KOMPAS.com - Beberapa hari yang lalu, marak diberitakan bahwa BBM jenis Pertamax (Ron 92) bakal naik. Bahkan harganya bisa mencapai Rp 16.000 per liternya.
Namun, PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga Pertamax per 1 April 2022 ini dengan harga Rp 12.500 hingga Rp 13.000. Harga BBM non subsidi ini sebelumnya Rp Rp 9.000 – Rp 9.400 per liter.
Adapun PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga BBM umum untuk mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 62 K/12/MEM/2020.
Tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum.
Tak hanya itu saja, kenaikan harga dilakukan setelah mempertimbangkan lonjakan harga minyak mentah Indonesia (ICP) dari US$ 73,36 per barel pada Desember 2021 menjadi US$ 114,55 per 24 Maret 2022.
Ditentukan mekanisme pasar
Terkait harga Pertamax naik, Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Fahmy Radhi, MBA., berpendapat bahwa penetapan harga Pertamax mestinya ditentukan oleh mekanisme pasar.
Oleh karena itu, harga yang ideal adalah harga yang sesuai dengan harga keekonomian.
Menurutnya, harga Pertamax saat ini memang harus dinaikkan mengingat harga minyak dunia sudah mencapai $ 130 per barel. Jika tidak dinaikkan beban Pertamina semakin berat.
"Kenaikkan harga Pertamax oleh Pertamina menjadi Rp 12.500 per liter mulai 1 April 2022 sudah tepat," ujarnya dikutip dari laman UGM, Jumat (1/4/2022).
Meski demikian, ia menilai bahwa kenaikan harga Pertamax memicu inflasi. Hanya saja kontribusi terhadap inflasi kecil, pasalnya proporsi konsumen Pertamax di Indonesia hanya berkisar 12 persen saja.
"Kenaikan harga Pertamax memang memicu inflasi, tetapi jangan sentuh dan menaikkan harga Pertalite yang proporsi konsumennya mencapai 76 persen," katanya.
"Kenaikkan harga Pertalite tentu akan menyulut inflasi dan menurunkan daya beli rakyat," imbuhnya.
Ia menjelaskan bahwa konsumen Pertamax adalah golongan menengah ke atas yang menggunakan mobil-mobil mahal.
Dengan jenis konsumen semacam itu, menurutnya, jarang ditemui antrian panjang menjelang kenaikan harga.
Tetapi ia juga mengatakan bahwa para pengguna Pertamax tidak akan mudah untuk migrasi ke Pertalite yang harganya jauh lebih murah.
"Kenaikan inipun tidak akan secara signifikan mendongkrak penjualan Pertamax Turbo, meski dengan harga sekarang menjadi semakin pendek selisihnya. Kedua jenis Pertamax ini tetap berbeda," jelas Fahmy Radhi.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/04/01/152030671/pertamax-naik-pengamat-energi-ugm-sudah-tepat