KOMPAS.com - Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2023 resmi diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kamis (1/12/2022).
Pada SNPMB 2023, Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) diganti dengan Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) dengan skema ujian yang berbeda.
Hal tersebut membawa beberapa perubahan yang cukup signifikan, yakni Tes Kemampuan Akademik (TKA) dihilangkan, sehingga tidak ada lagi ujian khusus mata pelajaran bidang Sosial Hukum (Soshum) dan Sains dan Teknologi (Saintek).
Ujian SNBT 2023 akan mencakup Tes Potensi Skolastik (TPS), Penalaran Matematika serta Literasi Bahasa (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris).
Dihapusnya TKA, membuat banyak siswa bertanya apakah masih perlu belajar TKA? Lalu, bagaimana cara belajar agar bisa lulus dalam seleksi PTN 2023?
Guna menjawab beberapa pertanyaan tersebut, berikut ini dipaparkan penjelasan tentang cara belajar dalam menghadapi seleksi masuk PTN 2023 versi Master Tutor Zenius Education, Prasdianto dan Tutor Potensi Kognitif Zenius, Insi, di akun Youtube Zenius:
Pahami konsep dasar soal dan perkuat kemampuan problem solving
Pada TPS, akan diujikan beberapa bagian yakni soal-soal potensi kognitif, penalaran matematika, dan literasi dalam berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Soal-soal TPS pada intinya menguji penalaran dan logika, maka perlu memahami konsep dasar.
Oleh karena itu, soal-soal dalam tes tersebut kemungkinan besar tidak membutuhkan hafalan materi karena yang dibutuhkan adalah pemahaman, bukan hafalan. Kalau pun ada sesuatu yang perlu dihafal, pasti akan lebih mudah mengingat agar mengetahui peta dan alurnya.
Setelah memahami konsep dasarnya, kemudian petakan materi yang dipelajari dan temukan alur alur berpikir yang tepat.
Jika sudah menemukan hal tersebut, kamu akan mudah menjawab soal-soal TPS. Namun, kamu harus lebih kreatif dalam melihat dan memecahkan soal. Dalam hal ini, kamu harus banyak latihan supaya semakin mengenal soal-soal dan problem solving semakin terasah.
Cara belajar soal SNBT (UTBK) 2023 tipe terbaru
Seperti disebutkan di atas, pada TPS akan ada soal-soal potensi kognitif, penalaran matematika, dan literasi dalam berbahasa Indonesia dan Inggris.
1. Penalaran matematika
Dalam pengerjaan soal-soal penalaran matematika, upayakan untuk menguasai penalaran matematis, mulai dari pemahaman konteks, model, dan lain-lain, bukan sekadar menggunakan rumus.
Prasdianto mencontohkan salah satu soal yang membutuhkan penalaran matematis:
Ada orang yang bekerja memperbaiki telepon, maka dia membutuhkan formula demikian:
P = 108 – 23 x D dengan ketentuan:
P = jumlah telepon yang belum dikerjakan
D = jumlah hari dia bekerja
Prasdianto mengatakan, uniknya di soal ini, pertanyaan yang muncul yakni mengapa ada angka 108? Nah dari soal ini, yang ditanya adalah persamaan dari angka 108, sehingga jawaban dalam dalam pilihan berganda akan diberikan kira-kira demikian:
a. 108 adalah jumlah hari yang dibutuhkan dalam menyelesaikan telepon
b. 108 adalah jumlah telepon yang diselesaikan dalam sehari
Banyak soal matematika pada umumnya yang fokusnya berupa abstraksi atau persamaan, sehingga kamu diminta mencari solusi, sedangkan pada soal matematis ada wacana yang harus diubah menjadi abstraksi, rumus atau persamaan, kemudian mencari solusinya.
Sementara soal di atas, levelnya naik karena soal tersebut sudah memberikan abstraksinya dan yang ditanya apa maksudnya?
