Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengan Catur, Tuai "Hepeng" Puluhan Juta

Kompas.com - 06/04/2009, 10:31 WIB


Di ujung tanduk
Sugeng mengakui, nasib industri mainan kayu yang ia geluti saat ini bagaikan telur di ujung tanduk, tidak mampu bertahan lebih lama lagi. Alasannya, bukan karena krisis, melainkan sulitnya mendapatkan bahan baku dan semakin sedikitnya perajin buah catur. "Sekarang mendapat bahan baku kayu susah sekali dan menghambat permintaan produksi yang tinggi dan dituntut tepat waktu. Ditambah lagi, semakin sedikitnya tenaga kerja yang mau terlibat dalam bisnis mainan kayu ini," ujarnya.

Menurutnya, bahan kayu yang didapatnya dari daerah Singosari dan Tumpang, Malang kerap sulit didapatnya. Kata Sugeng, sedikitnya jumlah tenaga kerja yang mau terlibat dalam bisnis mainan catur tersebut, akhirnya tidak mampu memenuhi permintaan produksi dari pabrik yang ingin membeli dari UD Truno Catur.

Padahal, banyak permintaan yang mengalir dari luar Jawa, bahkan luar negeri, untuk membeli catur buatannya. "Saya tidak berani, wong untuk produksi lokal saja sudah tak mampu, apalagi keluar," papar Ayah enam anak yang memasarkan caturnya hingga ke Surabaya, Semarang, dan Malang ini.

Namun, meski belum berani memasarkan produk ke luar Jawa, Sugeng rajin ikut pameran untuk mempromosikan produknya. Ia mengatakan, dirinya tidak akan gentar memproduksi mainan catur karena saat ini dirinya merupakan pemain tunggal dalam bisnis catur di daerah Pasuruan. "Banyak teman-teman pengusaha yang sudah mundur dari pertaruhan bisnis ini. Ini peluang bagi saya," ujarnya.

Mendatang, Sugeng bertekad untuk mengembangkan usahanya dengan membuat showroom khusus mainan catur agar orang lebih tertarik untuk mampir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau