Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dosen Unesa Inovasi Batik Pewarna Tanah, Kain Lebih Adem

KOMPAS.com - Dosen Program Vokasi, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Irma Sussanti membuat inovasi menarik yakni pewarna batik dari tanah.

Ternyata, dia telah meneliti berbagai macam tanah dan sudah diuji coba sejak 2012 yang lalu. Hasilnya, batik pewarna tanah sudah mengantongi HAKI dan diberi nama Banesa atau Batik Tanah Unesa.

Melansir laman Unesa, Selasa (13/12/2022), tanah yang digunakan sebagai pewarna batik itu bukan sembarang tanah. Tetapi berbagai jenis tanah telah dia teliti termasuk tanah di Pamekasan, Malang hingga Bangkalan.

"Riset itu saya bukukan, tanah daerah ini jenisnya begini dan warnanya begini semua saya dokumentasikan," ujarnya.

Tanah Bangkalan jadi yang terbaik

Namun, dari berbagai jenis tanah itu, menurut dia tanah Bangkalan menjadi salah satu yang terbaik karena memiliki jenis warna yang menonjol saat digunakan di kain.

Selain itu, dia juga sering menggunakan tanah dari Lamongan. Jenis tanah liat tidak bisa digunakan, karena memiliki silika yang bisa menutup pori-pori kain.

Kini, Banesa telah menghasilkan berbagai macam motif batik. Bahkan yang sudah mengantongi HAKI ada 35 motif.

Tak hanya itu saja, produk batiknya itu juga rutin diperagakan dalam berbagai pameran busana maupun fashion show di Surabaya maupun di daerah lainnya.

Agar produknya bisa berdampak pada pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), pihaknya juga bekerja sama dengan sejumlah UKM batik di Surabaya dan Probolinggo.

"Sistemnya kolaborasi yang tujuannya untuk memberdayakan teman-teman UKM sehingga usaha bisa berkelanjutan dan berdampak pada kesejahteraan UKM di berbagai daerah," jekas Irma.

Kain jadi lebih dingin

Irma yang merupakan dosen Pendidikan Kesehatan Keluarga itu menceritakan idenya berawal dari rasa penasaran setelah membaca salah satu artikel tentang batik tanah.

Artikel tersebut sudah lama dan dia tidak menemukan cara pembuatannya. Karena, batik yang diteliti dalam artikel tersebut sudah tidak lagi diproduksi.

Lantaran penasaran, akhirnya dia dan rekan-rekan dosen lain melakukan penelitian berbagai jenis tanah dan diuji coba. Bahkan penelitian dan uji cobanya tidak mudah, karena harus memulai dari Nol.

Tidak heran jika percobaannya banyak mengalami kegagalan. Ada jenis tanah yang warnanya bagus, tetapi saat digunakan di kain malah luntur, ada yang tidak mau menempel dan lain-lain.

Meski demikian, dia tetap semangat dan terus melakukan pengujian hingga akhirnya menemukan jenis tanah yang cocok digunakan sebagai pewarna batik.

"Selain warna, daya rekatnya juga menjadi pertimbangan pemilihan tanah," imbuh dia.

Irma menjelaskan beberapa keunggulan dari batik tanah, yakni jenis warna yang berbeda tergantung dari jenis tanah yang digunakan.

Kendati cara dan komposisi bahan yang digunakan sama, tetapi menggunakan jenis tanah yang berbeda dan di waktu yang berbeda, hasilnya tetap memiliki ciri khas dan perbedaan. Ini yang membuat Banesa menjadi limited edition.

Tak hanya itu saja, kain yang dihasilkan juga menjadi lebih nyaman digunakan. Penggunaan warna tanah membuat kain batik menjadi lebih dingin saat dipakai.

"Tanah yang menempel pada serat kain membantu penyerapan keringat. Karena itu terasa lebih nyaman di badan meski cuaca panas," tuturnya.

https://edukasi.kompas.com/read/2022/12/16/060700871/dosen-unesa-inovasi-batik-pewarna-tanah-kain-lebih-adem

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke