KOMPAS.com - SD Negeri Babakan 03 terletak di tengah perkampungan di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Meski berada di kampung, sekolah ini tidak kampungan.
Itulah yang selalu ditekankan oleh Kepala Sekolah, Esti Wahyu Mudjiastutik.
Esti senantiasa mendorong seluruh warga sekolah untuk memiliki pola pikir yang terbuka, mau belajar, demi meningkatkan kualitas pembelajaran, demi masa depan para siswa.
Di tahun-tahun awal memimpin sekolah ini yakni sekitar 7 tahun lalu, Esti bercerita kalau dirinya sempat merasa sedih. Sekolah tempat ia mengabdi selalu dipandang sebelah mata karena serba kekurangan.
"Sekolah ini sulit sekali mendapat bantuan. Saya mencoba mencari bantuan ke sana sini tidak ada respons. Dari kekecewaan itu kemudian menjadi motivasi dan inspirasi saya bahwa kami harus melakukan perubahan secara mandiri,” cerita Esti dilansir dari laman Ditjen PAUD Dikdasmen.
Ia bertutur, perubahan yang terjadi di SD Negeri Babakan 03 tidak terjadi begitu saja, melainkan berkat kerja keras dan tekad yang kuat dari para guru, komite, orangtua dan semua warga sekolah.
Program "satu langkah lebih baik"
Esti mengatakan, dulunya SD Negeri Babakan 03 memiliki julukan sekolah peternak lele dumbo. Ini karena sekolah sering digenangi air.
Setelah diamati, Esti berkesimpulan bahwa genangan sering terjadi karena halaman sekolah lebih rendah dari jalan.
Akhirnya, pada suatu hari pihak sekolah meminta puing-puing bangunan ke PT Waskita Karya yang sedang membangun jalan tol melintasi daerah tersebut.
Puing-puing bangunan itu digunakan untuk meninggikan halaman sekolah sehingga tidak ada lagi genangan air.
“Perusahaan ngasih secara gratis tapi untuk akomodasinya kami dibantu oleh kepala desa dan iuran orang tua murid,” tutur Esti.
Perubahan tak terjadi secara fisik saja, di bawah kepemimpinan Esti, sekolah ini juga memiliki program penguatan karakter dan pembiasaan baik yang menjadikannya berbeda dengan sekolah lain.
Program pertama adalah pojok literasi yaitu pemanfaatan pojok kosong di setiap ruang kelas untuk didesain dan dihias dengan rak dan buku bacaan sesuai fase peserta didik.
"Untuk menguji keterampilan dan kreativitas guru beserta para murid, pojok literasi ini saya lombakan. Penilaiannya berdasarkan kesesuaian fase dan tema buku. Pemenang lomba diberi hadiah berupa uang tunai dari dana BOS Kinerja. Uangnya digunakan untuk kebutuhan pojok literasi juga,” cerita Esti.
Kehadiran pojok literasi beserta lombanya ini mampu mendorong kreativitas dan menumbuhkan kolaborasi antara guru dan murid.
Program kedua adalah “satu langkah lebih baik” yang sudah terbukti memberikan dampak luar biasa bagi perilaku peserta didik dan juga orang tua.
Ini adalah program membentuk kebiasaan bangun subuh dan berkata baik yang dilakukan oleh para murid secara bertahap selama 21 hari.
Dalam implementasinya, pihak sekolah bekerjasama dengan orangtua. Para orang tua diberi format penilaian dalam bentuk cetak untuk memantau setiap progres anak-anaknya melakukan pembiasaan bangun subuh dan berkata baik.
Kalau anak biasa bangun jam 6 pagi, orang tua harus bisa membiasakan anak tersebut bangun lebih awal secara bertahap. Misalnya hari ini bangun jam 6, besok bangun jam 5:40 dan seterusnya hingga mereka terbiasa bangun subuh. Setiap 21 hari orang tua harus melaporkan progresnya. Jika selama 21 hari tidak ada progres, harus diulang lagi dari hari pertama.
Demikian juga dengan pembiasaan menghindari bahasa kasar. Latihan dilakukan secara bertahap dan dipantau kemudian dilaporkan progresnya oleh orang tua.
Sehingga, secara bertahap anak-anak bisa mengontrol diri untuk menghindari penggunaan kata-kata kasar.