Oleh karena itu, dalam pengerjaan soal tersebut dibutuhkan pemahaman mulai dari memahami konteks, model, dan lain-lain. Jadi bukan penghitungan.
2. Pengetahuan kognitif
Dalam hal ini, akan ada banyak soal-soal analitik, maka kamu perlu memahami aturan dari dari soalnya.
“Apa yang disampaikan oleh soalnya, apa yang harus dicari, dan memetakan kondisinya. Oleh karena itu, perlu memahami tujuan teks dan memetakan kondisinya,” ungkap Tutor Potensi Kognitif, Insi.
Insi melihat kebanyakan orang akan mengalami kesulitan dalam memahami tujuan teks dan memetakan kondisinya, sehingga mengalami kebingungan dalam mengerjakan soal.
Sebagai contoh, si A yang masih berstatus sebagai pelajar membutuhkan tiga kendaraan agar sampai ke sekolah setiap harinya. Si A harus berjalan kaki ke halte Bis, kemudian dia harus melanjutkan perjalanan ke stasiun. Dari stasiun tersebut, si A akan naik kereta. Pada soal juga diberikan jadwal bus dan jadwal kereta.
Setiap harinya si A harus sampai di sekolah sebelum Pkl. 09.00 WIB. Pertanyannya, Jam berapakah si A harus berangkat dari rumah, dengan perkiraan berjalan kaki dibutuhkan waktu selama 10 menit?
Guna menyelesaikan soal tersebut, kamu tentu harus menghitung mundur durasi selama perjalanan di kereta dan disesuaikan dengan jadwalnya. Namun, kadang soal-soal demikian bukan hanya soal mekanikanya, tetapi membutuhkan solving agar menemukan solusi dan optimasi dari cara mengerjakannya.
Untuk lebih mendalami soal-soal demikian, maka kamu perlu mengadakan banyak latihan mengerjakan soal, misalnya lewat try out.
3. Literasi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
Kalau diperhatikan soal-soal Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang dulu, beratnya ke arah gramatikal, sedangkan sekarang lebih ke arah pemahaman bacaan.
Sebagai contoh soal literasi bahasa Indonesia, ada wacana tentang bahaya merokok, kemudian diberikan pernyataan “Seseorang menulis berdasarkan penelitian bahwa merokok tidak terlalu berpengaruh pada paru-paru.” Apakah pernyataan ini berlawanan dengan paragraf ketiga atau keempat?
Oleh karena itu, dalam pengerjaan soal tersebut kita harus membaca dan memahami seluruh wacana yang diberikan.
Prasdianto memberikan contoh lain dalam literasi bahasa Inggris. Jika penulis menggunakan kata drowsiness bukan kata tired. Apakah maksud yang ingin disampaikan penulis dari kata “drowsiness” tersebut?
Dalam mengerjakan soal demikian, kamu harus mencari tahu hal-hal yang ingin ditekankan oleh penulis, misalnya sangat capek atau tidak terlalu capek. Itulah sebabnya, dibutuhkan pemahaman yang lebih tinggi dalam setiap penyelesaian soal.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam soal literasi yakni adanya soal susupan dari potensi kognitif. Sebagai contoh dibuat dalam rumus, P maka Q, lalu P.Therefore P.
Mungkin bisa kita bayangkan, kalau P adalah paragraf dan Q paragraf yang lain.
Dari beberapa contoh soal di atas, penekanan dari TPS yakni kehati-hatian dalam mengerjakan setiap soal.
“Jadi belajarnya sekarang bukan lagi lebih berfokus ke prosedur untuk TPS ini karena bisa dibilang harus hati-hati dan tidak sesederhana yang kita lihat,” ujar Insi.
Insi juga menekankan dalam pengerjaan soal-soal, harus dipahami masalahnya, lalu mencari problem solvingnya dan jangan terlalu memikirkan prosedur yang kaku.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/12/03/090000871/tips-belajar-utbk-2023-tipe-baru-penalaran-matematika-hingga-literasi