KOMPAS.com - Menjalani pertemanan tentu harus saling menghargai, saling membantu serta saling mendukung satu sama lain.
Akan tetapi, tidak semua teman bisa seperti yang diharapkan. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang terjebak dalam pertemanan yang berat sebelah.
Adapula yang malah dimanfaatkan hingga disakiti. Jika sudah seperti itu, mereka tidak tahu cara untuk melepaskan pertemanan yang rusak.
Menurut dosen Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Nurchayati, S.Psi., MA., Ph.D., kondisi itu dikenal sebagai toxic friendship atau pertemanan toksik.
Tak hanya itu saja, pertemanan toksik bukan saja tidak sehat, tetapi juga berbahaya. Kenapa dikatakan demikian?
Ciri-ciri teman toxic
"Teman toksik juga tak segan menyakiti, membanding-bandingkan dan memperlakukan kita sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadinya. Mereka bahkan meracuni pertemanan dengan kebohongan," ujarnya dikutip dari laman Unesa, Minggu (25/12/2022).
Tips hadapi toksik
Jika sudah terjebak dalam toxic friendship, maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yakni:
1. Pertama, batasi pergaulan dengan mereka dan minimalkan interaksi dengannya.
2. Kedua, beri dia saran perbaikan secukupnya.
3. Ketiga, secara langsung dan santun, bicarakan dengannya ketidaksehatan dalam relasi.
4. Keempat, harus berani berkata “tidak” kepadanya.
5. Kelima, utamakan berkawan dengan orang non-toksik.
"Intinya, kita terapkan pembatasan. Jauhkan teman toksik dari zona privasi kita. Dengan dia, kita jangan pernah berbagi urusan pribadi, problem keluarga, dan informasi apa pun yang bukan bahan konsumsi umum," terangnya.
Cara menghindari toxic
Sedangkan untuk cara menghindar pertemanan toksik, ia merekomendasikan beberapa cara, yaitu:
1. Pertama, pelajari dulu karakter umum lingkar pertemanan dan pola perilaku di dalamnya.
2. Kedua, jangan buru-buru dan terlalu gampang melibatkan teman dalam ranah intim kehidupan, seperti urusan pribadi dan keluarga.
3. Ketiga, jauhi “tongkrongan” atau lingkar pertemanan yang memberlakukan persyaratan keanggotaan.
"Misalnya sebelum boleh bergaul dengan teman-teman itu, kita diharuskan membeli dulu barang tertentu. Ini indikator ketoksikan. Maka, hindari berteman dengan mereka," tuturnya.
4. Keempat, bangun dan rawat rasa percaya diri, misalnya dengan melakukan berbagai kegiatan positif yang dapat meningkatkan kualitas hidup di masa kini dan di masa depan.
Butuh peran serta orangtua
Selain itu, untuk menangkal toxic friendship, orang tua juga memainkan peran strategis, yaitu menjadikan rumah sebagai “zona nyaman” bagi anak untuk:
Tak kalah penting, komunikasi lancar dua arah juga memungkinkan ayah dan ibu memantau sehat tidaknya pergaulan anak mereka di luar rumah.
"Misalnya, kalau cerita si anak tentang teman-temannya mengindikasikan gejala ketoksikan, maka orang tua bisa lekas menyarankan dia melakukan pencegahan dini," terang Nurchayati.
https://edukasi.kompas.com/read/2022/12/26/182605471/dosen-unesa-ini-ciri-ciri-teman-toxic-dan-cara-menghindarinya