KOMPAS.com - Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga bisa merasakan stres. Hanya saja, tanda stres pada anak usia sekolah lebih sulit diketahui, apalagi kalau ia termasuk anak yang jarang mengungkapkan perasaan atau pikirannya.
Namun, ada sejumlah tanda yang menunjukkan tanda stres pada anak yang paling sering terjadi dan bisa diamati oleh orangtua. Berikut tanda stres pada anak merangkum laman Sekolah BPK Penabur:
1. Lebih agresif
Beberapa anak cenderung berperilaku agresif ketika sedang stres.
Perhatikan jika akhir-akhir ini si Kecil menunjukkan perubahan perilaku, seperti lebih mudah marah, berteriak, membentak, memukul, dan lainnya.
Orangtua bisa mencoba mengajaknya mengobrol atau memberinya pengertian.
Namun, jika perilaku tersebut masih berlanjut, Anda bisa berkonsultasi dengan tenaga profesional untuk mendapatkan bantuan.
2. Sulit konsentrasi
Ciri-ciri pertama yaitu anak sulit berkonsentrasi. Misalnya, saat ia sedang bermain, belajar, atau bahkan ketika menonton, anak kebanyakan melamun.
Hal ini bisa dikarenakan oleh beberapa alasan seperti tekanan di sekolah.
Perhatikan jika anak cenderung menunduk atau menatap kosong ketika sedang melakukan aktivitas sehari-hari.
Sebab, ini bisa menjadi tanda ia sedang mengalami stres.
3. Mudah takut
Ciri berikutnya adalah anak tiba-tiba menjadi mudah takut. Baik takut tidur sendirian, takut di ruangan yang gelap, atau takut bertemu orang asing.
Apalagi kalau si kecil sebelumnya adalah sosok yang pemberani, maka hal ini bisa menjadi pertanda bahwa ia sedang mengalami stres.
4. Jadi pendiam atau penyendiri
Saat mengalami stres, anak mungkin akan memilih untuk menyendiri atau menghindari interaksi dengan orang lain.
Perhatikan jika ia mulai menolak saat diajak pergi, tidak mau bermain dengan temannya, dan lebih banyak menghabiskan waktunya sendirian di kamar.
5. Kesulitan tidur
Anak yang sedang stres juga bisa mengalami kesulitan tidur. Seperti orang dewasa, anak-anak atau remaja yang sedang stres biasanya sering terbangun pada tengah malam karena mimpi buruk dan tidur tidak nyenyak.
Sehingga ia akan kurang tidur dan kestabilan emosinya pun terganggu.
6. Mengompol
Orangtua perlu hati-hati saat anak yang sebelumnya sudah berhenti mengompol lalu tiba-tiba kebiasaan ini kembali terulang.
Biasanya, kebiasaan yang dimiliki anak saat masih kecil akan terulang saat ia merasa stres.
Selain ngompol, kebiasaan lain yang mungkin kembali terulang saat anak sedang stres adalah menghisap jari atau mencari boneka kesayangannya.
7. Nafsu makan berubah
Nafsu makan anak bisa tiba-tiba menurun atau naik secara drastis karena stres.
Anak bisa saja mengatakan alasan bahwa makanannya tidak enak, bosan, atau tidak lapar saat nafsu makannya menurun.
Sebaliknya jika nafsu makannya naik, ia akan menjadi lebih cepat lapar dan sering ngemil padahal sebelumnya sudah makan.
Selain itu, saat stres ia juga bisa mual dan muntah. Hal ini biasanya disebabkan oleh pikiran maupun emosi yang terganggu.
Penyebab stres pada anak
Melansir laman Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), ada beberapa penyebab stres pada anak yang cukup umum terjadi.
"Penyebab stres pada anak bisa beragam, mulai dari rutinitas baru yang harus dihadapinya saat mulai bersekolah, bullying, tuntutan nilai akademis, hingga masalah keluarga di rumah. Stres pada anak tentu tidak boleh dibiarkan begitu saja karena hal ini bisa berdampak buruk terhadap kesehatan mentalnya," tulis laman yankes.kemkes.go.id
Berikut beberapa penyebab stres pada anak yang perlu diperhatikan orangtua:
1. Kurang waktu bermain
Aktivitas anak di sekolah bisa menyedot sebagian besar tenaganya. Meski sudah kelelahan, sebagian anak ada yang masih diminta untuk mengikuti pelajaran tambahan lewat les atau kursus setelah jam sekolah usai.
Niat orangtua mungkin baik bagi masa depan anak, tapi kesibukan ini bisa membuat anak tidak memiliki waktu untuk bersantai atau bermain.
2. Paparan konten dewasa
Anak bisa saja terpapar konten atau informasi untuk orang dewasa, seperti berita yang menyeramkan, video kekerasan, atau bahkan pornografi. Paparan konten dewasa ini bisa berisiko membuat anak merasa tertekan.
Orangtua dianjurkan untuk lebih selektif dalam memilih konten informasi dan hiburan yang diperoleh anak.
3. Kurang tidur
Anak memerlukan istirahat yang cukup, terutama setelah seharian beraktivitas di sekolah. Oleh karena itu, orangtua harus memastikan anak mendapatkan cukup waktu istirahat dan jangan sampai ia kurang tidur.
Waktu tidur yang direkomendasikan untuk anak usia sekolah adalah 10-11 jam setiap malam.
Kurang tidur bisa berdampak buruk terhadap mood, perilaku, kemampuan menilai, serta daya ingat anak.
4. Intimidasi
Intimidasi atau bullying yang menimpa anak, baik secara fisik, verbal, atau emosional, juga berisiko membuatnya merasa tertekan.
Jika mendapati tanda-tanda bullying pada anak, seperti enggan ke sekolah tanpa alasan yang jelas, penurunan prestasi di sekolah, tidak memiliki teman, atau sering muncul luka atau cedera saat pulang sekolah, cobalah mengajaknya untuk berbicara dari hati ke hati.
5. Perceraian orangtua
Ketika orang tua bercerai, anak akan menghadapi perubahan besar dalam hidupnya.
Jelaskanlah secara hati-hati dengan bahasa yang mudah dipahami mengenai perceraian tersebut.
Pastikan anak mendapatkan asuhan dan kasih sayang dari keluarganya agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Cara mencegah stres pada anak
1. Luangkan waktu untuk berbincang dengan anak. Jadikan ini sebagai ruang untuk menanyakan aktivitas yang dijalaninya setiap hari, termasuk bagaimana perasaannya. Hal ini akan membuat anak merasa diperhatikan.
2. Pastikan anak memiliki waktu untuk bersantai atau melakukan hal yang disenanginya setiap hari.
3. Kendalikan emosi dan bicarakan baik-baik masalah yang terjadi antara ibu dan ayah saat anak sudah tidur.
4. Dengarkanlah setiap kali anak ingin menyampaikan sesuatu. Dengan cara ini, orangtua bisa membantu meringankan beban stres yang sedang dihadapi olehnya.
5. Cobalah untuk mendampinginya dan berikan dukungan. Hal ini bisa membuatnya kembali semangat, merasa lebih tenang, dan mampu menghadapi masalahnya dengan lebih baik.
Orangtua juga bisa mencari bantuan profesional jika tanda stres pada anak tak kunjung membaik.
https://edukasi.kompas.com/read/2023/01/20/163923671/7-tanda-stres-pada-anak-dan-penyebabnya-orangtua-jangan-sepelekan