Kesuksesan Ava dan Sean tak lepas dari dukungan penuh orangtua mereka. Anastasia Mussu ibu dari Ava, mengungkapkan betapa besar pengorbanan yang dilakukan anak-anak ini untuk bisa sampai di titik ini.
“Untuk mencapai semua yang mereka miliki saat ini, mereka harus latihan rutin tiga kali seminggu, bahkan setiap hari menjelang lomba. Latihan-latihan itu dilakukan setelah jam sekolah, kadang malam hari, dan kompetisi pun sering diadakan saat akhir pekan. Jadi ketika teman-teman mereka menikmati waktu libur, mereka justru bertanding,” ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (18/05/25).
Namun, dari semua itu, Anastasia melihat manfaat yang lebih besar. Ia melihat anaknya semakin cakap berbahasa inggris dan wawasan anaknya juga semakin luas.
“Kemampuan bahasa Inggris mereka meningkat, wawasan mereka luas karena mosi debat mencakup isu politik, ekonomi, teknologi, lingkungan, dan lainnya. Mereka juga belajar mengatur waktu dengan baik dan mengisi masa muda dengan kegiatan positif yang membanggakan,” tambahnya.
Sea Firca Kho ibu dari Sean juga mengisahkan ketika Ava dan Sean kalah di beberapa kompetisi. Mereka tidak langsung bisa mencapai prestasi yang besar, tetap ada kegagalan dan proses untuk kembali berjuang.
“Saya ingat saat mereka kalah dalam lomba dan menangis karena kecewa. Tapi dari situ mereka belajar memilih antara dua pilihan, menyerah atau bangkit dan belajar. Saya bangga karena mereka memilih untuk terus mencoba,” katanya.
Baca juga: Kisah Elsa, Anak Marbot Masjid Masuk UGM Tanpa Tes dan Dapat Beasiswa
Firca juga ingat hari ketika anaknya meraih kemenangan pertama mereka. Lompatan kegembiraan.
Tawa bahagia dan kebanggaan. Sekali lagi, mereka diberikan 2 pilihan, membiarkan kemenangan masuk ke dalam pikiran mereka dan menjadi sombong, atau merayakan kemenangan hari itu, lalu terus maju, dan tidak pernah berhenti belajar.
“Melalui semua itu, mereka perlahan-lahan keluar dari kepompong kecilnya dan tumbuh. Prosesnya, yang sebagian besar tidak nyaman, membantu membentuk mereka menjadi pribadi yang lebih tangguh dan berdedikasi. Mereka memahami prinsip 'Anda menang atau Anda belajar.' Saya yakin hal ini akan membawa manfaat besar, tidak hanya dalam kompetisi dan akademis, tetapi juga sebagai anggota masyarakat,” tutur Firca.
Kompetisi debat yang mereka jalani berdua memberi mereka bekal keterampilan yang relevan dalam kehidupan akademik maupun sosial.
Mereka belajar menggunakan bahasa Inggris secara aktif, menerapkan pemikiran kritis dan analisis isu global, mengasah kemampuan berbicara di depan umum dan presentasi, manajemen waktu, kerja tim, riset, serta penulisan akademik.
Dalam ekosistem debat yang penuh tekanan dan adu gagasan, Ava dan Sean justru menjalaninya dengan hati yang tertambat pada kerendahan hati.
Bagi mereka, kemenangan sejati tak hanya terpahat pada piala penghargaan tetapi juga dalam proses pertumbuhan pribadi yang mendalam.
Kompetisi bukan semata tentang menjadi yang terbaik, tetapi tentang menjadi pribadi yang terus belajar, terbuka, dan setia terhadap nilai-nilai yang baik.
Baca juga: Kuliah S1 Gratis, Beasiswa Garuda Gelombang 2 2025 Dibuka Pemerintah
Kompetisi debat yang telah dilalui Ava membuatnya sadar bahwa kerendahan hati harus dipertahankan ketika menghadapi berbagai tantangan. Ia juga merasa lebih siap beradaptasi dan terbuka terhadap berbagai sudut pandang, meski itu berarti tidak semua berjalan sesuai yang diharapkannya.