Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Minyak Goreng Masih Mahal, Dosen UNY Beri Alternatif Ini

KOMPAS.com - Sudah menjadi kebiasaan, masyarakat Indonesia sulit terlepas dari kebutuhan pokok jenis minyak goreng.

Dalam kehidupan sehari-hari minyak goreng dicari oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, baik yang berada di perkotaan maupun perdesaan tanpa memandang status ekonomi.

Minyak goreng digunakan untuk memasak, misalnya menumis atau menggoreng dalam jumlah yang sedikit maupun banyak.

Beberapa bahan makanan tertentu akan semakin sedap aromanya, juga menimbulkan warna khas jika terlebih dahulu digoreng.

Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Prof. Marwanti mengatakan, pada kenyataannya masyarakat Indonesia sudah ketergantungan minyak goreng sejak dulu.

Para orang terdahulu menggunakan minyak kelapa atau minyak kelentik, untuk dijadikan sebagai minyak goreng.

Kemungkinan karena hal itu hampir seluruh kebiasaan hidup atau kebiasaan makan orang Indonesia tidak bisa lepas dari minyak goreng.

Marwanti mencontohkan sejak bangun tidur pagi masyarakat lokal sudah disuguhi kopi sembari memakan kudapan gorengan.

Beberapa lauk pauk juga menyajikan makanan berupa ikan goreng, ayam goreng, tempe goreng, atau minimal kerupuk yang digoreng.

“Bahkan dalam kondisi minimal, ketika bahan-bahan mentah untuk sambal saja sebagian digoreng dulu sebelum diulek,” katanya, dilansir dari laman UNY.

Sekarang ini juga banyak produk kudapan yang dibuat dari bahan sayuran dan buah-buahan yang digoreng.

Marwanti menjelaskan, persenyawaan dengan minyak goreng berlangsung dari pagi sampai sore bahkan malam.

Bahkan ketika rapat kantor, atau sekadar nongkrong di kafe atau warung kopi, camilan gorengan itu mesti menjadi ‘teman’ yang wajib menyertai.

Maka menurutnya sangat wajar jika para pemilik modal begitu antusias dengan bisnis yang selalu licin ini.

"Artinya, bisa dikatakan bahwa kebudayaan kita tidak bisa dilepaskan dari minyak goreng ini baik langsung atau tidak langsung," jelasnya.

Dosen program pendidikan teknik boga tersebut mengingatkan bahwa minyak goreng juga menyebabkan sejumlah permasalahan yang memicu berbagai penyakit seperti obesitas, kolesterol berlebih, asam urat, gangguan jantung, diabetes, terganggunya fungsi otak, kanker dan sebagainya.

"Sementara kesadaran untuk melepaskannya bukan hal mudah. Menariknya, aksesibilitas atas minyak goreng pada akhirnya menghasilkan realitas struktur sosial masyarakatnya," ungkapnya.

Marwanti mengemukakan fakta adanya minyak goreng murah yang gampang diakses masyarakat kelas bawah meski dengan harga yang dinamis, namun dari sisi kesehatan justru kurang menyehatkan. Bahkan tidak jarang, model penggunaannya pun kadang jauh dari kata sehat.

Sedangkan kelompok masyarakat kelas menengah mengakses pada minyak goreng kelas menengah juga.

Dengan gaya akses pada minyak goreng jauh lebih sehat daripada kelas bawah yang umumnya mengakses minyak goreng curah, mereka justru mengelola konsumsinya atas minyak goreng ini secara terkendali.

Mereka juga sangat memperhatikan setiap asupan berbasis minyak. Pada kelompok masyarakat kelas atas, dengan kemampuan mengakses justru hanya pada minyak yang langka, sehat dan terbatas sehingga mereka ini hidup lebih sehat karena tidak mengakses minyak goreng berlebih, bahkan cenderung sangat kurang.

“Kelompok menengah dan atas ini sebenarnya tidak cukup terganggu oleh dinamika harga minyak goreng. Bukan karena kemampuan finansialnya tetapi karena gaya hidup mereka pun jauh lebih membatasi pada akses atas minyak goreng,” paparnya.

Mengatasi konsumsi minyak goreng

Doktor Pendidikan Teknologi Kejuruan Pascasarjana UNY itu mengajak untuk melakukan diet bagi yang ingin mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

“Cara yang paling aman untuk tubuh adalah diet rendah lemak. Potonglah jumlah asupan lemak namun bukan berarti tidak mengonsumsinya sama sekali. Karena bagaimana pun juga tubuh kita membutuhkan lemak untuk fungsi fisiologis tubuh yang lainnya,” kata Marwanti.

Diet rendah lemak membutuhkan makanan yang tepat. Marwanti menyarankan untuk memilih bahan makanan yang rendah kalori.

Kandungan vitamin dan mineral makanan rendah kalori bisa meningkatkan metabolisme dalam tubuh.

Makanan ini juga mengandung banyak air sehingga bisa dikonsumsi dalam jumlah yang cukup banyak.

Makanan berbagai jenis sayur bagus untuk dikonsumsi, termasuk kentang yang memiliki jumlah kalori sedikit namun nutrisinya bisa mengenyangkan. Sayuran dan buah memang merupakan sumber mineral dan juga vitamin serta serat pangan.

Kandungan yang bermanfaat dalam sayur dan buah akan membantu proses metabolisme tubuh lebih baik lagi. Antioksidan dalam buah dan sayur bisa menangkal senyawa hasil oksidasi serta radikal bebas. Bisa juga konsumsi yoghurt dan oatmeal sebagai pilihan makanan rendah lemak.

Ia mengatakan bahwa mengkonsumsi makanan yang digoreng memang lezat, apalagi bila dibumbui dengan gurih dan krispi.

Namun hendaknya juga mencoba mengolah masakan alternatif yang enak dan sehat yang cara memasaknya tanpa menggunakan minyak goreng misalnya dengan direbus, dikukus, dipanggang atau dibakar dengan memperkaya referensi resep (menu) masakan nusantara.

Marwanti menghimbau untuk mulai mengurangi penggunaan minyak goreng sehingga lebih menyehatkan tubuh karena olahan makanan tidak selalu harus digoreng namun bisa diubah dengan metode lain.

https://edukasi.kompas.com/read/2022/05/01/060700571/minyak-goreng-masih-mahal-dosen-uny-beri-alternatif-ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke