KOMPAS.com - Bagi orangtua yang memiliki anak sakit diare tentu harus paham bagaimana penanganannya. Sebab, penyakit ini umum terjadi tetapi juga harus diwaspadai.
Menurut Dokter Umum RSA UGM dr. Rosyida Avicennianing Tyas, anak dikatakan diare jika terjadi perubahan dalam frekuensi buang air besar (BAB).
Yakni lebih dari 3 kali dalam 24 jam, dan perubahan konsistensi (bentuk) feses menjadi lebih cair.
Tentu, terkadang anak yang sedang diare tidak nafsu makan dan mual sehingga asupan cairan yang masuk ke dalam tubuh berkurang dan anak menjadi lemas.
Air yang keluar melalui diare juga membuat cairan dan elektrolit dalam tubuh banyak terbuang, terlebih jika anak muntah-muntah. Dibandingkan orang tua, anak lebih rentan mengalami dehidrasi (kekurangan cairan).
"Jika tidak segera ditangani, dehidrasi berat bisa sampai menyebabkan penurunan kesadaran, kejang, bahkan kematian," ujarnya dikutip dari laman RSA UGM, Senin (28/3/2022).
Menurutnya, sebagian orang tua sudah waspada sehingga segera ke IGD ketika anaknya diare, tetapi sebagian lainnya masih tidak mengerti bahwa anak sudah jatuh dalam kondisi dehidrasi berat dan butuh penanganan di IGD.
Dikatakan, sebagian besar diare pada anak disebabkan oleh infeksi virus. Selain itu bisa juga akibat infeksi bakteri, parasit, alergi, keracunan, intoleransi, dan efek samping obat. Diare akibat infeksi virus bisa sembuh tanpa antibiotik jika sistem imun anak cukup kuat.
Tanda-tanda diare
Penyebab terbanyak kematian pada anak dengan diare adalah akibat dehidrasi, oleh sebab itu ayah bunda perlu memperhatikan tanda bahaya pada anak yang sedang mengalami diare, seperti:
"Jika anak menunjukkan salah satu tanda bahaya tersebut, maka jangan tunda untuk segera membawa anak ke IGD," tegasnya.
Cara penanganan diare pada anak
Selain itu, ia juga menjelaskan cara penanganan diare pada anak dengan Lintas Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare) dari Kementerian Kesehatan RI, yaitu:
1. Berikan oralit
Segera berikan oralit begitu anak mengalami diare sampai diarenya berhenti. Satu bungkus oralit dilarutkan dalam 1 gelas air matang (200cc).
Jika usia anak kurang dari 1 tahun, berikan 50-100cc tiap BAB cair, jika lebih dari 1 tahun berikan 100-200cc. Pemberian oralit ini juga bisa mengurangi volume feses dan mengurangi mual muntah pada anak diare.
2. Berikan zink selama 10 hari berturut-turut
Pemberian zink ini dapat mempercepat penyembuhan diare, menjaga anak tetap sehat, dan mencegah diare berulang.
Dosis pemberian Zink adalah 10 mg per hari untuk anak usia kurang dari 6 bulan, dan 20mg per hari untuk anak usia 6 bulan atau lebih, selama 10 hari berturut-turut meskipun diare sudah berhenti.
3. Teruskan ASI dan pemberian makan
Berikan ASI sebanyak anak mau, akan lebih baik jika lebih banyak dari biasanya. Jika anak sudah mulai makan, maka pemberian makan dilakukan seperti biasa dengan frekuensi yang lebih sering.
Lanjutkan hingga 2 minggu setelah diare berhenti untuk mempercepat penyembuhan, pemulihan, dan mencegah malnutrisi. Ayah bunda harus lebih memperhatikan kebersihan makanan, alat makan, dan tangan anak.
4. Berikan antibiotik secara selektif
Tidak semua diare membutuhkan antibiotik. Pemberian antibiotik yang tidak tepat justru akan berbahaya karena akan menyebabkan flora normal usus yang diperlukan dalam pencernaan ikut terbunuh sehingga diare menjadi berkepanjangan.
Selain itu pemberian antibiotik yang tidak tepat justru akan menyebabkan bakteri menjadi resisten (kebal).
5. Berikan nasihat pada ibu/pengasuh
Jika anak demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, anak sangat kehausan, dan diare makin sering, maka harus diperiksa oleh petugas kesehatan.
Informasi ini juga penting diberikan kepada pengasuh anak (jika anak diasuh). Tentu agar penanganan diare bisa cepat.
"Segera ke rumah sakit jika diare semakin sering atau muncul tanda kekurangan cairan pada anak," jelas dokter Rosyida.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/04/09/132326471/dokter-rsa-ugm-ini-5-cara-penanganan-diare-pada-anak