JAKARTA, KOMPAS.com - Transformasi digital yang begitu cepat pada beberapa waktu terakhir telah mengubah kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek, termasuk sektor usaha.
Pelaku usaha diharuskan beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen yang berbelanja melalui platform digital agar bisa berkembang.
Salah satu bentuk adaptasi adalah dengan membekali diri dengan keterampilan di bidang pemasaran digital.
Berbekal keterampilan ini, pelaku usaha dapat menerapkan strategi pemasaran digital yang tepat untuk meningkatkan volume penjualan dan mendekatkan diri dengan pelanggan.
Hal itu disadari oleh mahasiswa jurusan Marketing for the Digital Age di James Cook University di Singapura, Floretta Aurelia Widodo.
Sejak kecil, mahasiswa asal Surabaya yang akrab disapa Aurel itu tumbuh dalam keluarga pebisnis bidang fashion di Surabaya. Hal ini mendorongnya untuk menjadi wirausaha.
Sadar teknologi digital berpengaruh terhadap konsumen, ia pun memutuskan untuk mempelajari ilmu pemasaran digital sebagai bekal berbisnis.
“Pengetahuan dasar tentang pemasaran digital kini semakin dibutuhkan oleh pelaku usaha agar semakin adaptif. Agar dapat bersaing dan relevan dengan perubahan gaya hidup masyarakat, berbagai platform digital harus dioptimalkan untuk menunjang strategi pemasaran yang efektif,” ujar Aurel kepada Kompas.com saat berbincang secara virtual, Jumat (5/8/2022).
Perkuat keterampilan di bidang pemasaran digital
Sebagai generasi yang melek teknologi, Aurel mengaku terpacu untuk mempertajam pengetahuannya di bidang pemasaran digital. Pasalnya, usaha yang dijalankan kedua orangtuanya saat ini masih mengandalkan gerai fisik.
Ketertarikannya pada konten media sosial (medsos) pun dirasa relevan untuk melengkapi ilmu pemasaran digital yang ingin dipelajari di perguruan tinggi. Untuk itu, ia memutuskan untuk berkuliah pada bidang yang dapat mengakomodasi harapannya tersebut.
“Saya memutuskan kuliah di program studi Marketing for the Digital Age di James Cook University di Singapura. Tak banyak perguruan tinggi yang memiliki program ini. Saya pun excited mendaftar ketika tahu James Cook University punya jurusan ini,” tambah Aurel.
Aurel melanjutkan, saat ini, brand-brand sudah mengoptimalkan pemasaran digital untuk memasarkan produk. Menurutnya, fenomena ini mengindikasikan bahwa pemasaran digital kian prospektif untuk dikembangkan dan dipelajari.
Bak gayung bersambut, kedua orangtua Aurel pun mendukungnya kuliah Marketing for the Digital Age di James Cook University. Bahkan, ia pun ditantang untuk membuat konsep strategi marketing bisnis fashion milik orangtuanya.
“Mereka (orangtua) ingin agar usaha bidang fashion yang sudah dijalankan bertahun-tahun bisa dikembangkan ke ranah online oleh saya. Akhirnya, saya putuskan kuliah di James Cook University, untuk mendalami ilmu pemasaran digital sebagai bekal ilmu untuk mengembangkan bisnis,” kata Aurel.
Kampus bergengsi dan berstandar internasional di Singapura
Selain memiliki program studi Marketing for the Digital Age yang relevan dengan minat dan kompetensi, bagi Aurel, James Cook University, merupakan kampus bergengsi yang memiliki reputasi apik di kancah internasional.
Hal itu menjadi pertimbangan penting bagi Aurel dalam menentukan lembaga pendidikan untuk menunjang karier dan masa depannya.
Untuk diketahui, James Cook University di Singapura, merupakan salah satu universitas swasta terkemuka di Asia.
Universitas tersebut masuk ke dalam daftar Top 300 universitas dunia berdasarkan penilaian Academic Ranking of World Universities (ARWU) 2021 dan Times Higher Education World University Rankings 2022.
James Cook University di Singapura juga telah mendapatkan Edutrust Star, yakni akreditasi tertinggi yang diberikan kepada perguruan tinggi swasta di Singapura. Penghargaan ini telah diberikan kepada James Cook University untuk kedua kalinya pada 2019.
