KOMPAS.com - Beberapa bulan ini mata merah sedang mewabah di masyarakat mulai dari bayi hingga dewasa.
Konjungtivitis adalah mata merah akibat peradangan pada selaput transparan yang melapisi permukaan bola mata.
Selain mata merah, konjungtivitis sering disertai belekan atau kotoran mata yang berlebihan, bengkak, gatal dan berair tanpa disertai penurunan visus atau tajam penglihatan.
Rini Kusumawardhany Dosen Fakultas Kedokteran (FK) UM Surabaya yang merupakan spesialis mata menjelaskan, berdasarkan waktunya, konjungtivitis dibagi menjadi akut dan kronik.
Pada kondisi akut, gejala terjadi hingga empat minggu, sedangkan pada konjungtivitis kronik, gejala lebih dari empat minggu. Konjungtivitis juga dibedakan berdasarkan penyebabnya yaitu infeksi dan non-infeksi.
“Penyebab terbanyak konjungtivitis infeksi adalah virus dan bakteri, sedangkan pada kelompok non-infeksi disebabkan oleh alergi, dan peradangan sekunder lainnya,”jelas Rini dilansir dari laman UM Surabaya.
Menurutnya konjungtivitis sering kali disebabkan oleh infeksi virus (konjungtivitis virus), di mana pada populasi dewasa, 80 persen kasus konjungtivitis akut disebabkan oleh virus. Konjungtivitis alergi yang disebabkan oleh reaksi alergi, misalnya akibat debu, tungau, lem pada prosedur eyelash extension, dan bulu hewan peliharaan.
Rini juga menjelaskan ada beberapa faktor pemicu yang bisa meningkatkan kemungkinan menderita konjungtivitis salah satunya adalah usia.
Anak-anak rentan tertular konjungtivitis karena sering berinteraksi dengan teman-teman di sekolahnya.
Selanjutnya yang mudah tertular adalah seseorang yang mengidap diabetes. Penyakit ini membuat sistem kekebalan tubuh menurun. Penggunaan lensa kontak dan seseorang yang memiliki riwayat demam batuk dan pilek atau infeksi saluran pernapasan juga mudah tertular.
Penanganan konjungtivitis bakteri dengan antibiotik baik topikal maupun oral, sedangkan konjungtivitis alergi yang tidak disertai infeksi sekunder diatasi dengan anti alergi atau antihistamin.
Sementara konjungtivitis virus tidak memerlukan pengobatan khusus karena akan sembuh dengan sendirinya.
“Namun pada kondisi wabah diberikan obat tetes mata antibitotik profilaksis untuk pencegahan perburukan dan meredakan gejala. Penderita juga dapat mengompres mata dengan air hangat atau air dingin untuk mengurangi bengkak dan keluhan lain,”kata Rini lagi.
Ia juga membagikan tips yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan konjungtivitis, di antaranya mencuci tangan secara rutin dan tidak menyentuh mata secara langsung, terutama setelah bersalaman atau menyentuh penderita konjungtivitis. Gunakan kapas dengan air hangat untuk membersihkan kotoran mata.
Tidak berbagi pemakaian kosmetik, handuk atau barang pribadi lainnya dengan keluarga serumah atau orang lain.
Beberapa kasus terjadi pada saat penggunaan kosmetik bergantian seperti pada cara massal pernikahan, wisuda serta penggunaan kosmetik yang sudah lama terbuka kemasannya atau kadaluarsa.
Ia juga menganjurkan mengganti seprai dan sarung bantal sekali seminggu. Penumpukan zat dan kuman mikroskopik di seprai dan sarung bantal yang kita gunakan menjadi media penularan termasuk sel kulit mati dan tungau debu
“Jangan menggunakan obat tetes mata yang pernah dipakai untuk mata merah, guna menghindari penularan virus atau bakteri. Obat tetes mata yang telah dibuka kemasannya sebaiknya tidak digunakan lagi setelah 1 bulan,”jelasnya.
Terakhir konjungtivitis dapat menjadi tanda infeksi virus corona penyebab Covid-19. Oleh sebab itu, jika mengalami konjungtivitis, sebaiknya periksakan ke dokter agar penyebabnya dapat dipastikan.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/06/10/150000971/ini-penyebab-mata-merah-dan-cara-mengatasinya