"Mengubah perilaku itu tidak bisa dalam sekejap lalu berubah 100 persen. Perilaku bisa diubah secara bertahap dan itu butuh proses,” kata Esti.
Orangtua juga dapat manfaat baik
Ada cerita lucu dari pelaksanaan program “satu langkah lebih baik” ini. Meski yang dinilai dalam program ini adalah anak, tapi ternyata orang tua juga terdampak secara langsung.
Para orang tua yang sebelumnya suka bangun kesiangan jadi ikut bangun subuh. Karena tidak mungkin bisa menilai anak bangun subuh kalau orang tuanya terlambat bangun.
SDN Babakan 03 Cileungsi memiliki program parenting bagi orangtua murid. Dalam program ini, sekolah sudah dua kali menyelenggarakan kegiatan yang menghadirkan ahli parenting level nasional.
Biaya kegiatan parenting ini berasal dari dana koperasi sekolah yang dikelola oleh komite.
Kegiatan parenting pertama mengangkat tema bagja atau bahagia, yaitu memberikan edukasi kepada orang tua cara mengajar anak-anak di rumah dengan suasana yang nyaman dan menyenangkan.
Salah satu hal penting menjaga kenyamanan anak di rumah adalah tidak ada keributan antara ibu dan ayah atau anggota keluarga lainnya.
Tema kegiatan parenting kedua adalah ‘menjadi orangtua hebat agar anak kuat dan sukses dunia akhirat’.
Pada tema ini pihak sekolah memberikan edukasi kepada orangtua bahwa orang tua hebat itu adalah yang mau dan mampu mengikuti perkembangan zaman, perkembangan generasi anaknya, sehingga mampu mengontrol dan mengimbangi anak-anak dalam mengakses berbagai macam media digital.
3 program perubahan
Esti yang merupakan lulusan Kepala Sekolah Penggerak Angkatan 2 itu mengungkapkan, ada tiga penguatan yang menjadi prioritasnya di sekolah yaitu penguatan spirit, penguatan mindset dan penguatan skill sumber daya manusia.
Dalam penguatan spirit yang disebut "spirit set", Esti memberikan pemahaman kepada para guru bahwa murid adalah aset generasi masa depan.
Oleh karena itu, lajut dia, pembelajaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya melalui pembelajaran yang fokus kepada murid.
Melalui penguatan mindset, para guru dan tenaga kependidikan juga didorong dan didukung untuk aktif mengikuti berbagai kegiatan diskusi dan pelatihan.
Guru-guru SD Negeri Babakan 03 juga harus memanfaatkan berbagai sumber belajar, baik yang disediakan oleh Kemendikbud Ristek maupun sumber belajar yang didapatkannya secara mandiri.
Hal ini dilakukan agar para guru dan tenaga kependidikan memiliki pola pikir yang terbuka, update terhadap perkembangan zaman, terus mengasah kemampuan demi kualitas pembelajaran yang lebih baik.
"Setiap guru yang mendapatkan ilmu baru dari diklat atau lokakarya harus membaginya kepada teman guru lainnya. Jadi kita saling menumbuhkan,” tutur Esti.
Sedangkan penguatan skill sumber daya manusia dilakukan melalui pelatihan rutin yang difasilitasi oleh sekolah, tidak hanya kepada guru tetapi juga penjaga sekolah.
Seperti pelatihan skill digitalisasi, pelatihan literasi, hingga pelatihan cara mengajar yang baik dengan menggunakan pendekatan yang fokus terhadap minat dan bakat murid.
“Kami bersyukur dengan adanya Kurikulum Merdeka, kami bisa lebih terarah dalam menyusun strategi penguatan sumber daya manusia di sekolah,” ujarnya.
Perjuangan Esti dalam melakukan perubahan bagi sekolahnya kemudian ia tuangkan dalam esai program Sekolah Penggerak dan berhasil mengantarkan Esti lulus sebagai Kepala Sekolah Penggerak.
Sekolahnya pun menjadi Sekolah Penggerak. Saat ini SD Negeri Babakan 03 tidak lagi dijuluki sebagai sekolah peternak lele dumbo, melainkan dikenal sebagai Sekolah Penggerak yang berhasil memberikan pengimbasan inspiratif bagi sekolah lainnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2023/01/02/092521871/cerita-dari-sdn-babakan-03-terletak-di-kampung-tetapi-tidak-kampungan