Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Kepala Sekolah di Kendal, Gali Potensi Guru dengan Metode “Orkestra”

KOMPAS.com - Terinspirasi dari orkestra yang memadukan banyak alat musik secara bersamaan namun terdengar harmonis, Kepala Sekolah Diannita Ayu Kurniasih menerapkan metode “Orkestrasi Pendidikan” bagi guru-guru di SDN 1 Kebumen, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah guna memaksimalkan potensi para guru.

Diannita menceritakan bagaimana dirinya mengembangkan metode ini. Dimulai saat pensiunnya guru-guru senior di sekolah, diganti guru-guru muda.

“Guru-guru muda ini datang dengan berbagai kreativitas dan talenta. Ada yang jago IT, ada yang konsen di seni, ada yang jago nari. Saya berpikir bagaimana caranya memanfaatkan hal ini,” cerita Diannita dalam keterangan tertulis.

Terinspirasi dari pertunjukan orkestra yang memadukan alat musik yang berbeda dengan menghasilkan simfoni yang indah, Diannita pun menginisiasi metode ‘Orkestrasi Pendidikan’. Metode yang memanfaatkan bakat guru untuk mengisi ekstrakurikuler di sekolah.

“Jika Saya hanya mengacu pada akademik kasian anak-anak. Akan terasa dipaksa. Jadi kami menggunakan ekskul, difasilitasi oleh guru-guru masing-masing,” ucapnya.

Siswa yang memiliki ketertarikan ekstrakurikuler sesuai dengan kompetensi yang dimiliki guru kemudian dibimbing.

“Misalnya, siswa yang hobi menari, akan dibimbing guru yang memiliki kompetensi menari. Siswa yang suka IT, akan didampingi guru yang jago IT,” kata Diannita.

Menurutnya, orkestrasi ini bisa memaksimalkan potensi guru. Di mana, guru-guru dikelompokan berdasarkan kompetensi dan bakat yang dimiliki masing-masing, selayaknya pemain musik.

“Kita memiliki guru yang kompeten di bidangnya masing-masing. Kami yakin dengan metode ini, kami akan ‘berbunyi’. Jika sudah bunyi, maka akan terdengar. JIka sudah terdengar maka akan dikenal,” katanya.

Metode ini tak hanya melibatkan guru. Orkestrasi juga melibatkan pihak eksternal untuk memberikan pengalaman dan pelajaran bagi siswa yang tidak bisa didapatkan di dalam sekolah.

“Selain di dalam, saya juga mengajak kerja sama dengan lembaga di luar sekolah. Saya mengajak beberapa instansi seperti Dinas Perlindungan Anak untuk sosialisasi perundungan, Koramil tentang wawasan kebangsaan, Polsek, dan instansi lain. Bahkan, kerja sama dengan minimarket. Edukasi bagaimana caranya ngantri termasuk bagaimana memilih belanjaan yang lebih dibutuhkan,” ungkap Diannita.

Penerapan metode Orkestrasi ini mengantarkan Diannita menjadi juara satu PNS berprestasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kendal, di bulan Januari 2023.

Diannita mampu meyakinkan tim penilai bahwa inovasi manajemen orkestrasi pendidikan dapat diterapkan di instansi manapun karena menurutnya, inovasi akan mubazir jika tidak disebarkan.

Transformasi menjadi guru inovatif

Dia pun mengatakan, bagaimana dirinya mengembangkan metode ini tak lepas dari hasil pelatihan-pelatihan yang didapatnya sebagai Fasilitator Daerah (Fasda) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Tanoto Foundation.

Memulai karier pendidik sejak menjadi guru honorer tahun 2004 di SD 1 Pesaren, Diannita kemudian diangkat menjadi PNS di tahun 2009 di SD Genting Gunung, sekolah yang ada di bawah kaki Gunung Berau.

Tahun 2018, Diannita kemudian bergabung menjadi Fasda Pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN 2 Sukorejo.

“Setelah bergabung dengan Tanoto Foundation, saya sering ikut pelatihan. Waktu itu saya merasa kaget. Pelatihan di Tanoto Foundation tidak hanya sekedar pelatihan yang lebih banyak teori. Tapi, pelatihan di Tanoto Foundation benar-benar aplikatif, langsung ke praktiknya. Kemudian saya terapkan di kelas. Apalagi saya saat itu merupakan ketua Kelompok Kerja Guru (KKG),” ungkapnya.

Dia pun menjelaskan bagaimana dia belajar konsep Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi (MIKiR) dari Tanoto Foundation.

“Saya banyak belajar dalam mengikuti pelatihan-pelatihan. Salah satunya adalah Menerapkan MIKiR, jangan terpaku ke buku, bisa out of the box. Saya kemudian menerapkan ke anak-anak saat itu. Menerapkan refleksi, anak-anak ketika selesai pembelajaran kita refleksi bareng-bareng, tidak hanya guru saja. Hasilnya, ada perubahan baik dari siswa dan orang tua. Org tua menjadi peduli pada anak-anaknya karena merasa anaknya jadi senang belajar,” katanya.

Menurut Diannita, bermula dari pelatihan-pelatihan Tanoto Foundation, dirinya menjadi lebih kreatif. Lebih berpikir out of the box. Hingga dipercaya menjadi kepala sekolah di SDN 1 Kebumen sejak 2021, dirinya mulai mengembangkan metode ini.

“Hasilnya, metode ini membuat siswa mendapatkan pendampingan keterampilan yang mereka inginkan. Pada akhirnya siswa meraih nilai rata-rata keterampilan yang lebih baik. Di sisi guru, selain mengajar akademik, mereka juga mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka dan menyalurkannya ke siswa sesuai dengan ketertarikan,” pungkas Diannita.

https://edukasi.kompas.com/read/2023/02/28/111245571/cerita-kepala-sekolah-di-kendal-gali-potensi-guru-dengan-metode-orkestra

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke