Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Kreatif Sekolah di Lamongan Menumbuhkan Kecintaan Siswa pada Buku

KOMPAS.com – Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) 16 Karangasem Paciran, Lamongan menerapkan budaya cinta membaca kepada peserta didik dan guru-guru. Madrasah tersebut juga menggerakkan banyak komunitas belajar di wilayahnya, khususnya di Lamongan.

Kepala MIM 16 Paciran, Niayah mengatakan pihaknya melakukan pendekatan kepada peserta didik dan lingkungan setempat dengan mengoptimalkan tenaga guru sebagai motivator, yang kemudian disebut sebagai pejuang literasi.

Mereka aktif memotivasi peserta didik agar anak-anak semakin mencintai budaya membaca, menulis, menyimak, mendengarkan, dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka memiliki budi pekerti yang baik.

“Anak-anak yang semakin cinta budaya membaca, Insya Allah kehidupannya akan lebih baik,” ujar Niayah pada acara Temu Inovasi #14 bertajuk ”Transformasi Pembelajaran: Sampai di mana Perjalanan Kita?”, Selasa (6/12/2022) di Jakarta.

Dalam melangsungkan gerakan literasi bagi anak-anak, Madrasah tersebut membuat dua strategi. Strategi pertama melakukan pembelajaran calistung. Calistung sendiri akronim dari membaca, menulis, menghitung. Anggota yang masuk dalam kelompok calistung yakni anak-anak yang sama sekali belum mampu membaca.

Strategi kedua yakni aktivitas outdoor learning atau kegiatan di luar Madrasah. Di mana hasil dari pembelajaran yang didapatkan di dalam Madrasah di praktekkan ke lingkungan sekitar.

Di Madrasah, diadakan juga kegiatan literasi Al Quran (program tahfidz) dan literasi membaca yang menyeluruh tidak hanya untuk kelas awal, tetapi seluruh kelas.

Niayah bersama para guru melakukan bedah kelas, membuat jam khusus membaca, merenovasi perpustakaan, dan membuat pojok baca di kelas dan lorong sekolah.

Perpustakaan juga dimanfaatkan secara optimal sebagai sarana belajar dengan jadwal yang sudah disusun dan ditetapkan dengan baik, sehingga budaya membaca di perpustakaan sekolah semakin ditingkatkan.

Dalam perjalanan waktu, MIM 16 Paciran mengadakan gerakan infaq satu buku sekali dalam setahun untuk menambah jumlah buku bacaan.

Beberapa kegiatan tersebut terlaksana dengan baik, bahkan dapat dikatakan membuahkan hasil yang memuaskan karena budaya cinta literasi di kalangan sekolah semakin meningkat.

Namun, Niayah mengatakan MIM 16 Paciran tidak cepat merasa puas atas pencapaian tersebut. Madrasah juga berupa mengembangkan literasi ke pihak eksternal yakni ke lembaga-lembaga lainnya.

MIM 16 Paciran mendiseminasikan gerakan cinta literasi hampir ke seluruh SD dan MI Muhammadiyah di Kabupaten Lamongan. Hal ini melibatkan kerjasama dengan pihak sekolah dan pimpinan daerah Muhammadiyah bersangkutan untuk mengimplementasikan inovasi sekolah terkait literasi seperti metode pembuatan media, pola membaca yang baik, dan lain-lain.

“Alhamdulillah, gerakan diseminasi ini cukup menyenangkan,” ujar Niayah.

Hingga kini, tercatat 76 guru dari 18 kecamatan di Kabupaten Lamongan pada September-Oktober 2022 mengikuti kegiatan diseminasi dan telah mengimplementasikannya di kelas.

Bahkan, beberapa lembaga yang mengikuti pelatihan diseminasi telah menggelar lomba-lomba literasi di SD/MI masing-masing.

Seluruh kegiatan diseminasi ini dilakukan dengan pendanaan mandiri yang didasarkan pada kesadaran untuk melakukan perubahan terutama untuk MI. Pihak Madrasah begitu antusias melaksanakan kegiatan tersebut.

Sekolah-sekolah tersebut terus ditinjau dan dikunjungi dengan rutin. Program ini membuahkan hasil yang memuaskan juga.

