KOMPAS.com - Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia bawah 5 tahun akibat kurangnya asupan gizi. Salah satu cirinya ialah tinggi badan anak lebih pendek untuk usianya. Stunting masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia.
Meski angka stunting menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun, jumlah anak yang mengalami stunting masih beragam antar daerah.
Berbagai strategi nasional ditetapkan pemerintah guna mengurai masalah stunting dan telah diatur melalui Perpres No. 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan stunting dengan target penurunan prevalensi stunting hingga 14 persen pada tahun 2024.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa biskuit menjadi salah satu program pemerintah yang dicanangkan untuk menangani kejadian stunting yang masih banyak ditemui di Indonesia.
Namun, makanan tambahan ini kerap menggunakan fortifikasi untuk menambah zat gizi dengan bahan baku yang masih diimpor sehingga menimbulkan persoalan biaya.
Melihat persoalan ini, mahasiswa UGM membuat inovasi PMT dengan harga terjangkau dan bahan yang mudah ditemui berupa Sprouted Snack Bar (SSB) yang dapat memenuhi 3 zat gizi utama untuk mencegah stunting yaitu protein, zat besi, dan seng.
Mahasiswa Fakultas Biologi UGM, Adiva Aphrodita mengatakan bahwa camilan SSB ini terbuat dari bahan utama kacang merah berkecambah, beras merah berkecambah, kacang kedelai berkecambah, dan pisang.
“Alasan dipilihnya produk snack bar karena camilan ini disukai anak-anak dan memiliki masa simpan yang cukup lama,” terang Adiva dalam keterangan tertulis Universitas Gadjah Mada.
Bijian berkecambah sendiri memiliki kandungan protein dan mikronutrien yang lebih tinggi dibanding biji utuh karena proses perendaman dan perkecambahan dapat meningkatkan nutrien yang terkandung.
Kedelai, beras merah, dan kacang merah yang telah berkecambah pun dikatakannya mengandung protein tinggi dan kadar fitat menurun yang mampu meningkatkan kadar zat besi dan seng.
“Konsumsi pangan tinggi protein dapat meningkatkan sintesis albumin serum darah sehingga memicu pembentukan sel saat pertumbuhan dan menjaga organ hati sehat. Selain itu, zat besi membantu sintesis kolagen jaringan tulang, sementara seng membantu peningkatan panjang dan berat tulang femur,” paparnya.
Selain membandingkan kandungan produk antara bijian berkecambah dengan biji dorman, tim ini juga telah melakukan perbandingan dua metode pengolahan yaitu metode sangrai dan oven. Mereka kemudian melakukan uji organoleptik produk pada anak SD, uji nutrition facts, dan uji in vivo.
“Inovasi SSB ini mampu menjadi alternatif jajanan bergizi untuk anak sekolah. Dengan adanya produk ini, diharapkan ada peningkatan kualitas makanan untuk anak-anak sehingga dapat menekan angka stunting di Indonesia,” pungkas Adiva.
Adiva mengembangkan produk bersama empat mahasiswa UGM lainnya, yaitu Matilda Jesseline Gabriela Giovanni (Fakultas Biologi 2020), A. Najib Dhiaurahman (Fakultas Biologi 2020), Felisitas Mellania Ajeng Anggraeni (FK-KMK 2019), dan Nur Afni Oktri Fiana (FTP 2019), di bawah bimbingan Lisna Hidayati, S.Si., M.Biotech.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/09/20/134422371/mahasiswa-ugm-inovasi-camilan-untuk-cegah-stunting-pada-anak