Aurel mengaku, materi perkuliahan yang didapat di James Cook University memperluas khazanah pengetahuannya tentang pemasaran digital.
“Sistem belajar pada Program Marketing for the Digital Age di James Cook University banyak memberikan porsi pada studi kasus (case study). Saya pun belajar berbagai metode periklanan. Ternyata, (metode periklanan) sangat beragam karena setiap platform digital punya strategi pemasaran yang berbeda-beda. Karakter penggunanya pun berbeda sehingga harus dipelajari secara mendalam,” tambahnya.
Tak hanya menawarkan kurikulum dan sistem pendidikan berkualitas, bagi Aurel, James Cook University juga berhasil menghadirkan suasana kampus dengan nilai sosial tinggi dan kekerabatan kuat antar mahasiswa.
Hal itu ia temukan ketika aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi kampus. Menurut Aurel, organisasi ini berguna meningkatkan soft skill dalam mengelola sumber daya manusia (manage people).
Aurel mengatakan, pada awal perkuliahan, ia bergabung dalam dua klub kemahasiswaan, yaitu Music Club and Dance Club. Setelah lewat dua semester, kini ia menjabat sebagai Vice President of Clubs and Societies.
“Dalam organisasi tersebut, saya bertugas mengatur semua kegiatan klub yang ada di kampus yang terdiri dari 26 klub untuk menghadirkan kegiatan-kegiatan menarik bagi mahasiswa. Kegiatan ini membantu mahasiswa membangun ikatan pertemanan guna memiliki kehidupan sosial di kampus sebagai salah satu support system,” terang Aurel.
Selain itu, lanjut Aurel, ikatan sosial kuat di James Cook University di Singapura kian terasa berkat kehadiran staf akademik yang ramah dan murah hati untuk membantu setiap mahasiswa.
Dengan begitu, mahasiswa dapat berkonsultasi kapan saja kepada mereka bila menghadapi berbagai kendala, baik akademik maupun nonakademik.
Menurut Aurel, fasilitas penunjang akademik James Cook University juga sangat baik. Khususnya, perpustakaan berkonsep hibrida yang memudahkan mahasiswa mengakses berbagai literatur.
“Buku, paper, jurnal internasional, dan berbagai hasil riset yang dibutuhkan untuk menunjang perkuliahan tersedia di perpustakaan James Cook University di Singapura. Bahkan, saya dapat mengakses dan mengunduh literatur lain di perpustakaan James Cook University Australia lewat hybrid library,” paparnya.
Hingga saat ini, imbuh Aurel, James Cook University di Singapura menerapkan sistem perkuliahan hibrida. Mahasiswa diwajibkan datang ke kampus setiap hari minimal tiga jam.
Tujuannya, agar mahasiswa tetap dapat menjalin relasi sosial dengan sesama mahasiswa internasional, lokal, dosen, dan staf akademik.
Adapun durasi tiga jam tersebut merupakan syarat dari pemerintah Singapura untuk bisa dimaksimalkan mahasiswa untuk mengerjakan tugas di kampus, belajar bersama teman-teman, dan juga kegiatan organisasi.
“Saat kuliah secara virtual, kegiatan belajar direkam oleh tim pengajar kemudian diunggah di website kampus. Bila merasa ketinggalan perkuliahan atau ada materi yang belum dipahami, mahasiswa dapat menyimak kembali materi perkuliahan yang disampaikan dosen. Metode ini sangat memudahkan kami,” kata Aurel.
Ia pun berpesan kepada pelajar di Tanah Air untuk mempersiapkan diri secara matang untuk melanjutkan kuliah.
Aurel juga turut mendorong para calon mahasiswa untuk memilih program studi yang relevan dengan minat dan kompetensi. Dengan begitu, perkuliahan yang dijalankan lebih efektif dan menyenangkan.
“Bila ada adik-adik pelajar yang ingin kuliah di James Cook University, saya sangat mendukung. Pasalnya, kalian akan mendapat dua keuntungan sekaligus, yaitu pendidikan berstandar internasional berkualitas dan kehidupan sosial yang baik,” ujar Aurel.
Untuk keterangan lebih lanjut mengenai program di James Cook University, dapat dilihat di https://www.jcu.edu.sg/courses-and-study/courses.
https://edukasi.kompas.com/read/2023/02/15/143000271/ingin-perdalam-ilmu-pemasaran-digital-jadi-alasan-pelajar-asal-surabaya