Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Cara Cegah Penularan Sakit Mata Merah Menurut Dosen UM Surabaya

KOMPAS.com - Mata merah bisa terjadi pada bayi hingga usia dewasa. Konjungtivitis adalah mata merah akibat peradangan pada selaput transparan yang melapisi permukaan bola mata.

Selain mata merah, konjungtivitis sering disertai belekan atau kotoran mata yang berlebihan, bengkak, gatal dan berair tanpa disertai penurunan visus atau tajam penglihatan.

Namun apakah sakit mata merah ini bisa menular? Ini penjelasan dosen dari Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya).

Dosen Fakultas Kedokteran (FK) UM Surabaya Rini Kusumawardhany menerangkan, berdasarkan waktunya, konjungtivitis dibagi menjadi akut dan kronik.

Penyebab sakit mata merah

Pada kondisi akut, gejala terjadi hingga empat minggu, sedangkan pada konjungtivitis kronik, gejala lebih dari empat minggu.

Konjungtivitis juga dibedakan berdasarkan penyebabbya yaitu infeksi dan non-infeksi.

"Penyebab terbanyak konjungtivitis infeksi adalah virus dan bakteri. Sedangkan pada kelompok non-infeksi disebabkan oleh alergi, dan keradangan sekunder lainnya," jelas Rini yang juga yang merupakan spesialis mata ini seperti dikutip dari laman UM Surabaya, Kamis (9/6/2022).

Menurutnya, konjungtivitis sering kali disebabkan oleh infeksi virus (konjungtivitis virus). Pada populasi dewasa, 80 persen kasus konjungtivitis akut disebabkan oleh virus.

Konjungtivitis alergi yang disebabkan oleh reaksi alergi. Misalnya akibat debu, tungau, lem pada prosedur eyelash extension, dan bulu hewan peliharaan.

Tips cegah penularan mata merah

Ia membagikan tips yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan konjungtivitis, antara lain:

1. Mencuci tangan secara rutin dan tidak menyentuh mata secara langsung. Terutama setelah bersalaman atau menyentuh penderita konjungtivitis.

2. Gunakan kapas dengan air hangat untuk membersihkan kotoran mata.

3. Tidak berbagi pemakaian kosmetik, handuk atau barang pribadi lainnya dengan keluarga serumah atau orang lain. Beberapa kasus terjadi pada saat penggunaan kosmetik bergantian seperti pada cara massal pernikahan, wisuda serta penggunaan kosmetik yang sudah lama terbuka kemasannya atau kadaluarsa.

4. Mengganti seprai dan sarung bantal sekali seminggu. Penumpukan zat dan kuman mikroskopik di seprai dan sarung bantal yang kita gunakan menjadi media penularan termasuk sel kulit mati dan tungau debu

"Jangan menggunakan obat tetes mata yang pernah dipakai untuk mata merah, guna menghindari penularan virus atau bakteri. Obat tetes mata yang telah dibuka kemasannya sebaiknya tidak digunakan lagi setelah 1 bulan," urai Rini.

Dia menambahkan, konjungtivitis dapat menjadi tanda infeksi virus corona penyebab Covid-19. Sehingga, jika mengalami konjungtivitis, sebaiknya periksakan ke dokter agar penyebabnya dapat dipastikan.

Siapa yang mudah tertular sakit mata merah?

Rini menjelaskan, ada beberapa faktor pemicu yang bisa meningkatkan kemungkinan menderita konjungtivitis salah satunya adalah usia.

Anak-anak rentan tertular konjungtivitis karena sering berinteraksi dengan teman-teman di sekolahnya.

Selain itu, seseorang yang mengidap diabetes juga mudah tertular. Penyakit ini membuat sistem kekebalan tubuh menurun.

Penggunaan lensa kontak dan seseorang yang memiliki riwayat demam batuk dan pilek atau infeksi saluran pernapasan juga mudah tertular.

Penanganan konjungtivitis bakteri dengan antibiotik baik topikal maupun oral. Sedangkan konjungtivitis alergi yang tidak disertai infeksi sekunder diatasi dengan anti alergi atau antihistamin.

Sementara konjungtivitis virus tidak memerlukan pengobatan khusus karena akan sembuh dengan sendirinya.

"Namun pada kondisi wabah diberikan obat tetes mata antibitotik profilaksis untuk pencegahan perburukan dan meredakan gejala," imbuh Rini.

Selain itu, penderita mata merah juga dapat mengompres mata dengan air hangat atau air dingin untuk mengurangi bengkak dan keluhan lain.

https://edukasi.kompas.com/read/2022/06/09/100256771/4-cara-cegah-penularan-sakit-mata-merah-menurut-dosen-um-surabaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke