KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik dalam data terbaru mencatat, tingkat pengangguran di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,83 persen atau sekitar 8,40 juta orang dari total penduduk usia kerja yang sebanyak 208,54 juta orang.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 13,17 persen di antaranya, atau sekitar 1,2 juta orang, merupakan pengangguran terdidik alias mereka yang bergelar diploma dan sarjana.
Wirausaha untuk kurangi pengangguran
Untuk menekan tingkat pengangguran terdidik, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) serta Kementerian Keuangan pada tahun ini telah meluncurkan program Wirausaha Merdeka yang diselenggarakan di 17 kampus.
Universitas Prasetiya Mulya, sebagai salah satu pelaksana program, membuka kesempatan bagi mahasiswa dari universitas lain dari seluruh Indonesia untuk bergabung mengikuti program tersebut.
Dosen sekaligus Ketua Program Wirausaha Merdeka Universitas Prasetiya Mulya, Hesti Maheswari mengatakan, masih tingginya tingkat pengangguran terdidik di Indonesia terjadi akibat kurang terasahnya keterampilan wirausaha para mahasiswa di Indonesia.
“Akibatnya, ketika mereka tidak mendapatkan pekerjaan, atau keluar dari pekerjaan karena terkena pemutusan hubungan pekerjaan (PHK), mereka menganggur,” kata Hesti di perhelatan Creatifest Universitas Prasetiya Mulya di Mall of Indonesia, Jakarta, pekan lalu.
“Kami dipercaya pemerintah untuk melakukan transfer knowledge ilmu bisnis yang ada pada kurikulum Universitas Prasetiya Mulya kepada mahasiswa dari kampus lain. Karena itu kami berharap jumlah peserta dari kampus lain jumlahnya lebih banyak dari peserta asal Universitas Prasetiya Mulya,” imbuh Hesti.
Belajar ilmu bisnis hingga dapatkan modal
Dalam program ini, Hesti menerangkan bahwa para peserta akan mendapatkan banyak manfaat.
Mulai dari perkuliahan ilmu bisnis gratis selama satu semester di Universitas Prasetiya Mulya, akses terhadap purwarupa model bisnis untuk mereka jalankan termasuk modalnya, hingga program bimbingan dari para ahli di kampus dan praktisi.
Untuk mengikuti program ini, Hesti menjelaskan, mahasiswa dari kampus manapun bisa mengajukan diri dengan memenuhi sejumlah syarat umum yang ditentukan Kemendikbudristek.
Selain itu, ada satu syarat khusus yang ditentukan oleh tim Universitas Prasetiya Mulya, yakni membuat proposal berisi narasi tentang motivasi mereka mengikuti program Wirausaha Merdeka dan ide bisnis yang mereka ajukan.
“Program ini terbuka bagi mahasiswa jurusan apapun, vokasi, teknik, sastra, ilmu sosial dan politik, dan sebagainya. Kami akan seleksi berdasarkan motivasi dan ide bisnis mereka, dengan harapan setelah program berakhir mereka bisa mengeksekusi ide yang mereka godok," ujarnya.
Para peserta yang terpilih pun, kata Hesti, nantinya mendapatkan fasilitas penyetaraan satuan kredit semester di kampus asalnya.
27 persen lulusan Universitas Prasetiya Mulya jadi wirausaha
Kepala Sub Program Studi Manajemen Bisnis Universitas Prasetiya Mulya, M. Setiawan Kusmulyono mengatakan, Prasetiya Mulya merancang kurikulum perkuliahan seperti sebuah ekosistem yang bertujuan untuk melahirkan wirausaha dengan karakter tangguh dan tidak pantang menyerah, memiliki pengetahuan dan keterampilan mengelola bisnis, serta memiliki kepekaan sosial,” ujarnya.
Tiga karakter itulah, kata Setiawan, yang membuat para lulusan Prasetiya Mulya selalu siap menghadapi berbagai situasi, baik langsung terjun menjadi pengusaha muda setelah lulus, memilih masuk dunia kerja terlebih dahulu, maupun bekerja sambil menjalankan usaha.
