KOMPAS.com - Untuk mendukung zero emission di perhelatan Formula E Jakarta 2022, PT Pertamina (Persero) menyediakan Pertamina Renewable Diesel (RD).
Teknologi ramah lingkungan ini digunakan sebagai bahan bakar genset untuk proses pengisian ulang (charging) baterai kendaraan listrik yang digunakan untuk bertanding.
Pakar mekanika terapan Universitas Pertamina, Judha Purbolaksono menjelaskan, Pertamina RD hadir sebagai bahan bakar nabati ramah lingkungan dan membuktikan tingginya kualitas produk teknologi karya anak bangsa Indonesia.
Inovasi bahan bakar ramah lingkungan ini dapat menjawab kebutuhan pasokan bahan bakar nonfosil dalam negeri dan memiliki potensi pasar di berbagai negara di tengah tren transisi energi.
Bikin briket dari tempurung kelapa
Tak mau ketinggalan tren, mahasiswa Teknik Mesin Universitas Pertamina (UP), ikut ambil peran dalam inovasi produk bahan bakar ramah lingkungan sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Para mahasiswa yang terlibat dalam inovasi ini antara lain Putu Mega Dana, Muhammad Rio Ferdiansyah, Putra Anugrah, dan Putra Trimarianto Hutagaol. Mereka membantu para petani membuat briket berbahan dasar tempurung kelapa.
Putra Anugrah mengaku, di daerah tempat tinggalnya, di Kota Bitung, Sulawesi Utara, banyak petani kelapa yang menggantungkan hidup mereka hanya pada penghasilan bertani. Sejauh ini, mereka memanfaatkan tempurung kelapa dengan mengolahnya menjadi arang.
"Kemudian kami terbersit ide untuk mengedukasi para petani dan membantu mereka mengolah arang menjadi briket yang lebih bernilai jual tinggi," jelas Putra seperti dikutip dari laman Universitas Pertamina, Sabtu (11/6/2022).
Hasilkan arang berkualitas dan ramah lingkungan
Menurut Putra, pengolahan arang oleh para petani kelapa, selama ini dilakukan melalui metode pembakaran konvensional dengan media tanah atau drum.
Arang yang dihasilkan dari pembakaran dengan media tanah kualitasnya kurang baik dan berpotensi mencemari udara. Sementara, pembakaran dengan media drum menghasilkan arang yang berkualitas baik, namun tetap tidak ramah lingkungan.
"Karenanya, tim menawarkan metode pembakaran ramah lingkungan yang menghasilkan asap cair," tandas Putra.
Selain berpotensi mengurangi polusi udara, cairan hasil pembakaran tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal.
Cairan hasil pembakaran bisa dimanfaatkan
Cairan hasil pembakaran tingkat I dapat digunakan untuk mengawetkan makanan, tingkat II dapat digunakan sebagai biopestisida, dan tingkat III dapat digunakan sebagai pengawet kayu.
Sementara itu Ketua Tim Putu Mega Dana mengungkapkan, metode pembakaran yang ditawarkan memiliki beberapa tahapan.
Tahap pertama adalah pirolisis, yakni pembakaran tempurung kelapa dengan suhu tinggi tanpa adanya oksigen untuk memisahkan senyawa menjadi beberapa bagian. Proses pirolisis ini akan menghasilkan asap.
"Asap dari hasil pembakaran tersebut kemudian dikondensasikan atau diubah dari bentuk uap menjadi cair," imbuhnya.
Cairan hasil pembakaran selanjutnya dimurnikan dengan cara diendapkan, sehingga akan menghasilkan cairan dengan tiga tingkatan.
Juara di ajang internasional
Melalui metode pembakaran asap cair, lanjut Putu, petani bisa memperoleh arang dengan kualitas baik. Karena arang tidak akan bercampur dengan tanah seperti pada proses pembakaran konvensional.
"Arang yang sudah jadi ini akan dihaluskan dalam mesin penepung untuk kemudian dicampur dengan kanji dan air," tandasnya.
Selanjutnya, adonan arang siap untuk dicetak menjadi briket sesuai permintaan pasar atau konsumen. Setelah dioven dan didinginkan, briket bisa langsung dikemas dan dipasarkan.
Dengan modal sekitar Rp 10 juta untuk mengolah 1 ton arang, Putu dan tim yakin bisa menghasilkan keuntungan bersih mulai dari Rp 25 sampai Rp 60 juta.
Tak heran jika gagasan ini mengantarkan keempat mahasiswa menduduki posisi lima besar di ajang internasional bergengsi besutan perusahaan migas multinasional, Shell, NXPlorers 2022.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/06/12/061700971/mahasiswa-up-beri-solusi-bahan-bakar-ramah-lingkungan-dari-tempurung-kelapa