KOMPAS.com - Ada hal yang paling ditakuti kaum hawa setelah lebaran, yakni berat badan yang bertambah.
Karena hanya di momen lebaran, aneka ragam masakan tersaji denga lezat. Mulai dari opor ayam, rendang, gulai, belum lagi kue lebaran dan minuman manis sebagai penutup mulut.
Tak heran, makanan penuh karbohidrat, gula, tentu bisa berpotensi menambah berat badan bila tak berhati-hati saat mengonsumsinya.
Lalu bagaimana cara agar tidak bertambah berat badan saat lebaran?
Ketua Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Nurul Ratna Mutu Manikam mengatakan, bulan puasa merupakan saat menahan diri, terutama agar tidak kalap saat mengonsumsi makanan.
"Selain itu, sebagai momen untuk mengubah lifestyle kita menjadi lebih sehat, dan melanjutkan kebiasaan baik selama bulan Ramadhan," ujarnya mengutip laman UI.
Setelah lebaran seringkali banyak orang yang mengalami beberapa masalah kesehatan dan kegemukan, karena perubahan pola makan yang drastis dan didorong oleh acara kumpul bersama yang menyuguhkan berbagai macam minuman dan makanan berkalori tinggi.
Jika dibiarkan terus-menerus maka berat badan akan naik.
"Karena asupannya banyak, makan sudah tidak lagi dibatasi, dan yang utama adalah karena kita tidak mengubah gaya hidup dalam jangka waktu lama," kata dia.
Salah satu cara untuk dapat mengantisipasi hal tersebut adalah dengan melaksanakan puasa Syawal selama enam hari.
Lalu, dilanjutkan dengan membayar utang puasa.
Hal ini dilakukan supaya tubuh dapat terbiasa dan beradaptasi dengan pola makan yang teratur, sehingga berat badan tetap stabil.
Selain itu, Nurul juga memberikan saran agar tetap konsisten dalam menjaga pola makan dapat dilanjutkan dengan membiasakan diri berpuasa Senin dan Kamis.
Hal penting lainnya adalah asupan gizi yang seimbang, yakni makanan yang memenuhi makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) dan mikronutrien (vitamin dan mineral).
Sebagaimana anjuran Nabi, saat berbuka puasa kita dapat memakan kurma yang memiliki kandungan karbohidrat, serat, dan gula.
Lalu, hal lain yang harus ditambah adalah protein yang bisa didapatkan dari tempe, tahu, telur, atau susu.
Selanjutnya, saat makan malam, dia menyarankan sebaiknya makan makanan sesuai dengan kaidah "Isi Piringku" yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).
Jadi dalam satu piring terdiri dari 50 persen buah dan sayur, 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat (diperoleh dari makanan pokok nasi, kentang atau ubi, singkong, mie atau roti.
Jangan lupa protein (diperoleh dari lauk pauk). Selain itu, yang harus dipenuhi lainnya oleh tubuh adalah minum, mulai dari berbuka puasa sampai dengan sahur dianjurkan untuk minum 7-8 gelas.
Di sisi lain, gorengan seperti bakwan, tahu isi, dan sejenisnya selalu menjadi menu favorit masyarakat Indonesia untuk berbuka puasa.
Nurul mengatakan, gorengan didominasi oleh tepung (karbohidrat) dan minyak (lemak), sebagai contoh adalah bakwan goreng yang dalam satu porsinya mengandung hampir setara dengan 7-8 sendok nasi.
"Biasanya berbuka dengan banyak makan gorengan, misalnya sehabis makan bakwan, kita makan tahu isi dan lainnya. Sehingga, kalorinya sudah sama dengan sepiring nasi, sayur, dan lauk pauk. Efeknya akan kenyang, karena secara kalori sudah memenuhi untuk sekali makan. Namun dari segi nutrisi, ini tidak seimbang karena sedikit sekali proteinnya. Apakah ada vitamin dan mineralnya? Ada, tetapi juga sangat sedikit," ungkap dr. Nurul.
Oleh sebab itu, jika seseorang sudah makan 2-3 gorengan lalu ditambah makan nasi beserta lauk pauknya, hal ini akan memengaruhi staminanya selama berpuasa.
Badan akan terasa lemas karena sudah merasa kenyang, tapi nutrisinya tidak terpenuhi.
Tidak hanya itu, massa ototnya akan turun, lebih mudah sakit, dan loyo. Selain itu, bagi sebagian orang yang menjaga berat badan menjadi lebih sulit untuk menurunkan berat badannya.
https://edukasi.kompas.com/read/2023/04/19/144500771/lebaran-anti-gemuk-dosen-ui-sarankan-lakukan-puasa-6-hari