KOMPAS.com - Makanan kemasan dan hidangan cepat saji, kebanyakan menambahkan berbagai zat tambahan (zat aditif) untuk meningkatkan cita rasa serta kualitas tampilan, agar lebih menarik sekaligus memperpanjang masa simpannya.
Makanan seperti ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat, khususnya anak-anak. Pasalnya, makanan itu memiliki kemasan yang menarik.
Di balik rasa yang enak, tahan lama, warna yang menarik, apakah zat-zat dalam makanan cepat saji tidak mengandung bahan berbahaya?
Untuk mengulas hal itu, Pakar Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Siti Mardiyah angkat suara.
Mardiyah menjelaskan, zat tambahan pada makan kemasan dinamakan dengan Bahan Tambahan Pangan (BTP).
Penambahan BTP yang boleh digunakan dalam makanan diatur dalam Permenkes No. 033 Tahun 2012 atau PerKaBPOM No. 11 tahun 2019 tentang bahan tambahan pangan.
"Ada sekitar 26 jenis bahan tambahan makanan yang diatur dalam kedua peraturan tersebut. Bahan yang dilarang digunakan pada pangan meliputi boraks atau asam borat, asam salisilat dan garamnya, dietil pirokarbonat, dulsin, kalium klorat, kloramfenikol, minyak nabati yang dibrominasi, nitrofurazon, serta formalin," urai Mardiyah dilansir dari lanan UM Surabaya.
Mardiyah menyebut ada beberapa jenis BTP yang sering digunakan dalam makanan kemasan jajanan anak yang perlu diwaspadai saat dikonsumsi. Berikut daftaranya.
1. MSG
Monosodium Glutamat (MSG) banyak orang menyebut seperti mecin. Yakni, bahan makanan untuk membuat rasanya lebih kuat dan gurih.
Hal itu menjadikan anak-anak suka.
Selain di makanan kemasan anak, MSG juga biasa ditemukan di produk mi instan.
Dia menjelaskan, beberapa penelitian menjelaskan mecin bisa menyebabkan masalah pada saraf dan kerja otak.
Kebanyakan makan mecin bisa menyebabkan sakit kepala dan mual-mual, sebagai gejala chinese restaurant syndrome.
2. Zat pewarna
BTP lain yang harus diwaspadai adalah zat pewarna.
Orangtua harus paham bahwa tidak semua pewarna makanan aman digunakan.
"Beberapa penelitian menunjukkan pewarna buatan dapat meningkatkan kecenderungan alergi anak dan hiperaktivitas pada anak dengan ADHD," tegas dia.
Dia mengaku, pewarna ini biasanya digunakan pada produk minuman kemasan, jelly, permen, dan es krim.
Dia berpesan, agar memilih makanan tanpa pewarna buatan, atau gunakan perwarna dari bahan-bahan alami, guna menghindari risiko kemunculan penyakit.
3. Perisa (flavour) buatan
Selanjutnya, BTP lain yang harus diwaspadai adalah perisa (flavour) buatan.
Beberapa minuman dan makanan kemasan dengan embel-embel rasa asli kadang mendapatkan rasanya dengan bantuan perisa buatan.
Penelitian yang dilakukan pada hewan menemukan bukti, bahwa perisa buatan memiliki beberapa efek racun terhadap kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan.
4. Pemanis buatan
Sirup jagung tinggi fruktosa harus diwaspadai, karena ada pemanis buatan yang merupakan salah satu BTP yang harus dijauhi.
Jika dikonsumsi terus menerus dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes.
Selain itu, zat yang satu ini juga dapat memicu peradangan dalam sel yang bisa mengakibatkan berbagai penyakit serius, seperti penyakit jantung dan kanker.
"Penelitian membuktikan pemanis jenis ini tidak mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Sebagai gantinya, pilih makanan dan minuman tanpa gula buatan tambahan. Kita bisa menambahkan madu murni sebagai pengganti gula yang lebih sehat," jelas dia.
Pemanis buatan, seperti aspartam, sakarin, dan siklamat yang aman digunakan dalam makanan dan minuman manis rendah kalori.
5. Pengawet
Penting juga untuk memahami pengawet dalam makanan. Kombinasi natrium benzoat dan pewarna makanan dapat meningkatkan kecenderungan hiperaktivitas pada anak.
Selain itu, natrium benzoat yang dikombinasikan dengan vitamin C bisa dapat berubah menjadi benzena, zat yang dapat meningkatkan risiko kanker.
Sehingga ada baiknya teliti dulu sebelum membeli.
Maka dari itu, hindari makanan dan minuman yang mengandung asam benzoat, natrium benzoat, benzena, atau benzoat yang dikombinasikan dengan vitamin C, seperti asam sitrat atau asam askorbat.
6. Lemak trans
Terakhir adalah lemak trans (trans fat). Lemak ini terbentuk akibat proses penggorengan suhu tinggi (deep frying), hidrogenasi, dan pemanggangan (baking).
Biasanya ditemukan dalam margarin, biskuit, pop corn, makanan yang digoreng, krimer, serta makanan cepat saji.
"Penelitian telah membuktikan lemak trans dapat meningkatkan kolesterol jahat LDL dan menurunkan kadar kolesterol baik HDL yang lambat laun meningkatkan risiko penyakit jantung. Untuk itu, ada baiknya untuk membatasi konsumsi makanan yang mengandung lemak trans," tukas dia.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/04/01/140114771/pakar-um-surabaya-sebut-6-zat-berbahaya-ini-banyak-di-makanan-kemasan