KOMPAS.com - Dosen Spesialis Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Dr Sri Ratna Dwiningsih dr SpOG (K) menerangkan apa itu Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) yang sempat trending di Twitter beberapa waktu lalu.
Sri Ratna menjelaskan, PCOS atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Sindroma Ovarium Polikistik (SOPK) adalah kelainan endokrin yang banyak ditemukan pada wanita usia reproduksi.
Prevalensi PCOS diperkirakan 4 sampai 12 persen pada wanita usia reproduksi.
Menurutnya, PCOS dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium, diabetes melitus, dislipidemia, hingga penyakit kardiovaskular.
Gejala PCOS
Sri mengatakan, kriteria diagnosis PCOS sebenarnya bermacam-macam. Misalnya kriteria Rotterdam untuk diagnosis PCOS pada wanita usia dewasa, kriteria AES 2006 untuk diagnosis PCOS pada wanita usia remaja, dan lain sebagainya.
Secara umum terdapat beberapa tanda-tanda PCOS, antara lain:
1. Ditandai dengan gangguan menstruasi hingga gangguan kesuburan.
2. Tingginya hormon androgen yang memiliki beberapa ciri-ciri yaitu:
Penyebab PCOS
Ratna mengungkapkan, sampai saat ini penyebab pasti PCOS belum diketahui.
"Beberapa sumber menyebutkan bahwa PCOS terjadi karena interaksi antara faktor genetik dan lingkungan," jelas Sri seperti dikutip dari laman Unair, Sabtu (28/1/2023).
Dia menekankan, ada faktor-faktor yang berisiko menjadi penyebab PCOS, antara lain:
1. Obesitas
2. Kurang aktivitas fisik
3. Riwayat keluarga dengan PCOS
4. Paparan intra uterin di dalam rahim.
"Selain itu, bahan kimia yang ada di lingkungan sekitar seperti bisphenol A, dioxins dan triclosan diduga dapat mengganggu sistem endokrin dan berisiko menyebabkan PCOS," urai dia.
Pengobatan dan Pencegahan PCOS
Sri menambahkan, prinsip pengobatan PCOS adalah mengatur menstruasi dan menginduksi ovulasi. Menginduksi ovulasi ini dilakukan jika diinginkan adanya kehamilan serta mencegah efek jangka panjang dari PCOS.
Prinsip pengobatan PCOS tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1. Memperbaiki gaya hidup dengan memperbanyak makanan berserat, membatasi konsumsi makanan berlemak dan tinggi gula serta rutin berolahraga.
2. Terapi hormon, misalnya dengan menggunakan pil kontrasepsi. Jika diperlukan dapat diberikan insulin sensitizing drug.
"PCOS dapat dicegah dengan cara memperbaiki gaya hidup dan menghindari bahan bahan kimia yang diduga mempunyai efek mengganggu sistem endokrin reproduksi seperti bisphenol A, dioxins, dan triclosan," pungkasnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2023/01/30/110000971/pakar-unair-jelaskan-tanda-tanda-pcos-pada-wanita-dan-pengobatannya