JAKARTA,KOMPAS.com -
Kepala BP Migas R Priyono, Selasa (17/3) di Jakarta, menyatakan, sangat beralasan pemerintah tidak mengira harga minyak bakal serendah saat ini. ”Kami minta
Dengan demikian, kesepakatan jual beli gas antara Pertamina dan Medco Energi sebagai pemasok gas dengan Mitsubishi sebagai pemilik saham terbesar dalam pembangunan kilang gas alam Cair Donggi Senoro harus ditinjau ulang.
Dalam kesepakatan jual beli gas yang diteken 22 Januari 2009, konsorsium sepakat menggunakan formula perhitungan harga mengikuti harga minyak tanpa ada batas atas dan bawah. BP Migas menilai, dengan kesepakatan itu, negara akan dirugikan jika harga minyak terus turun.
Selain itu, kata Priyono, instruksi pemerintah untuk memprioritaskan kebutuhan domestik harus dipenuhi. ”Sesuai perintah Wakil Presiden, pasokan gas untuk pupuk harus dipenuhi,” tuturnya.
Menurut Direktur Proyek Medco Energi Lukman Mahfoedz, pihaknya sudah pernah menawarkan opsi adanya batas bawah dalam formula LNG, dengan konsekuensi pembeli meminta adanya batas atas. ”Pengalaman kami, ketika harga minyak tinggi, adanya batas ini tidak dihendaki. Oleh karena itu, kemudian diputuskan tidak memakai pembatasan,” kata Lukman.
Terkait pasokan gas, BP Migas memastikan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) akan mendapatkan 6 kargo dari LNG Bontang. Akibat krisis ekonomi, ada 13-15 kargo LNG tidak diambil oleh pembeli Jepang dan Korea Selatan.
Selain dipakai untuk PIM, sekitar 2-4 kargo LNG Bontang akan dipakai untuk menggantikan kewajiban pengiriman LNG dari Kilang Tangguh.
Pengiriman perdana dari kilang Tangguh ke Fujian, China, dijadwalkan Mei 2009. Priyono mengatakan, saat ini sedang dibicarakan masalah komersialnya dengan pihak BP Migas sebagai operator Tangguh.