Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

ITS Gagas Inovasi Gerakan Seribu Tangan Palsu

KOMPAS.com - Sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali menghasilkan inovasi. Tentu inovasi ini sangat bermanfaat bagi masyarakat.

Melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Prioritas ITS, inovasinya ialah pembentukan ekosistem masyarakat yang ramah terhadap sahabat difabel melalui Gerakan Seribu Tangan Palsu.

Menurut Ketua Pelaksana Abmas Prioritas ITS Djoko Kuswanto, ST., MBiotech., gerakan Seribu Tangan Palsu ini merupakan sebuah ikhtiar yang diprakarsai bersama-sama oleh dosen ITS dengan memperhatikan perkembangan inovasi khusus difabel.

Diketahui bahwa lebih dari satu miliar orang diperkirakan mengalami disabilitas. Atau setara 15 persen dari populasi dunia, dengan 190 juta (3,8 persen) orang berusia 15 tahun ke atas mengalami kesulitan yang signifikan dalam beraktivitas.

Sehingga seringkali membutuhkan pelayanan perawatan kesehatan. Untuk itulah Abmas Prioritas ITS coba hadir.

Sedangkan di Indonesia sendiri, diketahui terdapat lima kategori disabilitas yaitu:

  • disabilitas fisik
  • intelektual
  • mental
  • sensorik
  • multiple

Selesaikan permasalahan SDGs

Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,5 juta atau sekitar 8 persen.

"Dari permasalahan ini yang menjadi tolok ukur utama dalam pengembangan inovasi, sekaligus menyelesaikan permasalahan Sustainable Development Goals (SDGs)," terangnya dikutip dari laman ITS, Selasa (21/6/2022).

Adapun pengembangan karya abmas ini dilakukan sesuai dengan kemampuan para sivitas akademika dan masyarakat umum seperti:

  • memberi donasi
  • membantu mencetak dengan printer 3D
  • memberi info keberadaan sahabat difabel
  • membantu dokumentasi
  • membantu mengukur
  • menyumbang material
  • dan lain sebagainya

Dari pengembangan bantuan dasar, Djoko berharap penuh kepada pemerintah dan instansi terkait agar tujuan mulia ini bisa mendapatkan dukungan berkelanjutan untuk sahabat difabel jika ada kerusakan, perubahan karena umur atau sebab lain hingga pada update inovasinya.

Dijelaskan, Gerakan Seribu Tangan Palsu ini juga sudah disesuaikan agar berbasis teknologi printer 3D model prostetik tangan open source karya laboratorium Integrated Digital Design (iDIG) Departemen Desain Produk Industri (Despro) ITS.

Tak hanya itu, sudah disiapkan pula beserta dukungan Asosiasi Printer Tridimensi Indonesia dengan model prostetik tersebut yang akan terus bertambah dan di-update.

"Pegiat 3D dan printer 3D di banyak tempat di seluruh Indonesia, bisa berperan membantu mencetak dengan printer 3D untuk sahabat difabel di sekitarnya," ujar dosen Departemen Despro ITS ini.

Gerakkan roda perekonomian masyarakat

Diharapkan, Gerakan Seribu Tangan Palsu ini mampu mencapai target SDGs dengan menggerakkan roda perekonomian masyarakat.

Salah satunya dengan melibatkan bengkel prostetik atau ortotik di lokasi terdekat sahabat difabel untuk mendapatkan prosedur terapi dan bentuk socket yang aman dan nyaman dipakai.

Kegiatan ini juga siap memberikan pelatihan gratis dengan mengajukan permohonan workshop melalui wadah SMA/SMK/madrasah/pesantren.

Tentunya, dari pengembangan bantuan dan inovasi tersebut, Djoko berharap kegiatan abmas ini akan terus berkembang secara perlahan-lahan. Tentu agar dirasakan langsung oleh penyandang disabilitas di Indonesia secara nyata.

Ia juga menyatakan bahwa saat ini belum terlalu siap untuk diproduksi secara massal dan melihat harganya yang akan disesuaikan dengan bantuan BPJS.

"Pengembangan ini juga diharapkan tidak hanya menjadi hilirisasi produk yang hanya bertumpu pada pengembangan keilmuan masing-masing peneliti," tandasnya.

https://edukasi.kompas.com/read/2022/06/22/142746971/its-gagas-inovasi-gerakan-seribu-tangan-palsu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke