KOMPAS.com - Sebanyak 118 pelajar Indonesia memerankan drama wayang berjudul “Hanoman: Ada Apa dengan Shinta?” yang menjadi rangkaian program edukasi “Wayang for Student”, Selasa (7/3/2023).
Perhelatan ini melibatkan lebih dari 100 pemuda dan pelajar bertalenta, serta mencatat lebih dari 1.000 pengunjung yang berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa, hingga pihak Kementerian dan Lembaga.
Drama wayang “Hanoman: Ada Apa dengan Shinta?” menampilkan karakter populer dari wiracarita Ramayana Hanoman yang dipresentasikan secara modern dan diiringi oleh lantunan orkestra gamelan yang memukau.
Selama satu jam, pertunjukan tersebut memberikan pembelajaran moral melalui kisah Hanoman yang mencari kesempurnaan untuk kedamaian dunia, pengabdiannya terhadap Sri Ramawijaya, dan petualangannya dalam mencari keberadaan Dewi Shinta.
Penonton diajak mengikuti perjalanan Hanoman Sang Anjani Putra, kera sakti berbulu putih berkilau yang lahir dari rahim manusia yang penuh dengan ketidaksempurnaan.
Ukir rekor MURI
“Wayang for Student” merupakan program yang diinisiasi BCA sejak tahun 2012 dengan menyasar dan melibatkan para pemuda, sebagai pemegang estafet dalam menjaga kebudayaan bangsa.
Kegiatan ini merupakan bagian dari misi besar BCA untuk membangun karakter masyarakat melalui penanaman pengetahuan akan pewayangan, sejarah, tradisi, makna kebudayaan turun-temurun, kearifan lokal dan menjaga keberlanjutan usaha pewayangan melalui penambahan jumlah pelaku/pelestari seni wayang dari generasi muda.
Pada kesempatan ini, BCA juga berhasil memecahkan rekor MURI sebagai “Perusahaan dengan Kegiatan Pelestarian Wayang Terbanyak” di mana penghargaannya diserahkan secara langsung oleh Bapak Jaya Suprana, Pendiri dan Ketua Umum MURI.
Direktur pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, menyampaikan dukungannya atas upaya BCA melestarikan wayang, Restu Gunawan mengatakan menyampaikan dukungannya atas upaya BCA melestarikan wayang.
“Sejak dulu, wayang dikenal bukan hanya sebagai pertunjukan yang menghibur, tetapi juga sebagai media informasi yang menghubungkan tradisi dengan kehidupan sosial masyarakat. Kami sangat mendukung inisiatif BCA untuk melestarikan wayang. Kami berharap melalui acara seperti ini semakin banyak generasi muda, terutama pada Gen -Z yang tertarik dan berminat menjadi pelaku yang melestarikan wayang," tuturnya dalam keterangan resmi.
Direktur BCA Antonius Widodo Mulyono mengatakan pihaknya bangga karena selama 11 tahun Bakti BCA bisa mempertahankan komitmennya dalam mendukung pelestarian budaya wayang melalui program “Wayang for Student”.
"Kami berterima kasih atas dukungan berbagai pihak dan respon positif dari masyarakat akan program tersebut," ujarnya dalam keterangan resmi.
Pementasan ini dibintangi oleh lebih dari empat kelompok pemuda pelajar bertalenta peserta Wayang Youth Festival Award BCA kategori Sendratari, yaitu Sanggar Pendopo, Swagantara, Sanggar Paripurna, dan Wayang Studio.
Secara total, terdapat 118 pemuda yang terlibat, yang merupakan perwakilan dari kota Jakarta, Solo, Blitar, Yogyakarta dan Denpasar.
Selain pagelaran drama wayang, juga diselenggarakan pameran komik strip karya dari 10 komikus terpilih yang merupakan peserta Wayang Youth Festival, keluarga karyawan BCA dan mahasiswa program DKV IKJ.
Kesepuluh komikus sebelumnya telah mendapatkan pelatihan intensif dari Ario Anindito, yang juga merupakan komikus Marvel & DC Comic, dan Irwan Riyadi, seorang penggiat seni wayang dari yayasan Swargaloka.
Karya-karya terpilih ini tidak hanya dihadirkan untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda pada wayang, namun juga mendukung pemajuan budaya dengan memanfaatkan ranah digital/teknologi, dan menjadi salah satu upaya BCA untuk menjaga keberlanjutan usaha pewayangan.
https://edukasi.kompas.com/read/2023/03/08/112202871/wayang-for-student-kala-118-pelajar-indonesia-lestarikan-drama-wayang