Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenang dan Peringati 25 Tahun Reformasi, KPG Gelar Nobar Laut Bercerita

KOMPAS.com - Masih dalam suasana peringatan 25 Tahun Reformasi, Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) menghadirkan acara Nobar Offline ke-4 "Laut Bercerita", Selasa (16/5/2023) di Bentara Budaya, Jakarta.

Film pendek “Laut Bercerita” diadaptasi dari novel “Laut Bercerita” oleh Leila S.Chudori atas ide Yayasan Dian Sastrowardoyo dan Cineria Films.

Lewat buku dan film pendek, Laut Bercerita menggugah kesadaran sejarah kelam Reformasi 1998.

Film pendek ini meluncur bersama novelnya pada 12 Desember 2017 disaksikan para aktivis 1998, orangtua korban, kawan-kawan dari IKOHI dan Kontras, serta komunitas sastra dan film.

Mereka yang terlibat di dalam film ini melakukannya dengan sukarela dan kepercayaan bahwa perlu banyak pengorbanan untuk mencapai gerakan Reformasi, yang berbuah mundurnya Soeharto Mei 1998 lalu.

Acara ini juga ditujukan untuk mengenang 13 mahasiswa dalam tragedi tersebut, diharapkan saat membaca laut bercerita bisa mengingat dan mengenang kejadian tersebut walaupun tidak turut merasakan kejadian tersebut tapi pembaca dan penonton bisa berempati melalui bacaan dan informasi tersebut.

Selain menggelar acara Nobar Offline, ada pula sesi diskusi tentang bagaimana Laut Bercerita diproses menjadi film, latar belakang penulisan cerita Laut Bercerita, dan pengalaman saat melakukan wawancara dengan aktivis terkait tragedi tersebut.

Wisnu Darmawan selaku Produser untuk Laut Bercerita menceritakan awal mula film pendek dibuat karena untuk memeriahkan acara launching buku. "Terbesit untuk membuat acara launchingnya bagaimana, lalu diusulkan untuk membuat film pendek agar lebih menarik," ucap Wisnu.

Awalnya Laut Bercerita akan memakai proses syuting menggunakan kamera DSLR biasa, tetapi karena menyayangkan cerita yang dibuat sangat bagus, Laut Bercerita dieksekusi dengan lebih serius dan profesional.

Kemudian, Sutradara Laut Bercerita, Pritagita Arianegara menambahkan kesan yang ingin diangkat melalui diskusi bersama dengan Leila S. Chudori selaku penulis buku dan penulis skenario.

"Jadi langsung bertanya juga bagaimana mbak Leila ingin diangkat seperti apa ke filmnya, lalu bilang nya ingin penjara bawah tanah, tadinya mau ke arah penyiksaan tapi karena keterbatasan jadinya menggunakan penjara bawah tanah," jelas Prita.

"Saya menawarkan bagian rumah bagaimana, lalu mbak Leila menuliskan cuplikan skrip yang bagus banget, saya dimudahkan karena penulis novel dan skenario nya sama," tambahnya.

Dalam buku Laut Bercerita terdapat juga penggalan puisi yang sangat khas yaitu "Matilah engkau mati, kau akan lahir berkali-kali", Leila menjelaskan asal-usul penggalan puisi yang ada dalam novel tersebut.

"Matilah engkau mati, kau akan lahir berkali-kali, ini berasal dari potongan puisi penyair, itu puisi hadiah untuk saya dan tidak ada di internet sebelumnya," ungkap Leila.

"Kita dalam situasi apapun pasti lahir kembali, bisa melalui berbagai trauma, tragedi, negeri ini seperti itu juga, tapi kemudian kita pasti lahir kembali. Waktu itu diskusi kita banyak dengan senior, saya mendengarkan saran mereka, ketika menulis ini sudah dari awal ingin merepresentasikan penculik dan tidak kembali tapi jiwa nya masih hidup," tambahnya.

Lilik HS yang merupakan mantan aktivis menceritakan perasaannya saat menonton film Laut Bercerita.

"25 tahun peristiwa itu, buat saya sangat momentum, seperempat abad seperti tidak terasa sudah selama itu. Beberapa kali menonton tetap sesek. Terbayang kawan-kawan saya pada saat itu, dan 13 mahasiswa itu, yang empat nya adalah kawan dekat saya. Saya bisa berdiri disini bercerita disini, meskipun fiksi tapi berbasis pada fakta, penangkapan penyiksaan, balok es, titik-titik air yang sangat sering diceritakan oleh teman-teman saya, mereka masih hidup atau tidak. Jika kita bilang meninggal, kita tidak pernah tau dan tidak ada bukti, apabila dibilang masih hidup tetapi mereka tidak kembali," ucap Lilik.

Lilik juga menambahkan keresahan saat mengingat teman-temannya yang terlibat dalam tragedi tersebut.

"Sebenarnya kawan-kawan ini saya harus menyebutnya apa, setiap teman-teman ulang tahun hanya bisa mengucap, semoga kau selalu bahagia dimanapun kau berada karena hanya bisa itu yang bisa diberikan. Selalu saya merasa merefleksikan bukan hanya soal kawan-kawan saya tapi ingat mewakili ibu-ibu teman saya. Saya menyaksikan satu persatu ibu teman-teman yang meninggal, masih mending kalau tau anaknya meninggal karena apa, agar saya bisa mendoakan dengan layak, itu paling menyakitkan," jelas Lilik.

https://edukasi.kompas.com/read/2023/05/18/100000971/kenang-dan-peringati-25-tahun-reformasi-kpg-gelar-nobar-laut-bercerita

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke