KOMPAS.com - Indonesia menempati ranking ketiga sebagai fatherless country di dunia. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak.
Akibatnya, anak-anak yang kehilangan sosok ayah selama pertumbuhannya diprediksi akan tumbuh menjadi anak yang timpang secara kematangan psikologis.
Mereka bisa menjadi kurang mandiri, tegas, atau mungkin kurang percaya diri.
Dalam penelitian terkini, peran ayah ternyata juga dapat memengaruhi perkembangan bahasa anak.
Kita seringkali mengenal istilah “Bahasa Ibu” atau mother tongue dalam mendeskripsikan perkembangan bahasa pertama.
Belakangan muncul istilah "Bahasa Ayah" atau "Father Tongue" untuk menegaskan bahwa ternyata ayah juga berperan dalam perkembangan bahasa anak-anak, terutama penguasaan kosa kata.
Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UM Surabaya, Sri Lestari memaparkan 5 tips untuk para ayah dalam meningkatkan perkembangan bahasa anak.
Menurut Tari, hal pertama yang bisa dilakukan adalah dengan aktif memulai komunikasi dengan anak.
Ayah perlu lebih sering untuk menanggapi anak ketika mereka berbicara. Misalnya bisa dilakukan ketika ayah mengajak anak bermain bersama.
"Ayah perlu lebih sering memulai interaksi dengan anak dalam keseharian. Semakin banyak kuantitas komunikasi ayah dengan anak, perkembangan bahasa anak akan semakin baik," kata dia mengutip laman UM Surabaya, Senin (6/2/2023).
Kedua, kurangi kalimat imperatif, lebih banyak komunikatif.
Ayah perlu mengubah gaya bahasa yang cenderung mengontrol percakapan dan dominan kalimat imperatif.
Komunikasi direktif memang perlu agar anak dapat belajar gaya bahasa yang variatif dan bersikap tegas dalam interaksi sehari-hari.
"Sebaiknya ayah juga belajar bagaimana membangun interaksi yang komunikatif dengan anak seperti mengajak anak untuk lebih banyak bercerita dan melibatkan anak dalam percakapan antara ayah ibu," tuturnya.
Ketiga, gunakan kosakata yang variatif. Penelitian menunjukkan bahwa ayah lebih sering menggunakan kosakata yang bervariasi daripada ibu.
Misalnya, ayah bisa berkata "balon merah" dan "balon yang berwarna merah" untuk menunjukkan penggunaan variasi bahasa.
Semakin banyak variasi bahasa yang digunakan, pertambahan kosakata anak dapat semakin cepat dan pesat.
Keempat, klarifikasi ucapan anak yang tidak dimengerti. Ketika orangtua kurang memahami perkataan anak, pertanyaan klarifikasi sering dilontarkan agar anak memperbaiki gangguan pengucapannya.
Karena permintaan klarifikasi ini, anak akan cenderung berusaha untuk menyesuaikan bahasa mereka agar dapat dimengerti orang tuanya.
"Ayah perlu menggunakan teknik klarifikasi yang lebih variatif semisal menggunakan kalimat tanya alih-alih mengulangi kalimat anak. Efek kalimat klarifikasi ini disinyalir ketika dewasa dapat membuat anak lebih mudah akrab dan menyesuaikan gaya bahasa yang berbeda," ucap dia
Kelima, gunakan media bantu gambar dan ekspresi. Seorang Ayah dapat memberikan gambar untuk membantu anak memahami komunikasi.
Namun setiap gambar yang diberikan usahakan dipahami anak.
Selain itu, dalam usaha memahami komunikasi anak, ekspresi dan sentuhan yang menunjukkan kepedulian juga memiliki peran penting.
"Jadi sebaiknya, jangan terpecah fokus ketika berkomunikasi dengan anak. Tunjukkan empati dan sentuhan peduli bahwa kita mendengarkan anak dengan seksama," tukas dia.
https://edukasi.kompas.com/read/2023/02/06/114637671/ini-5-tips-yang-bisa-dilakukan-ayah-untuk-perkembangan-bahasa-anak