Hal tersebut nampak dari perubahan yang terjadi di banyak sekolah binaan MIM 16 Paciran saat ini sudah memiliki kelas literasi, pengelolaan kelas menjadi semakin baik, dan banyak guru yang semakin cinta dalam membuat media pembelajaran. Dengan demikian jumlah guru yang profesional semakin bertambah.

Menurut Niayah, selama ini memang sangat jarang ada program pelatihan dan pendampingan yang ditujukan untuk Madrasah. Oleh karena itu, program literasi ini menjadi kesempatan emas yang ditangkap oleh Niayah dan kepala MI lainnya di Kabupaten Lamongan sebagai langkah awal reformasi pendidikan di Madrasah.

Koordinator Daerah (Korda) pelaksanaan program INOVASI Literasi tersebut mengingatkan kolaborasi merupakan hal penting. Hal tersebut dipakai sebagai strategi mendorong sekolah-sekolah untuk berubah yakni bekerjasama dengan pengawas Madrasah dan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen).

Dilakukan juga rapat rutin dengan kepala Madrasah untuk koordinasi kegiatan dan bermitra dengan Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI).

“INOVASI membawa pencerahan yang luar biasa kepada kami karena dengan bermitra dengan INOVASI, banyak pengembangan khususnya kepada guru untuk meningkatkan proses pembelajaran yang menyenangkan,” urai Niayah.

Mereka berupaya untuk tetap berkolaborasi dengan Madrasah lain. Hal ini tentu membutuhkan pendekatan yang baik dengan kepala sekolah dan fasilitator daerah.

Dengan pencapaian tersebut, Niayah berharap agar kolaborasi dengan INOVASI. Pihaknya meminta agar INOVASI membantu MIM 16 Paciran dalam mengembangkan Numerasi.

“Kami ingin senantiasa bekerja sama dalam rangka menyukseskan kegiatan pembelajaran yang lebih baik. Kami ingin tetap berkolaborasi, bahkan ingin sekali bermitra dengan Numerasi untuk Madrasah karena selama ini yang bermitra dengan kami baru Literasi,” pungkas Niayah.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Program INOVASI, Mark Heyward memaparkan hasil Studi Kesenjangan Pembelajaran. Pihaknya menggarisbawahi tentang upaya yang perlu dilakukan dalam menekan kehilangan hasil belajar (learning loss).

Studi menyimpulkan  kurikulum yang berfokus pada kemampuan esensial (literasi dan numerasi) berpotensi mengurangi learning loss. Selain itu, kurikulum yang berfokus pada materi esensial juga berpotensi untuk mengurangi ketimpangan hasil belajar bagi kelompok rentan.

“Karakter kurikulum yang berpotensi meningkatkan hasil belajar siswa adalah kurikulum yang berfokus pada materi esensial dan memberikan ruang fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala BSKAP Kemendikbudristek, Anindito Aditomo mengatakan, Kemendikbudristek terus berupaya membangun kapasitas dan keterampilan-keterampilan dasar yang memampukan anak didik menjadi manusia mandiri di masa depan.

“Kecakapan adalah menjadi dasar kelulusan, tujuan pembelajaran. Konten adalah sarana. Yang penting dalam pendidikan adalah semua anak belajar dan menjadi mandiri,” kata Anindito.

Anindito juga mengatakan esensi dari Kurikulum Merdeka Belajar yakni agar semua anak yang ada di Indonesia memiliki kesempatan untuk mencicipi pendidikan yang lebih baik.

Pendidikan akan memerdekakan manusia dan manusia merdeka adalah mereka yang bisa berdiri di atas kekuatannya sendiri.

"Salah satu hal penting untuk bisa mandiri yakni keterampilan belajar sepanjang hayat, life long learning. Pondasi dari life long learning yakni literasi membaca, literasi matematika, dan karakter-karakter yang esensial bagi setiap orang yang hidup di masyarakat," pungkas Anindito.

https://edukasi.kompas.com/read/2022/12/10/100000571/cara-kreatif-sekolah-di-lamongan-menumbuhkan-kecintaan-siswa-pada-buku

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke