KOMPAS.com - Untuk membantu para pengajar menganalisis dan meninjau keaslian karya akademik, penyedia solusi integritas akademik Turnitin meluncurkan kecerdasan buatannya (artificial intelligence/AI) dalam mengidentifikasi penggunaan peranti penulisan berbasis AI (termasuk ChatGPT).
Dengan tingkat kepercayaan 98 persen, memungkinkan para pengajar menganalisis dan meninjau keaslian sebuah karya akademik siswa maupun mahasiswa.
Detektor AI Turnitin diklaim bisa memberikan ukuran evaluatif tentang berapa banyak kalimat yang bisa jadi dibuat menggunakan ChatGPT, sehingga dapat digunakan pengajar, sekolah maupun kampus dalam penilaian maupun evaluasi pelajar.
CEO Turnitin, Chris Caren mengatakan bahwa kemampuan mendeteksi teks tertulis buatan AI seperti ChatGPT menjadi prioritas para pengajar saat ini.
“Para pengajar mengatakan pada kami bahwa kemampuan mendeteksi teks tertulis buatan AI secara akurat adalah prioritas pertama mereka saat ini. Mereka harus dapat mendeteksi AI dengan kepastian yang sangat tinggi untuk menilai keaslian karya siswa dan menentukan cara terbaik untuk langkah penanganannya,” kata Caren dalam rilis.
Menurut James Thorley, Wakil Presiden Regional Turnitin Asia Pasifik, yang juga merupakan akademisi, pengajar, dan administrator universitas di Asia Tenggara sangat menyadari potensi dampak peranti AI seperti ChatGPT di wilayah tersebut.
"Para pengajar di Indonesia menyadari peranti AI dapat berdampak terhadap kualitas pekerjaan siswa dan pengalaman belajar. Namun, sementara komunitas menganggap bahwa peranti AI juga dapat menjadi kekuatan untuk kebaikan, ketergantungan yang tinggi pada teknologi dapat menghambat pemikiran kritis dan integritas akademik yang merupakan nilai inti untuk pengembangan masyarakat," jelas Thorley.
https://edukasi.kompas.com/read/2023/04/10/150000371/turnitin-hadirkan-teknologi-ai-deteksi-tulisan-chatgpt-di-kalangan-pelajar