokimia, uji efektifitas, uji keamanan, uji klinis, dan Good Laboratory Practices (GLP) yang memadai.
“Pendekatan secara etnobotani juga perlu dilakukan untuk mengkaji karakteristik penggunaan minyak atsiri dan produk turunannya di komunitas lokal, terutama di Asia Tenggara,” pungkas dia.
Sebagai informasi, SEAMEO Centres Policy Research Network (CPRN) merupakan jejaring yang dikembangkan untuk meningkatkan relevansi dari SEAMEO Centres dan sekretariat terhadap kebutuhan pemangku kepentingan di bidang pendidikan untuk penelitian kebijakan di Asia Tenggara.
Tahun ini CPRN diselenggarakan secara daring pada 28-30 Maret 2022.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/03/31/154544671/peneliti-jelaskan-potensi-minyak-atsiri-untuk-menanggulangi-covid-19