KOMPAS.com - Media sosial sempat gempar beberapa waktu gara-gara isu tentang menghapus email dapat mengurangi pemanasan global atau global warming.
Banyak masyarakat yang pro dan kontra dengan isu tersebut. Namun, benarkah menghapus email bisa selamatkan bumi dari global warming?
Pakar Sains Data Universitas Airlangga (Unair) Muhammad Noor Fakhruzzaman menilai isu itu tidak benar.
Ruzza, sapaan karibnya mengungkapkan selama terdapat aktivitas pengiriman dan penerimaan email, penggunaan energi listrik oleh server layanan email tidak akan berkurang signifikan hanya dengan menghapus email yang tak berguna.
Pasalnya, server yang digunakan oleh penyedia layanan email akan terus berjalan selama ada aktivitas email.
“Walaupun kita hapus semua email kita, server akan terus berjalan dan mengonsumsi energi listrik yang mengeluarkan emisi karbon selama ada aktivitas surat menyurat para pengguna email,” ujarnya dilansir dari laman Unair.
Aktivitas virtual sumbang emisi karbon
Menurut data dari Dewan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Nasional (wantiknas) pandemi meningkatkan aktivitas digital masyarakat secara signifikan.
Traffic penggunaan media sosial WhatsApp dan Instagram meningkat 40 persen, belum lagi virtual meeting akibat work from home dan pembelajaran daring.
Ruzza menyebut, daripada penggunaan email, aktivitas sosial media dan virtual meeting jauh lebih memakan banyak energi. Pasalnya, kebutuhan energi dari sosial media jauh lebih besar karena harus mentransmisikan data berupa gambar dan video.
Selain itu, lanjut Ruzza, kebanyakan server yang digunakan oleh platform media sosial dan virtual meeting berada di luar negeri. Ia mengungkapkan, semakin jauh jarak antara server dan pengguna juga berpengaruh terhadap semakin banyaknya daya yang dikonsumsi.
“Pada dasarnya, internet adalah jaringan komputer yang saling terhubung, yang mana semakin jauh jarak pengguna juga akan membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk sampai pada server yang dituju,” ungkap Dosen Teknologi Sains Data Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) tersebut.
Lebih baik gunakan Renewable Energy
Ruzza mengungkapkan, aktivitas digital tidak langsung berdampak pada emisi karbon. Melainkan bergantung pada sumber energi yang digunakan.
Di beberapa perusahaan besar sudah memakai sumber energi yang terbarukan, khususnya di Eropa, sehingga lebih ramah daripada penggunaan bahan bakar fosil.
“Karena pembangkit listrik tenaga surya, air, angin, panas bumi, dan nuklir mengeluarkan emisi karbon yang jauh lebih kecil daripada tenaga fosil. Saya harap pemerintah sudah mulai mempertimbangkan penggunaan energi baru dan terbarukan tersebut,” ucapnya.
Gunakan produk ramah energi
Ruzza mengungkapkan, sebagai digital native yang bisa kita lakukan adalah meminimalisir penggunaan barang elektronik secara berlebihan. Jika memungkinkan, Ruzza mengajak masyarakat menggunakan perangkat yang sudah berstandar energy star.
“Karena perangkat-perangkat tersebut sudah lolos uji efisiensi energi sehingga bisa menghemat penggunaan listrik,” pungkasnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/04/21/100000771/hapus-email-bisa-atasi-global-warming-pakar-unair-beberkan-fakta-lain