Saat ini, Setiawan menjelaskan, sekitar 27 persen lulusan Universitas Prasetiya Mulya langsung mengambil jalan sebagai wirausaha.
“Jumlah ini lebih tinggi dari kampus bisnis dunia, di mana rata-rata lulusan mereka hanya 11 persen yang begitu lulus langsung menjadi wirausaha.”
Setiawan menjelaskan, pendidikan ilmu bisnis sangat penting bagi para calon wirausaha.
“Meski pada dasarnya siapa saja bisa memulai bisnisnya sendiri, dan banyak orang yang mengatakan menjadi wirausaha itu tidak perlu sekolah, tapi ilmu bisnis yang diajarkan di kampus, dapat menjadi faktor penentu kesuksesan usaha seorang wirausaha,” ujar Setiawan.
“Mereka yang berbisnis tanpa bekal ilmu akademis, akan belajar melalui proses trial and error. Biasanya proses itu memakan waktu panjang, bisa 10 sampai 15 tahun sampai mereka menemukan formula tepat," imbuhnya.
Sementara itu, Setiawan melanjutkan, pelaku wirausaha yang dibekali dengan teori dan ilmu bisnis punya kemampuan untuk menemukan ide, mencari solusi atas masalah yang dihadapi, dan menjalankan bisnisnya secara terstruktur.
“Hal ini dapat mengurangi risiko kegagalan dan ketidakpastian saat mereka menjalankan bisnisnya,” kata dia.
Di Prasetiya Mulya, kata Setiawan, para mahasiswa dididik dan diajak untuk menjalani proses bisnis dari mulai menggali ide sampai menghadapi aneka tantangan usaha itu, bahkan sejak masa awal perkuliahan.
Selain ilmu bisnis, Universitas Prasetiya Mulya juga melengkapi kurikulumnya dengan STEM atau science, technology, engineering, and math. Dengan kolaborasi dua rumpun ilmu ini, menurut Setiawan, para peserta didik di Prasetiya Mulya pun mendapatkan bekal ilmu teknologi.
“Sehingga para mahasiswa akan memiliki visi yang panjang, terbiasa menghadapi perubahan tren, serta siap membuat berbagai inoviasi dan model bisnis. Hal yang tak kalah penting adalah, mereka juga dibekali dengan kepekaan sosial, sehingga ke depannya bisnis yang mereka bangun bisa menjadi lapangan pekerjaan bagi orang lain," paparnya.
Dua mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya yang kini menjalani semester IV di Program S1 Bisnis, Clarissa Mitzi dan Siditio Oktobiliandy, mengakui besarnya manfaat ilmu yang mereka dapatkan di kampus sebagai bekal menjalankan usaha. Clarissa yang kini tengah mengembangkan bisnis dessert frozen yoghurt bernama Kuka, mengatakan di dunia nyata menjalankan bisnis tidaklah mudah.
“Niat dan ide saja tidak cukup. Calon pengusaha harus memiliki perencanaan yang baik sebelum mengeksekusi idenya. Teori-teori bisnis yang kami dapatkan di kampus sangat membantu saat kami membuat perencanaan, mulai menjalankan usaha, dan mencari cara untuk mengembangkan usaha kami,” ujarnya.
Sedangkan, Tio yang tengah membangun bisnis produk perawatan rambut Serra berpendapat, ilmu bisnis sangat menentukan tingkat keberhasilan sebuah usaha yang dijalankan.
“Tanpa ilmu, berbisnis itu seperti berjudi, perbandingan gagal dan berhasilnya 50:50. Tapi dengan dasar ilmu bisnis yang dimiliki seorang calon pengusaha dapat meningkatkan peluang keberhasilannya hingga 20-30 persen," tambahnya.
Selain itu, ilmu bisnis juga bisa membuat seorang pengusaha menjalankan bisnisnya secara sustainable.
“Karena dengan ilmu bisnis, pengusaha dapat membuat perencanaan yang matang dan tepat, sehingga bisnisnya bisa berjalan untuk jangka waktu panjang, tidak sekadar jadi lalu berhenti di tengah jalan," pungkas dia.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/07/28/094212671/universitas-prasetiya-mulya-buka-program-wirausaha-gratis-simak-ketentuannya