KOMPAS.com - Makanan pedas sudah melekat pada banyak sajian kuliner Indonesia. Karena itu ada anggapan bahwa makanan akan terasa kurang jika tak ada sambal.
Kini, ada banyak makanan pedas yang diolah dengan beragam cara, baik yang mengandung unsur cabai atau merica hingga zat capsaicin yang juga menimbulkan rasa pedas.
Fenomena itu menarik perhatian Henik Tri Rahayu, selaku Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Ia menjelaskan bahwa mengonsumsi makanan pedas atau cabai sebenarnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun jika dikonsumsi secara berlebihan akan menimbulkan kerugian bagi tubuh.
Apabila dikonsumsi dengan takaran yang sesuai, cabai memiliki manfaat sebagai anti inflamasi dan menjadi salah satu sumber vitamin C tertinggi.
Sayangnya manfaat cabai tidak bisa diterima oleh semua manusia karena perbedaan kebiasaan makan pedas.
“Banyak contoh makanan pedas kekinian yang sering kita temui, misalnya macaroni dengan berbagai macam level. Apabila zat pedas dari makanan ini masuk secara berlebihan ke dalam saluran pencernaan, maka tentu saja bisa merusak pencernaan itu sendiri,” ucap Henik dilansir dari rilis UMM.
Lebih lanjut, jika lambung seseorang tidak terbiasa mengonsumsi makanan pedas, akan timbul iritasi yang diawali dengan gejala diare.
Kemudian jika iritasi terus menerus berlangsung dan berlebihan, akan menimbulkan luka pada dinding lambung. Bahkan sesekali juga memunculkan sensasi mual hingga muntah.
“Zat capsaicin yang ada pada makanan pedas akan tetap ada di lambung, meskipun makanan sudah menuju ke organ tubuh lainnya. Jadi, apabila zat ini terus menerus menumpuk, maka kemungkinan bisa merusak pencernaan,” tegasnya.
Henik juga memberikan beberapa cara untuk mengurangi kebiasaan mengonsumsi makanan pedas.
Salah satunya dengan mengganti makanan pedas olahan ke cabai yang segar. Ia menjelaskan bahwa cabai segar lebih pedas ketimbang cabai yang sudah dikeringkan.
Sehingga tubuh akan lebih cepat merasa cukup dan tidak terus menerus memakannya.
"Sementara itu, apabila merasakan pedas yang berlebihan, cara paling efektif untuk meredakannya dengan meminum minuman hangat. Hal itu dikarenakan rasa panas harus dilawan juga dengan panas.
Air hangat dinilai lebih cepat menetralisir dibandingkan minuman dingin, sekalipun sudah ditambah dengan gula atau rasa,” katanya.
Ia juga berpesan untuk mengurangi konsumsi makanan pedas. Apalagi saat ini makanan-makanan tersebut sudah diolah dengan beragam cara yang campurannya tidak diketahui dan jelas.
"Segera kurangi kebiasaan makan makanan pedas demi menjaga kesehatan tubuh kita," pungkasnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2023/02/28/164139071/dosen-umm-makanan-pedas-punya-kelebihan-dan-kekurangan-buat-tubuh