Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah 4 Guru Hebat dan Menginspirasi, dari Sumatera hingga Papua

Dengan mengusung tema, “Serentak Berinovasi, Wujudkan Merdeka Belajar,” Nadiem menyebut Kemendikbudristek terinspirasi merangkai tema tersebut bersumber dari semangat para ibu dan bapak guru tanah air.

Oleh karena itu, di hadapan ratusan perwakilan guru yang dari berbagai wilayah Indonesia, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim berinteraksi dengan para guru hebat dan guru penggerak yang berhasil melakukan inovasi dan terobosan dari beberapa wilayah. Juga Maudy Ayunda, yang dikenal sebagai Pemerhati Pendidikan.

Nadiem mendengar kesaksian dari empat orang guru hebat dalam acara diskusi JI EXPO Kemayoran, Jakarta, Sabtu (26/11/2022).

Cerita pertama dari Guru Penggerak dan Kepala Sekolah SDN 09 Padangsambian, Bali, I Ketut Budiarsa. Pihaknya merupakan seorang guru penggerak yang diangkat menjadi kepada sekolah di usia yang masih tergolong muda.

Pada usianya yang 35 tahun, dia merasa menjadi kepala sekolah merupakan sebuah tantangan sekaligus peluang.

“Menjadi kepala sekolah di usia muda yakni di usia 35 tahun ini memiliki tantangan tersendiri yakni dengan guru-guru yang senior,” ungkapnya.

Dia sendiri berupaya melakukan pendekatan yang humanis kepada guru-guru yang lebih senior dengan mengajak mereka untuk belajar bersama, juga merancang pembelajaran dan pendidikan yang berpihak kepada anak-anak didik.

Sementara itu, cerita dari Guru Penggerak dan dan Wakil Kepala Sekolah SMA Gabungan, Jayapura, Dolvina juga tidak kalah menginspirasi.

Dia membagikan pengalamannya ketika menjadi guru penggerak, dengan menciptakan sebuah inovasi yakni pembelajaran berdiferensiasi. Dolvina mengatakan hal tersebut sangat menarik dan membuatnya semakin dekat dengan anak didik, khususnya dalam melihat potensi mereka.

“Hal ini melihat potensi minat dan bakat para peserta didik, meskipun fasilitas sekolah terbatas. Jadi, dalam pembelajaran berdiferensiasi, fasilitas berasal dari potensi peserta didik itu sendiri dalam menciptakan inovasi berdasarkan kemampuan-kemampuan alamiah yang mereka miliki,” tuturnya.

Lebih lanjut Dolvina mengatakan, dengan pembelajaran berdiferensiasi tersebut, anak-anak mampu menghasilkan karya dari ciptaan mereka sendiri. Sebagai guru, Dolvina semakin mengenal anak didik, melihat kemampuan, dan memahami kompetensi mereka.

Secara teknis, Dolvina membuat kelompok anak sesuai dengan minatnya, seperti kelompok yang senang menari, bermain musik, bernyanyi, dan lain-lain. Kemudian, mereka mengelaborasi pembelajaran dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. Hal tersebut membuat mereka senang dan semakin kreatif karena dihadapkan pada hal-hal yang mereka senangi.

Dolvina berpendapat bahwa peserta didik adalah sumber belajar bagi para guru. Oleh karena itu, jangan pernah menyia-nyiakan kemampuan mereka.

“Jangan sia-siakan mereka. Kembangkan minat, kembangkan bakat, dan potensi mereka. Tanpa mereka, kita bukanlah guru karena itu teruslah ciptakan sebuah inovasi, ciptakan pembelajaran yang menyenangkan, yang mengangkat harkat dan harga diri setiap peserta didik,” ujar Delvina.

Lebih lanjut Dolvina menegaskan para guru merupakan orang-orang yang dipilih oleh Tuhan untuk mendidik dan mencetak banyak orang untuk berhasil bagi bangsa dan negara

Sementara itu, Guru ASN PPPK dan Guru UPT SDN 28 Indrapura Batu Bara, Sumatera Utara, Lili Gusni menuturkan pihaknya merupakan salah seorang guru honorer diangkat menjadi guru Aparatur Sipil Negara Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (ASN PPPK).

Setelah bertahun-tahun mengabdikan diri sebagai guru honorer, akhirnya dia mendapatkan penempatan dan kesejahteraan yang lebih baik melalui program ASN PPPK. Hal ini membuat Lili semakin bersemangat dan terus berinovasi, kreatif, dan aktif.

Guru Penggerak dan Guru SMPN 1 Sungkai Selatan, Lampung Utara, Eka Widiastuti juga turut hadir dan menyampaikan gagasannya.

Eka mengakui menyandang profesi guru bukanlah hal yang mudah, apalagi di zaman digital ini. Anak-anak semakin dekat dengan teknologi dan digital, sehingga mereka lebih senang dengan gawainyi, seperti dalam bermain game.

Oleh karena itu, Eka berupaya mencari solusi atas tantangan yang dia hadapi dengan mengelaborasi kesenangan anak didik dan materi pembelajarannya.

“Mencari cara supaya game menjadi salah satu alat yang dapat digunakan dalam proses belajar anak didik,” ujarnya.

Meski demikian, Eka menyadari hal tersebut tidaklah mudah karena kuota internet yang dimiliki oleh para murid pasti sangat terbatas karena pada umumnya mereka berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah.

Eka memunculkan inovasi dengan memunculkan pembelajaran berbasis digital yakni menciptakan game berbasis android tanpa menggunakan kuota internet.

Setelah menciptakan metode tersebut, Eka melihat niat belajar anak-anak didiknya semakin meningkat. Mereka juga senang dan tidak merasa terpaksa ketika belajar.

“Saya lihat anak-anak happy dan sangat antusias karena game sangat dekat dengan dunia mereka.”

Sebagai guru, dia berpesan agar guru-guru terus mengasah kemampuan para murid agar menjadi anak-anak yang cerdas.

“Murid yang ada di sekolah bagaikan selembar kertas yang sudah memiliki goresan atau baris, tugas kita adalah menebalkannya,” pesan Eka.

I Ketut Budiarsa juga mengatakan pesannya kepada para pendidik di Indonesia.

“Mari kita bergerak dan bergerak dalam sistem pendidikan kita. Perahu besar yang sudah dirancang oleh Kemendikbudristek akan bisa terarah dengan lebih baik apabila kita mendayung bersama, mulai dari satuan pendidikan ruang-ruang kelas kita,” pungkasnya.

Tidak ketinggalan, Lili juga menggaungkan semangatnya kepada para guru.

“Teruslah belajar sampai akhir hayat karena kita adalah para pembelajar. Jangan menyerah apapun keadaannya, teruslah berkarakter, inovatif, kreatif, dan aktif. Guru bisa,” tutupnya.

https://edukasi.kompas.com/read/2022/11/28/102000171/kisah-4-guru-hebat-dan-menginspirasi-dari-sumatera-hingga-papua

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke