Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pakar Unair Ungkap Penyebab dan Cara Cegah "Speech Delay" pada Anak

KOMPAS.com - Orangtua harus memperhatikan tumbuh kembang anak sejak mereka lahir. Hal ini penting dilakukan agar orangtua bisa cepat mendeteksi jika anak mengalami kendala dalam masa tumbuh kembangnya.

Salah satu fase tumbuh kembang anak yang perlu diperhatikan yakni saat anak belajar berbicara.

Biasanya perkembangan anak mulai belajar berbicara dimulai pada usia 3 bulan saat anak bereaksi terhadap ekspresi orang di sekitarnya.

Namun ada pula kasus seorang anak kesulitan untuk menyampaikan apa yang diinginkannya dalam bentuk lisan meski sudah menginjak usia hampir 2 tahun. Kondisi inilah yang disebut dengan keterlambatan bicara atau speech delay.

Cara mencegah speech delay pada anak

Mengenai kondisi speech delay pada anak, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Dr Dewi Retno Suminar MSi Psikolog memberikan pendapatnya.

Dia mengatakan, speech delay adalah kondisi keterlambatan bicara dilihat dari waktu perkembangan yang seharusnya. Menurut Dewi Retno, ada ciri-ciri speech delay dapat dilihat orangtua di masa perkembangan anak seharusnya sudah mampu berbicara namun anak tersebut belum mampu melakukannya.

"Bisa juga bisa berbicara namun kata-katanya tidak dapat dimengerti atau sulit dipahami," kata Dewi Retno seperti dikutip dari laman Unair, Rabu (6/4/2022). 

Dr Dewi memaparkan beberapa cara untuk mencegah speech delay, agar anak terhindar dari kondisi speech delay, orangtua bisa melakukan cara ini. 

Salah satunya adalah dengan menjaga kondisi kandungan selama fase kehamilan agar jangan sampai sang ibu stres selama mengandung serta memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi.

"Berikan simulasi selama tumbuh kembang anak khususnya pada fase awal. Ajak anak berbicara walau belum merespon bicara. Ingat mengajari anak mengenai bagaimana mengeluarkan suara akan membantu anak untuk menirukan suara," urai Dewi.

Penyebab speech delay pada anak

Dewi mengungkapkan, kondisi speech delay dapat dideteksi dari dua aspek yakni aspek klinis dan aspek pengasuhan.

"Aspek klinis dimulai dari anak dalam kandungan sampai awal kelahiran. Misalnya, adanya gangguan selama kehamilan, kelahiran prematur, mengalami kejang atau berat badan lahir bayi kurang, dan lain-lain," ungkapnya.

Kondisi-kondisi klinis itu, lanjut Dewi, dapat menyebabkan anak tidak dapat tumbuh optimal dan menyerang area bicara dalam otak. Dalam kasus ini, akan ada kemungkinan diikuti dengan gangguan perkembangan lainnya. Seperti autisme, retardasi mental, dan ADHD.

Dewi menambahkan, pada aspek pengasuhan dapat saja terjadi karena kurangnya stimulasi bicara selama proses pengasuhan. Terkadang, orangtua atau pengasuh cenderung memberikan gadget atau membiarkan anak menonton televisi sendirian agar si anak tetap diam.

"Dalam kondisi ini, bahasa ekspresif anak menjadi lambat karena anak paham bahasa namun tidak mampu mengekspresikan bahasa melalui berbicara," imbuh Dewi.

Deteksi dini kondisi speech delay

Dewi menjelaskan, kondisi speech delay pada anak dapat dideteksi sejak dini. Menurutnya, ketika bayi lahir prematur dan berat badan bayi kurang, maka orangtua harus ekstra dalam memberikan stimulasi awal bagi anak.

Terlebih pada saat proses perkembangannya anak tidak menunjukan reaksi dengan ekspresi saat orangtua mengajak berbicara di usia 3 bulan.

Deteksi dini kondisi speech delay sebaiknya memang dilakukan oleh orangtua. Pasalnya, orangtua yang tahu betul keseharian anak-anaknya. Ketika mengetahui adanya perkembangan yang tidak seharusnya, orangtua dapat berkonsultasi ke psikolog atau dokter.

https://edukasi.kompas.com/read/2022/04/06/070000671/pakar-unair-ungkap-penyebab-dan-cara-cegah-speech-delay-pada-anak-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke