Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Liar", Keliaran yang Tidak Meyakinkan

Kompas.com - 13/07/2008, 03:00 WIB

DAHONO FITRIANTO

Di tengah kehidupan masyarakat yang makin akrab dengan kekerasan, termasuk kekerasan remaja di sekolah dan di geng-geng motor, Rudi Soedjarwo menemukan momentum untuk menggarap film Liar. Rudi sendiri mengklaim film ini adalah salah satu karya terbaiknya. Benarkah demikian?

Pesan yang ingin diceritakan Liar sederhana: kekerasan hanya akan berbuah kekerasan lain. Bangunan cerita dalam skenario yang ditulis Rudi Soedjarwo dan Cassandra Massardi ini berpusat pada dua kakak-beradik Indra (Irgi Ahmad Fahrezi) dan Bayu (Raffi Ahmad).

Sebagai anak sulung, Indra tidak memberi contoh yang baik bagi adiknya. Alih-alih belajar dengan baik di sekolah, ia malah malang melintang di ajang balap liar sepeda motor di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat. Setiap ia mengakrabi dunia kehidupan malam penuh bahaya itu, Indra selalu mengajak Bayu.

Selain mengecewakan ayahnya (Nizar Zulmi) dan merusak masa depannya sendiri, Indra juga memicu permusuhan dengan geng motor yang dipimpin seorang preman. Meski liar dan gemar berkelahi, karakter Indra digambarkan memiliki keberanian dan sisi kebaikan lain dalam dirinya, seperti suka menolong ibu-ibu yang sedang dirampok.

Namun, semua itu berubah saat ayahnya meninggal dunia. Merasa bertanggung jawab menggantikan peran ayahnya untuk menjaga ibu (Wieke Widowati) dan Bayu, dan ditimpali penyesalan telah mengecewakan ayahnya, Indra berubah menjadi anak yang lurus, menjauhi dunia balap liar.

Tidak demikian dengan Bayu, yang justru meneruskan kebiasaan Indra menjadi pembalap liar dan dikeluarkan dari sekolah karena menghajar temannya sendiri sampai masuk rumah sakit. Jalan hidup Bayu baru saja mau berubah saat ia menjalani tes menjadi pembalap resmi tim Suzuki. Namun, semuanya menjadi berantakan karena ia membuka masalah lama dengan geng motor musuh Indra.

Gambar suram

Rudi, yang juga menjadi sinematografer, menampilkan plot cerita itu dalam gambar-gambar suram cenderung gelap, yang menjadi ciri khasnya sejak film 40 hari Bangkitnya Pocong dan Atas Nama Cinta.

Ia juga masih bermain-main dengan pengambilan gambar close-up yang ekstrem untuk menampilkan efek dramatis. Namun, pemanfaatan efek itu menjadi harus dipertanyakan saat dipakai dalam adegan yang tidak begitu penting, seperti saat atasan Indra (Zainal Abidin Domba) memberi tahu Indra terpilih sebagai karyawan terbaik tahun ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com