Tiga robot yang berhasil menjadi juara itu adalah Gro-Back sebagai juara pertama, Om Hungry juara kedua, dan pada tempat ketiga Ice Tea. Ketiga tim pembuat robot adalah anggota Lembaga Penelitian dan Kajian Teknik Aplikatif Fakultas Teknik UGM.
”Robot yang dikirimkan semuanya berjumlah 27 buah,” kata anggota tim Gro-Back, Kartiko Nugroho, dari Teknik Elektro UGM di Kampus UGM, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (5/5).
Dalam perlombaan ini, ketiga robot tersebut berhasil paling cepat mengikuti jalur garis dengan berbagai halangan, seperti rintangan siku, tikungan tajam sebesar 45 derajat, tanjakan, dan labirin segienam. Robot-robot tersebut juga harus bisa ”membaca” perubahan warna garis yang diikuti dari hitam menjadi putih. Untuk itu, diperlukan sistem sensor dan kontrol yang memadai.
Menurut Kartiko yang telah tiga tahun berkutat dalam pembuatan robot, berbagai halangan ini jauh lebih rumit dari sejumlah kompetisi yang digelar beberapa tahun terakhir. Jumlah peminat pada lomba yang berlangsung akhir April itu pun semakin banyak dengan keahlian yang makin meningkat. ”Kalau saya lihat, tren perkembangan robot jenis ini ada di bidang kecepatan dan kontrol yang semakin baik,” ujarnya.
Anggota tim Om Hungry, Wijaya Yudha Atmaja, juga dari Teknik Elektro UGM, mengatakan, biaya yang digunakan untuk pembuatan setiap robot tersebut sekitar Rp 300.000. Biaya ini jauh lebih murah daripada rata-rata pembuatan robot serupa yang mencapai sekitar Rp 1 juta. Meskipun murah, ketiga robot tersebut mampu unggul dari 150 robot dari 40 perguruan tinggi se-Indonesia.