Itulah Skunk, ”senjata” baru yang tengah dikembangkan Israel untuk menghalau aksi protes terhadap pembangunan pagar pembatas di sekeliling permukiman Yahudi di Tepi Barat. Cairan superbau itu dicampurkan ke meriam air (water canon) untuk disemprotkan ke kerumunan pemrotes.
Israel kerap dikecam karena sering menggunakan kekerasan secara berlebihan untuk menghadapi pemrotes. Karena itu, Skunk sangat diandalkan untuk meredam gencarnya kecaman itu.
”Ini benar-benar tidak berbahaya. Anda bahkan bisa meminumnya,” kata perwira militer Israel, Letnan Kolonel David Ben Harosh, seperti dikutip BBC, akhir pekan lalu.
Ramuan rahasia
Skunk terinspirasi dari sigung, hewan mamalia yang mengeluarkan gas berbau busuk sebagai alat bela diri. Pemburu hewan berwarna hitam dengan garis putih di punggung itu akan seketika meninggalkan si sigung karena tidak tahan dengan baunya.
Skunk berbentuk cairan berwarna hijau, terbuat dari bahan-bahan organik. Tidak ada bahan kimia ilegal atau bahan- bahan lain yang dilarang. Hanya ada campuran ragi, bubuk pengembang kue, dan beberapa ”ramuan rahasia”.
Harosh memamerkan contoh Skunk dalam botol kepada sejumlah wartawan. Dia memperlakukan Skunk seperti proyek kesayangan, dengan memeluk botol itu dekat sekali ke dadanya. Padahal, orang lain pasti meletakkannya sejauh mungkin dari hidung.
Kepolisian Israel berharap banyak untuk bisa membuat Skunk sebagai produk komersial dan menjualnya kepada badan- badan penegak hukum di luar negeri.
Di kalangan kelompok hak asasi manusia, para juri masih mengevaluasi Skunk. Mereka berkeberatan dengan penggunaan cairan superbau itu jika mengenai orang yang tidak tahu apa-apa, yang kebetulan lewat, dan harus menderita selama berhari-hari setelahnya.
Di samping itu, penggunaan Skunk tidak serta-merta menghilangkan penggunaan senjata konvensional yang terus menewaskan dan mencederai penduduk di Tepi Barat.
Kendati demikian, sedahsyat apa pun bau busuknya, disemprot Skunk mungkin jauh lebih mendingan daripada diterjang peluru karet atau disemprot gas air mata dan bubuk merica.(bbc/fro)