Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kurikulum Merdeka Fasilitasi Siswa Belajar Kearifan Lokal Daerahnya

KOMPAS.com - Menambahkan muatan lokal dalam pembelajaran menjadi salah satu yang ditawarkan dalam penerapan Kurikulum Merdeka.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek, Zulfikri mengatakan bahwa sekolah dapat menambahkan muatan lokal yang ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kearifan lokal atau karakteristik daerahnya.

“Dan ruang itu cukup besar sebenarnya, karena pendidikan itu kan berakar pada budaya bangsa. Artinya semua kondisi budaya dan karakteristik daerah itu punya ruang yang cukup luas di dalam kurikulum,” ujarnya saat audiensi dengan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatra Barat, Senin (1/8/2022), dilansir dari Kemendikbudristek.

Tumbuhkan rasa bangga siswa pada budaya

Kearifan lokal, tutur Zulfikri, sebenarnya masih terkait dengan salah satu karakter dalam profil pelajar Pancasila, yaitu berkebinekaan global, di mana generasi Indonesia bisa mengangkat keberagaman daerah menjadi suatu keunggulan lokal dan bisa mengglobal dengan keunggulan lokal tersebut.

“Jadi ada rasa bangga dengan potensi lokalnya, bisa mengembangkannya dan mengeksplornya, bahkan anak-anak bisa mengglobal dengan keunggulan lokal yang dimiliki,” katanya.

Bupati Lima Puluh Kota, Safaruddin Dt. Bandaro Rajo mengatakan bahwa setelah beraudiensi dengan Kemendikbudristek, pihaknya kini sudah mendapatkan pencerahan mengenai masuknya muatan kearifan lokal secara lebih fleksibel di dalam implementasi Kurikulum Merdeka.

Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota kini semakin yakin untuk menerapkan muatan lokal mengenai budaya alam Minangkabau dan tahfiz Al-Qur’an di satuan pendidikan dasar.

“Alhamdulillah semuanya terbuka lebar. Insya Allah tahun 2022 dan 2023, kearifan lokal yang akan menjadi muatan lokal kita, yaitu pertama, berkaitan dengan tahfiz untuk siswa SD dan SMP. Kedua, memberikan pembelajaran tentang alam Minangkabau dan budaya Minangkabau di SD dan SMP. Itu yang akan kita jadikan muatan lokal,” tuturnya.

Safaruddin juga menegaskan bahwa muatan lokal tersebut akan dilakukan dengan sinergitas karena kearifan lokal di Kabupaten Lima Puluh Kota tetap berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Bisa dimasukkan melalui tiga opsi

Zulfikri menjelaskan, muatan kearifan lokal bisa dimasukkan sekolah melalui tiga opsi.

Pertama, mengembangkan muatan lokal menjadi mata pelajaran sendiri. Kedua, mengintegrasikan muatan lokal ke dalam seluruh mata pelajaran. Ketiga, melalui proyek penguatan profil pelajar Pancasila.

Sebelumnya, lanjut Zulfikri, ruang-ruang untuk muatan lokal belum digunakan secara optimal karena masih didominasi oleh faktor keseragaman, baik secara materi maupun kurikulum operasional sekolah.

Sekolah dinilainya masih ragu untuk membuat kurikulum yang berbeda dan beragam satu sama lain meskipun regulasi memberikan ruang yang cukup bagi daerah untuk mengangkat keunggulan lokal, kearifan lokal, dan segala keunikan lokal melalui Kurikulum Merdeka.
“Misalnya dalam kurikulum operasional satuan pendidikan. Di situ kurikulum harus menunjukkan warna dari satuan pendidikan. Warna itu bisa dari karakteristik daerahnya, bisa dari tradisi peserta didiknya, atau bisa dari sumber daya yang ada di sekitarnya. Jadi setiap sekolah punya ruang yang cukup besar untuk mengangkat kearifan lokal dan budaya lokal,” kata Zulfikri.

https://edukasi.kompas.com/read/2022/08/03/131757171/kurikulum-merdeka-fasilitasi-siswa-belajar-kearifan-lokal-daerahnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke